pertanyaan santri kepada Dosen, terus mereka menikah dengan siapa?

data emis pondok pesantren

Pada suatu hari selasa di tahun 2016 pertengahan bulan September dimulailah perkuliahan di salah satu Universitas Swasta di Surakarta.

Dalam mata kuliah yang membahas tentang ushul fiqh, dosen wanita yang sabar baik dan cerdas mengungkapkan keprihatinan beliau akan minimnya kader ulama pria pada masa sekarang.

Asumsi beliau karena sedikitnya laki laki dibanding wanita yang sekolah di madrasah/sekolah berbasis agama. dalam dialog terjadi seperti ini.

Dosen : saya merasakan keprihatinan akan kurangnya calon alim ulama laki laki di saat ini.

santri : koq bisa terjadi seperti itu bu?

Dosen : “Selain jadi dosen di sini saya juga mengajar di Kampus negeri sana, selain itu saya juga mengajar di Madrasah Aliyah. untuk di ketahui, dalam kelas kalo rata-rata terisi 25 anak, maka yang 5 adalah laki laki dan yang 20 adalah wanita. secara umum yang saya alami seperti itu.”

santri : “lha kalo lima itu jadi ulama khan udah banyak bu.”

baca : NSPP Pesantren ( Nomor Statistik Pondok Pesantren )

baca : Artis pernah di pondok pesantren

baca : Emis aplikasi desktop pondok pesantren

Dosen : “Lah justru itu sudah cuma lima anak,  cah lanang lanang itu yang bikin onar, mbolosan, tongkrong di kantin, tidur dalam kelas, gangguin siswi dan kegiatan aneh yang lain yang tidak menunjang keilmuan mereka.” Begitulah ibu dosen sedih dan mengelus dada (tolong diartikan secara kiasan, jangan di artikan secara harfiah).

barcelona-114255_640.jpg
duduk duduk

Santri. “ooo begitu ya bu, semoga aja mereka baik pria dan wanita nya bisa jadi alim ulama yang soleh dan baik serta bisa membangun ummat. Oh iya bu. boleh saya tanya terkait hal yang ibu sampaikan barusan?”

Dosen :“Silakan.”

Santri : Kalau yang laki – laki 5 anak dan yang perempuan 20 anak, lha nanti kalo mereka menikah jadi pasangan cuma ada 5 pasang bu. lha anak anak perempuan yang 15 mau dinikah siapa bu?

Dosen : ???????!!!^%&$^%$&%*

Santri :  😀

dasar para mahasiswa dan santri yang melihat dari sudut pandang mau tambah pasangan alias istri poligami yang hanya sekedar tahapan wacana dan nyaris tidak pernah terlaksana angan-angannya.

Zahra Nada

Santri kelas 1 PKPPS Wustha pada Pondok Pesantren Darul Mubtadi-ien Kebakkramat Karanganyar

Tinggalkan Balasan