beragama dengan gembira. Menjadi seorang yang taat Agama sering dipersepsikan sebagai sosok yang serius yang jauh dari rasa gembira.
Hal ini disebabkan adanya asumsi Agama mengajarkan hal-hal yang penting dalam kehidupan manusia; tentang iman kepada Tuhan, iman kepada hari akhir dan lain-lain, sehingga seorang yang beragama harus senantiasa dalam keadaan serius.
Jika kita kaji lebih dalam, Islam tidak semata-mata mengajarkan hal-hal yang bersifat serius dalam Agama.
Namun juga mengajarkan kegembiraan dan kesegaran dalam menjalankan Agama.
Nabi ketika mengutus Muadz Bin Jabal untuk berdakwah ke Yaman berpesan agar senantiasa mengedepankan kegembiraan dan kemudahan, bukan menakut-nakuti atau mempersulit (bassyiru wala tunaffiru yassiru wala tu’assiru) (HR. Bukhari dan Muslim).
Nabi juga melaksanakan hidup dengan penuh kegembiraan bersama para Istri dan para Sahabat.
Suatu ketika Nabi diminta mendoakan seorang wanita tua agar masuk surga, Nabi menjawab: ” Sesungguhnya Surga tidak dimasuki orang tua” ( HR.Tirmidzi). Dengan maksud nanti ketika di surga semua manusia menjadi muda belia.
Pada zaman dahulu, para ulama terbiasa menjawab dan berdiskusi persoalan Agama dengan penuh kegembiraan.
Misalnya, ada kisah seseorang yang meminta fatwa hukum seekor Singa yang masuk ke dalam masjid yang sedang ada jamaah sholatnya.
Seorang ulama menjawab, ” Selama ia bisa menjaga wudlunya , maka ia bisa melanjutkan sholatnya”.
Kegembiraan dalam al-Qur’an (Beragama dengan Gembira)
Secara spesifik Al Quran juga menyebutkan pesan kegembiraan ini. Antara lain agar kita tidak bersedih ketika menghadapi masalah, karena Allah selalu bersama kita . la tahzan innAllah ma’ana. ( QS. At Taubah : 40).
Dalam ayat lain disebutkan orang-orang yan dekat dengan Allah (awliya Allah) tidak akan merasa takut dan juga tidak bersedih ( QS Yunus : 62).
beragama dengan gembira. Selain itu, rahmat Allah telah menjadikan orang Islam senantiasa bergembira dan senang (fal yafrahu), bukan sedih dan muram ( QS Yunus : 58).
Selain itu, balasan orang yang beribadah dengan baik akan mendapatkan kegembiraan dari Tuhan .
Nabi dalam sebuah hadis menginformasikan bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan kegembiraan di dunia dan di akhirat (farhatani), yaitu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika menghadap Allah. ( HR.Bukkhori)
Kegembiraan yang dibolehkan dalam Islam tentu saja bukan tanpa batas.
Al Quran mengingatkan agar kegembiraan yang kita rasakan masih dalam koridor bermartabat dan bukan karena kita sedang melakukan maksiat.
Karena Allah Swt tidak suka mereka yang bergembira karena melakukan kemaksiatan dan perbuatan dosa ( QS Ali Imran : 170).
Semoga Ramadlan menjadikan kita mampu bergembira dan menggembirakan orang lain. Gembira secara emosional,terlebih-lebih secara spiritual , . Amien ya Rabbal alamien..
—– Muh. Rifai al Faqir —–
🌾 Ngaji Kehidupan( Hari Ke-14 Ramadlan 1442 H)