Mbaguguk Ngutha Waton Tegese

mbaguguk ngutha waton

Mbeguguk/Mbaguguk ngutha waton tegese yaiku mbangkang marang pamarentah, artinya yaitu membangkang kepada perintah, yang secara harfiah diam saja bagaikan batu/benteng keraton (tidak mau bergerak apapun yang terjadi, misalnya ada perintah dari raja).

pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh, wilujeng enjang selamat pagi para among sinau siswa siswi SD SMP SMA maupun murid pada Madrasah MI MTs MA.

Semoga kesehatan dan keselamatan serta keberkahan senantiasa Allah limpahkan kepada kita semua. Amiin.

Baiklah, kali ini kita akan membahas mengenai paribasan seseorang yang diam saja meskipun mendapat perintah dari orang yang pangkat atau kedudukannya lebih tinggi.

Yaitu memisalkan atau ungkapannya mempunyai makna diam saja bagaikan batu atau benteng keraton karena tidak mau mengikuti perintah.

Kenapa bisa begitu?

Baiklah, untuk mengetahui bagaimana ungkapan wong kang mbangkang marang pamarentah yaiku mbeguguk ngutha waton, maka berikut informasi arti perkata bausastra dasanama untuk memudahkan kita memahaminya secara lengkap.

Arti perkata Mbaguguk Ngutha Waton lan Tegese

Saya membaca beberapa artikel dalam website, ada yang menyebut dengan kata mbaguguk, adapula yang menyebutnya dengan mbeguguk.

Secara tata bahasa Jawa mana yang lebih benar masih tanda tanya bagi saya yang manakah sesuai, ataukah kedua duanya benar.

Namun setidaknya arti secara bahasa setiap kata dalam ungkapan ini yaitu

mBaguguk ngutha waton = mbangkang marang pamarentah mBondhan tanpa ratu = mbangkang marang nagara
mbeguguk utawa mbaguguk tegese yaiku mbegeg ora obah, meneng artinya diam saja tidak bergerak.

ngutha asale saka tembung kutha ana uga kang maknani nganggo mahkutha. Berasal dari kata kota, ada juga yang memberi arti memakai mahkota.

waton tegese saka watu benteng pager banon utawa tugu. Berasal dari kata batu, benteng, pagar banon atau tugu.

Jadi secara harfiah tegese basa lugu yaiku mbegeg ora gelem obah kaya watu utawa benteng kutha. Artinya yaitu diam saja tidak mau bergerak bagaikan batu atau benteng kota.

Ungkapan ini memiliki maksud perilaku membangkang, tidak mau mengikuti perintah. Adapun bentuk pembangkangannya yaitu dengan diam saja tidak mengikuti apa yang menjadi perintah orang yang memberikan arahan atau perintah.

Tuladha Ukara

Dalam kisah nyata, ada yang memberikan contoh untuk ungkapan ini yaitu sikap mbah Marijan sebagai juru kunci gunung merapi yang menolak perintah Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk turun gunung menyelamatkan diri.

Namun mbah Maridjan Keukeuh tidak mau turun gunung.

Hari itu Maridjan mengatakan, dia tetap di tinggal di rumah, menepati janjinya terhadap Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang mengangkatnya.

Dalam konteks ini ada orang yang menyebut bahwa mBah Maridjan mbalela atau mbaguguk ngutha waton, tidak menuruti perintah Sri Sultan Hamengku Buwana X.

Sekedar tambahan informasi, melansir dari situs viva menyebutkan bahwa nama asli mBah Maridjan beserta gelarnya adalah bernama asli Mas Penewu Suraksohargo.

Dalam buku Retno Ginubah Oleh S. Siswosudiro memberikan contoh wenehi tuladha ukara yaiku “Aja mbeguguk ngutha waton, awit akeh kancamu kang padha duwe wajib reksa rumeksa.

Demikianlah ungkapan bahasa Jawa mbalela beserta contoh kalimat dalam Bahasa Jawa, masuk kategori paribasan bebasan saloka silakan saja anda masukkan kemana yang benar. Wilujeng enjang, selamat pagi dan wassalaamu’alaikum.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *