Belo Melu Seton Tegese Nduweni Teges (Basa Jawa)
Belo Melu Seton Tegese utawa nduweni teges yaiku manut grubyuk ora ngerti karepe utawa Mung melu melu wae ora ngerti karepe, kalebu jinise saloka ana ing basa rinengga paribasan bebasan saloka, artinya adalah anak kuda (belo) yang ikutan di hari sabtu (asalnya dari kata setu/hari sabtu kemudian menjadi seton). Maksudnya adalah orang yang hanya ikut-ikutan saja tanpa mengetahui apa maksud dan tujuannya.
Pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, wilujeng enjang selamat pagi para peminat Bahasa Jawa khususnya pelajar SD SMP SMA yang mempelajari basa rinengga bebasan paribasan saloka.
Kali ini kita akan membahas tentang saloka kang ateges manut grubyuk ora ngerti karepe, utawa wong kang mung melu melu bai ananing ora ngerti apa karepe.
Jadi belo tegese yaiku anak jaran, artinya adalah belo merupakan sebutan untuk kuda yang masih kecil atau anaknya kuda.
Adapun tegese melu tegese yaiku ndherek (basa krama inggil) yang terjemahan kedalam Bahasa Indonesia yaitu “ikut”. Contoh kalimat misalnya anake melu ngancani kerjo, artinya anaknya turut serta menemani bekerja.
Seton tegese yaiku watangan ing dina Sabtu. Asalnya dari kata setu (sabtu – Jawa) yang bisa berarti suatu hal berkenaan dengan kegiatan atau apapun itu untuk hari sabtu.
Tegese Belo Melu Seton yaiku
Jadi sebagaimana sudah ada dalam bahasan sebelumnya, ungkapan ini kalebu jenise saloka, yang memberikan gambaran tentang perilaku seorang atau beberapa orang yang hanya ikut-ikutan saja tanpa mengetahui apa maksud dan tujuannya.
Adapun riwayat dari saloka ini adalah sebagai berikut kisah ceritanya.
Belo merupakan anak kuda, sifatnya nyaris tidak bisa dipisahkan dengan induknya, kemana sang induk pergi maka si belo (anak kuda) ini turut serta mengikutinya.
Adapun seton merupakan suatu kegiatan rutin atau sering terjadi pada hari sabtu. Sehingga dari tembung lingga setu ini menjadi seton (setunan) kegiatan pada hari sabtu.
Pada zaman dulu masa raja raja Jawa, hari sabtu merupakan waktu untuk kegiatan Latihan. Semisal menunggang kuda, sodoran atau berlatih tombak, membuat kuda menjadi semakin jinak dan lain sebagainya. Intinya adalah kegiatan yang berhubungan dengan hewan ini.
Pada saat kegiatan pada hari sabtu ini (setu menjadi setu + an sehingga menjadi seton) ada atau banyak anak kuda yang mengikuti induknya. Bisa karena alasan masih membutuhkan minum susu atau memang tidak ingin berpisah dengan induknya.
Pastinya si belo yang datang ke lokasi kegiatan pada hari setu (seton) ini tidak mengerti apapun tentang kegiatan atau apa acaranya. Yang penting dia datang ke tempat lokasi karena ikut-ikutan induknya yang hadir pada tempat itu.
Makanya paribasane atau salokane wong sing kang mung yaiku manut grubyuk ora ngerti karepe yaiku belo melu seton. Demikianlah informasi tambahan pagi ini, maturnuwun sudah mampir, salam kenal dan wassalamu’alaikum.
Tinggalkan Balasan