Sandhing Kebo Gupak

cedhak kebo gupak

Sandhing Kebo Gupak tegese ukara unen – unen iki yaiku Sanding wong sing ora becik bakal uga ketularan ora becik. Kalebu jenise tembung bebasan Basa Jawa.

pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, dalam bebasan ini menggambarkan bahwa berdekatan dengan kebo (bahasa Indonesianya adalah kerbau) akan gupak (kena kotor).

Ungkapan unen unen ini temasuk dalam jenis tembung bebasan Basa Jawa.

Secara harfiah, artinya adalah bersanding dengan kerbau akan kena kotor, yang maknanya adalah bersanding atau berdekatan dengan orang yang tidak baik akan kena dampak tertular menjadi tidak baik.

Karena ungkapannya hanyalah sebuah pengandaian yang menyamakan kondisi dengan suatu keadaan.

Keadaan apa?

Yaitu keadaan dengan makhluk sebangsa banteng yang memiliki tanduk, berkaki empat dan suka berkupang dalam air.

Ungkapan ini menjadi warning atau peringatan kepada orang untuk tidak dekat-dekat dengan orang yang memiliki watak buruk berperilaku jahat serta hati yang kotor.

Kerbau adalah hewan yang suka berendam dan berkubang di lumpur. Sehingga saat dia keluar dari lumpur maka air keruh, lumpur, kotoran akan menempel pada badannya.

Apabila ada orang berdekatan dengan kerbau itu maka kotoran yang tadinya berada pada kerbau juga akan mengenai orang tersebut.

Tegese Sandhing Kebo Gupak, Tuladha ukara

Contoh kalimat atau tuladha ukara : Aja kekancan karo Agustinus amarga cedhak kebo gupak. Artinya janganlah berteman dengan Agustinus karena dekat dengan kerbau ikutan kotor.

Dalam kasus ini, adalah kisah fiktif orang bernama Agustinus seorang yang suka mencuri, berbohong, serta gemar menipu.

Jika dahulu saat sekolah TK atau MI (setingkat dengan sekolah dasar / SD) para guru mengajarkan untuk tidak memilih-milih dan membeda-bedakan teman.

Pada usia-usia itu yaitu Taman kanak – kanak dan sekolah dasar adalah nasehat yang relevan.

Kenapa relevan? Alasannya usia anak-anak masih polos, jujur dan jauh dari intrik-intrik politik serta keinginan berkuasa dan mencari uang dengan licik.

Namun setelah Dewasa, menurut saya nasehat untuk tidak memilih teman merupakan arahan yang menyesatkan.

Kenapa begitu? Saat ini lingkungan pertemanan orang menyebutnya dengan circle, atau lingkaran pertemanan.

Teman yang baik akan mengarahkan kepada hal yang baik pula, sedangkan berteman dengan orang yang perangainya buruk tentu akan menularkan perilakunya kepada lingkungan yang dekat.

Dalam penjelasan lain, unen – unen cedhak kebo gupak tegese yaiku Cedhak wong tumindak ala bakal katut ala. Artinya dekat dengan orang berbuat jelek akan ikutan jelek (mengikuti perbuatan orang tadi).

Penggambaran berdekatan dengan orang baik dan jahat sebagaimana gambaran dekat dengan penjual minyak wangi dengan pandai besi.

Penjual minyak wangi merepresentasikan teman yang baik, sedangkan pandai besi sebagai gambaran kawan yang buruk atau jahat.

Jika berteman dengan penjual minyak wangi, maka adakalanya kita akan mendapatkan hadiah atau membeli minyaknya, atau mendapatkan aroma bau wanginya.

Namun jika berteman dengan tukang pandai besi (gambaran orang berperilaku jahat atau buruk) adakalanya percikan apinya akan membakar baju atau akan mendapatkan bau yang tidak sedap darinya.

Demikianlah bebasan basa Jawa kang ateges cedhak wong ala bakale katut ala utawa sanding wong sing ora becik bakal uga ketularan ora becik. Maturnuwun sudah mampir, wassalamu’alaikum.

Ibnu Singorejo

Postingan baru : Kami usahakan Jadwal hari Senin dan Jumat akan ada tambahan postingan artikel baru. Terima kasih sudah menyimak. saran dan kritik serta sumbangan artikel kami tunggu. contact info : cspontren@yahoo.com twitter : PontrenDotCom FB : Gadung Giri

Tinggalkan Balasan