Tembung saloka Basa Jawa kang ateges wong pinter mungsuh wong pinter iku ibarate kaya bebek mungsuh mliwis. Artinya orang cerdas bertarung atau bertanding dengan orang pandai ibaratnya seperti bebek melawan belibis.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, dalam saloka ini mengibaratkan orang yang pintar atau cerdas dengan bebek dan belibis.
Pada bagian mana letak pemisalannya?
Yaitu dalam hal berenang.
Baik bebek maupun burung belibis memiliki kemampuan yang baik dan mengagumkan berbanding dengan hewan unggas yang lain.
Hal ini juga karena efek dari bentuk kaki kedua jenis hewan ini yang mempunyai selaput yang membuatnya bisa berenang lebih cepat.
Jadi kepandaian berenang bebek dan belibis yang sangat baik ini menjadi metafora kecerdasan orang (wong pinter).
Saloka kang ateges Wong Pinter Mungsuh Wong Pinter Iku Ibarate
Bagaimana jika kedua unggas ini bertanding? Lazimnya dalam pertandingan akan ada hasil menang, kalah ataupun seri alias seimbang.
Dalam saloka ini menggambarkan wong pinter mungsuh wong kang podho pintere ananging sijine kalah ulet lan trampil. Artinya adalah orang pintar melawan orang yang setara kehebatannya namun satunya kalah liat dan terampil.
Meskipun sama sama hebat, namun salah satunya mengalami kekalahan.
Bagaimana saloka ini memberikan gambaran?
Begini penjelasannya.
Bebek lan mliwis iku kewan kang padha, bebek serta belibis sebenarnya adalah sama atau sejenis.
Yang membedakan yaitu lingkungannya.
Dalam bahasa Jawa, mliwis yaiku bebek alas. Bebek liar yang hidup di hutan.
Karena mliwis merupakan hewan liar, maka dia mempunyai insting untuk hidup tanpa bantuan dari manusia. Sedangkan bebek dalam lingkungannya masih ada campur tangan dari manusia.
Karena kemandirian dan hidup pada alam bebas membuat mliwis atau belibis mempunyai keunggulan dalam bertahan hidup, ketahanan fisik maupun pengalaman hidup di hutan.
Karena lingkungan mliwis berupa alam liar ini, meskipun sama – sama hebat dalam berenang antara bebek dan mliwis, maka lazimnya yang keluar sebagai pemenang yaitu si belibis alias bebek liar.
Demikianlah pengibaratan dalam khazanah bahasa Jawa tentang pertandingan antara orang pandai melawan orang hebat yang akhirnya salah satunya kalah karena selisih keuletan, pengalaman dan faktor lain.
Bukan karena faktor ketidakmampuan, namun karena memang kalah kelas atau level kehebatannya.
Wilujeng dalu salam kenal dan wassalamu’alaikum.