Nggutuk Lor Kena Kidul Tegese

Nggutuk Lor Kena Kidul Tegese

Nggutuk lor kena kidul tegese yaiku Ngangkah marang sawijining wong katibakake marang wong liya, Nyemoni, nanging ditibakake wong liya, ngandhani (mituturi) sarana ditibakake wong liya.

pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu, wilujeng siang para pamiyarsa yang budiman. Kali ini kita akan membahas tentang peribahasa Bahasa jawa yang maksudnya adalah menyindir.

Maksudnya bagaimana tuh menyindir?

Yaitu mengomentari, mengomeli, mengata-ngatai orang namun diucapkan kepada orang lain, bukan yang hendak dia kata-katai.

Haduh ribet amat sih, bagaimana maksudnya?

Penjelasan singkat yaitu menyindir seseorang namun menggunakan orang lain untuk penyindirannya.

Misalnya hendak menyindir Agustinus yang anaknya pemalas, kemudian lewatlah Hasan yang anaknya rajin, kemudian pak guru menyampaikan jangan malas kepada si hasan karena akibatnya tidak baik. Nasehat ucapan ini penyampaiannya bisa saat berada di samping Agustinus yang sebenarnya hendak dinasehati agar tidak malas.

Jadi kalau artinya secara harfiah dalam Bahasa Jawa, nggutuk tegese yaiku nguncalne, nyawat, mbalang. Artinya nggutuk adalah melempar.

Lor artinya adalah utara dan kidul artinya yaitu selatan.

Jadi secara harfiah artinya ngguthuk elor keno kidul ini adalah melempar kearah utara yang kena bagian selatan.

Jadi melemparkan ucapan atau menyindir kepada seseorang, namun yang kena adalah orang yang lainnya.

Dalam bahasa Jawa yaitu Ngangkah marang sawijining wong katibakake marang wong liya (mengenai seseorang namun jatuhkan kepada orang lainnya).

Atau Nyemoni, nanging ditibakake wong liya. Nyemoni tegese yaiku nyacad, mengatakan hal yang tidak baik, namun dalam mencela dia mengarahkannya ke orang yang lain.

Penjelasan lainnya menyebutkan dengan ungkapan ngandhani utawa nuturi sarana ditibakake wong liya. Artinya adalah menasehati, memberikan nasehat namun dengan cara mengungkapkannya kepada orang lain, tidak langsung kepada yang bersangkutan.

Nggutuk Lor Kena Kidul kalebu jinise tembung, Tuladha ukara

Ungkapan unen – unen ini kalebu jenise tembung parbasan Basa Jawa.

Contoh dia hendak mengata-ngatai adiknya, namun yang dia kata-katai adalah kakaknya. Padahal maksudnya dia hendak mengata-ngatai adiknya. Kira kira seperti itulah situasi penggambaran keadaan ini.

Dalam contoh politik, sebagaimana dalam bahasa keren dengan sebutan strategi penyampai-an tujuan ilokusi kepada orang lain (bukan petutur).

Namun dalam penjabaran atau tafsiran lainnya, ungkapan ini merupakan istilah untuk orang yang salah melemparkan tuduhan atau salah dalam mendakwa orang lain.

Dalam Bahasa Jawanya yaitu ngarani/ndakwa sing ora bener (menuduh yang tidak benar, karena dia menuduh yang utara, namun yang kena malah yang bagian selatan).

Tuladha ukara, aja kaya Agustinus amarga senengane nggutuk lor kena kidul. Artinya, janganlah seperti si Agustinus yang sukanya menyindir dengan menggunakan orang lain. Maturnuwun sudah mampir, wassalamu’alaikum.

Tentang

salam blogger

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*