Raden Gathutkaca satriya kang gagah prakosa teguh timbul sekti mandraguna ora tedhas tapak paluning pandhe sisaning gurinda tegese yaiku digdaya, ampuh banget, sekti mandraguna, kebal saka gegaman.
pontren – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, wilujeng enjang selamat pagi. Dalam buku primbon Bahasa Jawa atau ucapan dalang yang menggambarkan kesaktian tokoh lazim menggunakan kata kata ini.
Dalam tokoh pewayangan, selain raden gathutkaca, ungkapan ini juga untuk raden Werkudara alias Bima atau Bimasena. Bisa juga ucapan pongah arogan dari tokoh sata Kurawa misalnya Prabu Duryudana, Dursasana, Burisrawa dan tokoh pewayangan lainnya.
Secara harfiah, arti dari tan tedhas tapak paluning pandhe tegese yaiku kulite ora tedhas saka gaman gaweane pandhe. Maknane yaiku ampuh banget, sekti mandraguna lan digdaya.
apa iku pandhe?
Pandhe yaiku tukang gawe dandanan wesi. Sebutan untuk orang yang membuat peralatan atau barang yang bahannya dari besi.
Contoh buatan dari pandhe (pandai besi) misalnya yaitu sabit (arit) pedang, pisau, dan lain sebagainya.
Jadi tapak paluning pandhe secara harfiah adalah barang yang terbentuk karena kena pukulan palu yang dalam hal ini besi oleh seorang pengrajin besi (pandhe). Maksudnya yaitu berbagai macam senjata tajam.
Sedangkan kata baris selanjutnya adalah kata kata yang berbunyi sisaning gurinda.
apa tegese? Tegese sisaning gurinda yaiku gaman utawa gegaman asale saka wesi kang landhep. Sisaning tegese yaiku hasile prakaryan kang nganggo grenda.
Kata kata sastra ini menyampaikan kekuatan seseorang dengan menggambarkan kulitnya kebal, tidak mempan dengan senjata buatan pandai besi maupun ketajaman gaman yang di gerenda.
Ora Tedhas Tapak Paluning Pandhe Sisaning Gurinda Tegese Yaiku Sekti Mandraguna, Digdaya
Dalam ungkapan ini menggambarkan kekuatan seseorang dalam hal fisik yaitu kekebalan kulit dam tubuhnya dalam menahan tajamnya senjata semisal pedang, tombak, clurit, arit dan sebagainya.
Kekuatan milik orang yang sakti mandraguna, uwong kang timbul sekti mandraguna.
Dalam bahasa Jawa, tegese timbul yaiku kuwagang nanggulang bebaya lsp, digdaya. Mempunyai kekuatan kemampuan untuk menyelesaikan, menanggulangi bahaya, dan lain sebagainya.
Dalam strategi peperangan, kekuatan fisik tentu sangat diperlukan. Namun begitu, menurut Zhuge Liang yang hidup pada tahun 181-234, seorang Jenderal ahli strategi di masa tiga kerajaan China mengatakan bahwa;
There is no greater weapon than a prepared mind. Tidak ada senjata yang lebih hebat daripada pikiran yang dipersiapkan.
Jadi kekuatan fisik memang perlu, kelebihan dalam kekuatan raga bukanlah hal yang tidak penting. Namun kecerdikan, pemikiran dan kecerdasan juga memiliki peran yang sangat besar.
Tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan fisik saja yang akan berdampak kepada okol (ngawur dan asal asalan). Dan bukan hanya dalam pikiran saja tanpa adanya tindakan (sebatas angan saja juga tidak baik).
Tuladha ukara atau contoh kalimatnya adalah sebagai berikut ini;
Nadyan sliramu gagah Prakosa Sakti mandraguna prasasat tandas tapak paluning andhe sisaning gurinda nanging kudu tansah menambah Gusti iku nuduhake yang Raden Gatotkaca ora oleh gumedhe gedhe atine, ngremehake wong liya.
Artinya adalah ; Meskipun dirimu gagah perkasa, saksi mandraguna tidak mempan senjata olahan dari pandai besi, senjata tajam, namun harus senantiasa beribadah kepada Allah SWT, itu menunjukkan Raden Gatutkaca tidak boleh takabur, dan meremahkan orang lain.
Demikianlah gambaran dalam bahasa Jawa wong sing ampuh digdaya sekti mandraguna (gambaran tokoh sangat hebat dan sakti) yaitu dengan unen unen tan tedhas tapak paluning pandhe, sisaning gurinda. Wassalaamu’alaikum.