Patih Sengkuni Negara, Ciri-ciri lan Watake Nduweni Sifat

Patih Sengkuni patih ing Negoro astina utowo Ngastina, nduweni utowo duwe sifat watake licik rusuh culas iri dengki srei, sombong, dur Angkara, urik lan liya-liyane sifat kang olo.

Patih sengkuni adine Dewi Gendari. Harya Suman (Patih Sengkuni) Apane kurawa? Yaiku pamane Kurawa.

Ciri ciri Sengkuni

Secara fisik sebagaimana mulanya dia seorang yang berwajah tampan, kemudian menjadi rusak karena berbagai pukulan maupun tendangan Patih Gandamana.

Kemudian, secara fisik pasca kejadian ini, dalam pewayangan ciri-ciri tubuhnya yaitu; memiliki mata peten, hidung wungkal gerang, bentuk bibir atau mulut gusen memakai kumis, mempunyai jenggõt dan wõk.

Bentuk jari tangan raksasa, arah wajah lanyap, posisi kaki jangkah.

Adapun Sunggingan badannya berwarna emas, untukwrna wajah berwarna merah muda atau emas. Patih Sengkuni mempunyai bentuk badan sedang begitu pula dia memiliki suara yang sedang.

Untuk pakaian, dia menggunakan busana, yaitu; irah-irahan trumbüs atau cewasan, sumpîng surengpati, jamang loro, gelang tangan punggawa atau binggel, gelang kaki binggel, memakai celana panjang cindhe dan memakai kain blõtrõng.

Sumber : https://wayangkulit-mp3.blogspot.com/2017/07/sengkuni.html

Adapun ciri-ciri pada sifat sikap dan kelakuan beserta wataknya adalah kumpulan iri hati dengki dan sifat culas serta menghalalkan segala cara, raja tega tanpa welas asih.

Ada banyak sifat buruk yang berkaitan dengan hati yang kotor dan kekejaman dalam pengejawantahan apa yang ada dalam isi hatinya.

Informasi mengenai Keluarga tokoh wayang sengkuni

Nama : Haryo Suman, Tri Gantalpati, Gandaraputra, atau Suwalaputra.
Ayah & Ibu : Prabu Suwala/Prabu Keswara (Raja Gandaradesa)
Istri : Dewi Sukesti/Dewi Surakesti

Anak : 1. Antisura, 2 Arya Surabasa dan 3. Dewi Antipati.
Saudara : Kakak : Dewi Gendari/Dewi Anggandari, Harya Gandarya (Raja Gandaradesa), Adiknya Surabasata, dan Harya Gajaksa

Awal Mula Nama dan Arti Sengkuni

Pada awalnya Harya Suman berwajah tampan.

Haryo Suman mulai menggunakan nama Sengkuni setelah keadaannya berubah buruk akibat dihajar habis-habisan oleh patih Gandamana pada masa pemerintahan raden Pandu di kerajaan Hastina.

Alasan Sengkuni dihajar habis-habisan karena Patih Gandamana tidak terima dirinya difitnah oleh Harya Suman bahwa dia telah berkhianat dan bersekutu dengan musuh.

Apa arti dari Sengkuni?

Sangkuni yang berasal dari kata “saka” dan “uni”. Memiliki arti berubah menjadi buruk akibat ulah mulutnya sendiri.

Harya Sengkuni diangkat menjadi Patih Setelah Destarastra menjadi Raja Astina.

Sengkuni Memakan Saudaranya Sendiri

penderitaan sengkuni sehingga menjadi jahat.
Kenapa Kurawa berjumlah 100 orang? Bermula kecempuruan Gendari karena Prabu Pandu sudah memiliki putra mahkota pewaris takhta yaitu Yudhistira.

Gandhari memiliki 99 putra dan seorang putri yang terlahir akibat dia memukul kandungannya sendiri.

Pemukulan kandungannya sendiri karena cemburu pandu memiliki pewaris tahta (Yudhistira).

Kejadian ini mengakibatkan terjatuh gumpalan daging dan ditendang sehingga menjadi seratus bagian yang terpisah.

Kemudian Suyudana alias Duryudana terbentuk lebih dahulu dan diikuti kemudian satu persatu saudaranya yang lain sehingga mencapai 100 anak.

keseratus orang atau anak inilah selanjutnya kita kenal dengan sebutan Kurawa.

Adapun nama Kurawa yang putri atau perempuan adalah Dursilawati atau Dursala, yang merupakan adik perempuan Suyudana/Duryudhana.

Pada saat Raja Drestarastra mengetahui aib Gendhari sebelum menjadi istrinya, dia menjadi murka dan menghukum seluruh keluarga raja Subala termasuk Sengkuni.

Hukumannya dengan memasukkan mereka kedalam penjara. Ada seratus bersaudara di dalam tahanan.

Dan tragisnya lagi pada saat berada dalam penjara, para tahanan ini cuma diberi nasi satu kepalan tangan untuk jatah makan harian bagi semuanya (dalam versi lain sebulir nasi).

dengan keadaan demikian, selanjutnya Raja Subala membuat keputusan bahwa yang lain untuk mati kecuali Sengkuni yang harus tetap hidup dalam rangka membalaskan dendam.

Situasi ini membuat terjadinya peristiwa kanibalisme, yaitu Sengkuni memakan saudara-saudaranya sendiri untuk supaya bisa bertahan.

Kenapa Sengkuni membenci Pandawa?

Cerita bermula sebelum Pandawa Lahir, ada banyak alasan dan akumulasi kekecewaan patih sengkuni begitu membenci pandawa, alasan singkatnya karena dia merupakan anak Prabu Pandu.

Rangkumannya adalah sebagai berikut;

  • Karena Prabu Pandu mengalahkannya dalam sayembara pilih, dan juga mengalahkannya dalam perang tanding
  • Cemburu dan iri hati karena pujaannya yaitu dewi Kunti menjadi istri Pandu
  • Kakaknya yaitu dewi Gendari tidak diperistri pandu malah dinikahkan dengan Destrarasta

Selanjutnya hal ini menimbulkan dendam kesumat pada dada Haryo Suman alias Sengkuni (kala itu belum menjadi patih).

Kisah awal mula Sengkuni melampiaskan kebenciannya kepada Pandu bermula dengan kematiannya (Pandu).

Sejak kematian pandu, Harya Suman kemudian melampiaskan kebencian kepada Pandu melalui keturunannya yaitu Pandawa.

Sengkuni selalu mempengaruhi Prabu Drestarastra dan Kurawa untuk berlaku dengan tidak adil pada Pandawa. Selanjutnya anda mengetahui sendiri bagaimana kisah epos ini dalam mahabharata atau wayang purwa.

Minyak Tala Sumber Kesaktian Patih Sengkuni

Secara kesaktian dalam pewayangan, Patih Sangkuni sebenarnya tidak begitu ahli dalam olah kanuragan.

Tetapi seluruh tubuhnya menjadi kebal terhadap berbagai jenis senjata.

Hal ini terjadi karena dengan kelicikannya dia berhasil mendapatkan khasiat dari minyak Tala milik Prabu Pandu yang sudah meninggal.

Peristiwa minyak tala ini juga yang membawa keluarga Pandawa dan Kurawa bertemu dengan Bambang Kumbayana. Yang pada akhirnya menjadi guru besar kedua keluarga tersebut bergelar Pandhita Durna.

Minyak Tala sendiri merupakan pusaka pemberian dewata sebagai hadiah karena Pandu pernah menumpas musuh kahyangan bernama Nagapaya.

Minyak ini merupakan dititipan Pandu kepada Destarastra yang kelak seharusnya diberikan kepada Pandawa jika sudah dewasa.

Beberapa tahun selanjutnya, kurawa juga menginginkan minyak tala yang mengakibatkan terjadinya perebutan.

Perebutan ini membuat Dretarastra membuat keputusan untuk melemparkan minyak tersebut beserta wadahnya yang berupa cupu sejauh-jauhnya.

Para Pandawa lima dan brayat Kurawa selanjutnya segera berpencar untuk bersiap menangkap wadah cupu yang berisi minyak tala.

Akan tetapi, sebelum Raja Destarastra hendak melemparkannya, Sengkuni terlebih dahulu menyenggol tangan Dretarastra sehingga sebagian minyak tala tumpah.

Segera setelah tumpahnya minyak, Sengkuni segera membuka semua pakaiannya dan bergulingan di lantai untuk membasahi seluruh kulitnya dengan minyak tala yang tumpah.

Semenjak bermandikan minyak tala ini kulitnya menjadi kebal terhadap berbagai gaman senjata.

Kekebalan inilah yang membuat dia sangat sulit dikalahkan meskipun sengkuni tidak terlalu sakti dalam ilmu kanuragan.

Adapun sisa minyak dan cupu yang menjadi wadahnya jatuh masuk kedalam sumur tua yang kurawa maupun pandawa tidak mampu mengambilnya.

Kemudian muncullah Dorna yang dengan mudah mengambil cupu berisi minyak tala ini dari dalam sumur dengan mudahnya. (sumber : wikipedia).

Ada berbagai versi lainnya dalam kisah ini.

Misalnya cerita bahwa Ketika Begawan Abiyasa membagikan minyak tala yang bisa membuat kulit menjadi kebal, keseratus Kurawa tidak mau antre dan menerjang berdesakan untuk berebut minyak sakti itu.

Siapa yang membunuh Sengkuni di Mahabharata?

Dalam perang Baratayuda, Sengkuni mati dirobek-robek mulutnya oleh Wrekodara (Werkudara) alias Bima.

Cerita meninggalnya atau dibunuhnya Sengkuni terjadi di medan laga saat terjadi perang Bharatayudha. Tepatnya tepatnya pada hari ke-18 yaitu hari terakhir peperangan.

Pada kisah yang asli, Sengkuni mati di tangan Sadewa (Karya Krishna Dwaipayana Vyasa)

Akan Tetapi dalam cerita pewayangan dia mati oleh Werkudoro atau Bima.

Sebenarnya secara ilmu kanuragan, sengkuni bukanlah orang yang hebat alias sakti, akan tetapi karena khasiat minyak tala, dia menjadi sulit untuk dikalahkan.

Hal ini membuat Werkudara putus asa dan kehabisan akal untuk mengalahkan patih yang terkenal dalam pewayangan ini.

Sampai suatu waktu Bima mendapat nasehat Prabu Kresna dan Kiai Semar untuk menyerang bagian mulut dan duburnya.

Alasannya karena pada dua bagian tubuh inilah yang tidak mendapat khasiat dari minyak tala.

Dan pada akhirnya Sengkuni dapat dikalahkan, meski kalah, dia belum juga mati berkat tuah keampuhan minyak tala.

Meski belum mati, keadaannya sangat parah. Mulutnya sobek, dan dalam cerita juga menyebutkan bahwa duburnya juga sobek, dengan tubuh yang remuk.

Ajal Sengkuni datang setelah Prabu Suyudana atau Duryudana dikalahkan Bima.

Keadaan suyudana sama saja, yaitu dalam kondisi sekarat dan luka parah.

Kemudian Duryudana alias Suyudana berkata bahwa dia hanya mau mati bersama istrinya yaitu Dewi Banowati. Alasannya karena istrinya lah pasangan hidup dan matinya.

Selanjutnya, atas saran Kresna, Sengkuni yang belum mati didekatkan ke Duryudana.

Kenapa begitu? Karena Duryudana tidak tahu karena matanya sudah buta akibat pertarungannya dan Sengkuni juga sudah tidak bisa bicara.

Kematian dua tokoh jahat dalam pewayangan ini (Duryudana dan Sengkuni) mati bersama setelah Duryudana menggigit leher Sengkuni.

Berbagai versi kematian patih Sengkuni

KrishnaDwaipayana Vyasa : Kematiannya oleh Sahadewa, putra bungsu Pandawa, pada suatu perang tanding di medan perang Kurusetra.

Cara kematiannya bermula pertarungan satu lawan satu antara Sengkuni dan Sahadewa pada hari ke-18 dalam peperangan, kemudian kepalanya terpenggal oleh panah berujung mata pedang berlapis emas milik Sahadewa.

Dalam teks Kakawin Bharatayuddha menyebutkan Sengkuni mati dengan cara setelah tubuhnya di potong-potong (mutilasi) menjadi beberapa bagian.

Selanjutnya potongan tubuh ini di sebar ke banyak tempat oleh Bima

Cerita Pewayangan selanjutnya menggambarkan kematiannya lebih mengerikan, bukan dengan cara mutilasi, tetapi tubuh Sengkuni di kuliti hidup-hidup oleh Werkudara setelah mulut dan duburnya di robek dengan Kuku Pancanaka.

istilah berkaitan dengan Sengkuni Haryo Suman

Jalatunda : tempat sengkuni dan Kurawa menceburkan Bima, tempat yang terkenal angker dan penuh hewan berbisa khususnya ular.
Harya Suman : nama patih sengkuni pada saat masih berwajah tampan dan ganteng sebelum rusak karena patih Astina hingga cacat seumur hidup.
Luweng : lubang jebakan semisal sumur yang dalam (untuk menjebak patih Gandamana)

Gedung Jatugreha : tempat para Pandawa bermalam di dekat Hutan Waranawata dalam peristiwa bale sigalagala
Bale sigala gala : tempat untuk pembunuhan Pandawa dan Dewi Kunti namun gagal
Purocana : Ahli Bangunan yang membuat bale untuk menjebak Pandawa, kemudian dia dibunuh sengkuni karena takut membocorkan rahasia.

Minyak Tala : bisa membuat kulit kebal terhadap berbagai senjata (yang membuat sengkuni menjadi sulit di kalahkan).
Jorodan : Jubah Bekas (pakaian yang di kenakan Dewi Kunti semenjak peristiwa minyak tala).
Pandawa Dadu : kisah mengenai kekalahan Pandawa sehingga harus merelakan negara Amarta menjadi milik Kurawa dan rela menjalani hukuman buang selama 12 tahun di hutan dan bersembunyi selama 1 tahun.

Catatan penghimpun kisah : ada berbagai versi dalam epos ini, harap maklum jika ada yang berbeda kisahnya.

Rangkuman dari berbagai sumber;

  • https://www.kompasiana.com/mahardhikasy/552b39336ea834371e552d48/kisah-hidup-patih-sengkuni
  • https://sekarbudayanusantara.co.id/sengkuni/
  • http://repository.isi-ska.ac.id/2620/1/PENELITIAN%20SANGGIT%20SENGKUNI%20Drs.%20YB%20Rahno%20Triyogo%2CM.Hum.pdf

Ibnu Singorejo

Postingan baru : Kami usahakan Jadwal hari Senin dan Jumat akan ada tambahan postingan artikel baru. Terima kasih sudah menyimak. saran dan kritik serta sumbangan artikel kami tunggu. contact info : cspontren@yahoo.com twitter : PontrenDotCom FB : Gadung Giri

Tinggalkan Balasan