Wawancara dengan salah seorang jamaah rombongan pengajian ibu ibu yang pernah mengikuti acara Kajian Islam di televisi swasta saat itu masih berada di Indonesia (sekarang katanya pindah ke TVOne).
pontren.com – assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh selamat siang menjelang jumatan para pirsawan yang ganteng dan jelita, kemaren (hari kamis tanggal 12 Desember 2019) saya bertemu salah satu anggota pengajian di daerah saya.
Setahu saya beliau nya (sebut saja bu Ummu) pernah mengikuti pengajian di indosiar dengan nara sumber Mamah Dedeh, yang terkenal dengan tagline nya “curhat dong mah”.
Dari situ saya wawancara apa saja yang berkaitan dengan acara televisi pengajian yang disiarkan langsung dari studio televisi swasta ini, dari segi lama waktu mengajukan, apakah ada biaya pendaftaran, adakah settingan pertanyaan dari pihak panitia atau televisi.
Berikut ringkasan yang dapat saya ambil dari wawancara ini.
Daftar waktu tunggu yang lama, sampai bertahun tahun.
Sebagaimana ditulis judul, bu ummu mengisahkan bahwa ternyata untuk masuk televisi dalam program acara mamah dedeh (saat itu) pengalaman jamaah yang beliau ikuti kisaran mencapai waktu bertahun tahun, bisa dikatakan kisaran 2 tahun.
Itupun pake acara ada seorang istri pembesar kerajaan pejabat pemda yang menelfon rekannya waktu sekolah yang bekerja di Indosiar supaya entah bagaimana dipercepat untuk dapat hadir. Nelfon nya sih karena sudah merasa kelamaan yaitu 2 tahun setelah pendaftaran baru nelfon, selanjutnya kisaran 2 minggu kemudian terjadwallah mengikuti kajian ini.
Ada juga informasi simpang siur yang mengatakan jika memakai biro jasa maka antrian akan lebih cepat karena penggunaan biro jasa ini, ya bisa antara setengah tahun sampai setahun akhirnya bisa ikut pengajian (tapi sekarang curhat dong mah sudah pindah channel).
Biaya daftar gratis, tapi akomodasinya itu lho yang mahal
Tenang saja bagi yang hendak mengikuti kajian yang disiarkan televisi swasta nasional ini, tidak ada pungutan biaya untuk memasuki studio tempat lokasi mamah dedeh tampil, maksudnya tidak ada pungutan apapun terkait masuk Indosiar dalam program acara curhat dong mah.
Yang menjadi mahal adalah biaya akomodasi keberangkatan dari rumah ke lokasi (kira kira kalau dari tempat pengajian bu Ummu mencapai 570 kilo meter, perjalanan normal umumnya mencapai 12 jam).
Dengan jarak yang jauh dan disertai biaya inap maka waktu itu (kisaran setahun yang lalu) satu orang peserta dikenakan biaya uang Rp. 700.000,- untuk biaya makan minum bobo di hotel, pokoknya akomodasi selama perjalanan dan tinggal di Jakarta, masih ada kegiatan lain yaitu piknik kemana gitu entah saya kurang tertarik bertanya.
Pertanyaan tidak di setting panitia, peserta hanya dikasih tahu tema kajian
Nah ini kadang saya bertanya, apakah siaran langsung seperti itu ada settingan pertanyaan ya? Bu ummu memberi informasi bahwa pertanyaan tidak diatur oleh pihak televisi, panitia hanya memberitahukan tema yang akan dibahas pagi itu.
Tapi meskipun tidak ada panduan dari televisi mengenai pertanyaan yang akan dicurhatkan, bu ummu menyampaikan bahwa sebelumnya para jamaah sudah siap untuk bertanya alias mempersiapkan pertanyan guna diajukan.
Tau sendiri siapa yang akan bertanya, mestinya para juragan atau boss di kalangan pengajian yang memiliki kedudukan terpandang atau pejabat teras dan lain sebagainya, pokoknya bukan kalangan ecek – ecek tentunya. Lumayan bisa eksis di televisi nasional.
Tragedi Tema yang diberitahukan televisi berbeda dengan kenyataan di kajian
Setelah masuk pada acara, blaiiiikkkkk, tema yang menjadi pemberitahuan dari panitia ternyata berbeda pada saat pengajian berlangsung, intinya beda pemberitahuan dengan kenyataan di lapangan.
Kalang kabutlah para juragan yang sudah mempersiapkan pertanyaan untuk bercurhat di depan layar kaca ini, akhirnya yang ketiban sampur yaitu para mubaligh yang biasa ngisi pengajian untuk masyarakat, karena dianggap mumpuni pengetahuan dan situasi.
Bisa jadi takutnya kalo para juragan ini memaksakan bertanya dengan tema baru dan belum siap, malah asal tanya dan bikin mempermalukan diri sendiri pada seantero nasional, di bully nya itu lho yang gak nahann.
Kisah unik, Pesan seragam sampai 2 kali.
Saya pribadi meyakini setiap jamaah yang ikut pengajian pastinya memakai pakaian seragam, dan baju yang dipakai musti baru!!!!
Ini juga terjadi dengan jamaah pengajian ini, disaat mendengar telah mendaftar di kajian curhat dong mah pada indosiar, serta para ibu jamaah akhirnya kompak membikin seragam baru, belum tau kalau antrinya lama.
Karena kelamaan menunggu, akhirnya baju baru yang dibuat sesaat setelah pendaftaran menjadi seragam berumur 2 tahun yang telah dipakai dalam acara, malah ketok wis ra anyar hahahaha.
Akhirnya setelah menimbang mengingat, sesaat (beberapa hari maksudnya) sebelum berangkat ke jakarta mengikuti kajian di televisi ini dibuatlah baju seragam yang baru lagi. Jadi karena ingin pengajian di jakarta oleh dai mubalghah kondang ibu-ibu sampai membuat baju baru sebanyak 2 kali.
Dan tampilnya yaa kisaran 30 menit – 1 jam, itupun yakin saya bahwa yang banyak disorot kamera ya mamah dedehnya, bukan bu lurah atau bu carik :D.
Itulah oleh oleh cerita dari bu ummu mengenai pengalaman ikut kajian di televisi, bisa jadi pengalaman dari jamaah lain berbeda karena ini merupakan kasuistik dan saya juga hanya tau dari informasi satu orang.
Biografi Singkat Mamah Dedeh
Nama asli beliau adalah Dedeh Rosidah, lahir di Ciamis, 5 Agustus 1951 bersuami Drs. H. M. Syarifuddin dan memiliki 4 orang anak.
Mamah Dedeh keturunan seorang kiai bernama Sujai dan menikah dengan Syarifuddin yang juga anak kiai asal Betawi KH.Hasan Basri.
Sekolah di SD SMP Ciamis dan meneruskan ke Pendidikan Guru Agama (PGA) pada tahun 1968 tinggal di Asrama putri Institut Agama Islam Negeri (sekarang bernama Universitas Islam Negeri) Syarief Hidayatullah. Beliau mengambil fakultas Tarbiyah (Pendidikan).
Sebelum terkenal di televisi, beliau mengisi pengajian di Bens Radio, ingat Benyamin Sueb khan? Dari situlah Indosiar mengenal dan memintanya mengisi program Mamah dan Aa.
Demikian informasi kali ini, sugeng siang, wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa baraktuh.