TPQ dengan SPP Mahal Lebih berkualitas dan banyak diminati masyarakat

TPQ dengan SPP Mahal Lebih berkualitas dan banyak diminati masyarakat

Opini pribadi mengenai biaya SPP yang mahal untuk level TPQ dan minat masyarakat merespon sejumlah uang yang ditarik lembaga dalam rangka biaya operasional pendidikan taman pendidikan Al Qur’an (TPA).

pontren.com – assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh, selamat malam para muslimin wal muslimat yang semoga selalu mendapatkan perlindungan dan rahmat dari Allah SWT.

Saya akan menceritakan tentang kondisi beberapa lembaga pendidikan alquran khususnya TPQ yang saya dengar mengenakan biaya yang termasuk tinggi untuk para santri di lembaga yang dikelola.

Juga tentang adanya rumah tahfidz yang didaftarkan sebagai Madrasah Diniyah Takmiliyah dengan keuangan serta tenaga pendidikan mendapatkan back up oleh seorang dokter guna kegiatan dan operasional pendidikan.

Yang pertama yaitu TPQ dengan SPP yang mahal, memang mahalnya berapa sih? Relatif juga ya karena TPQ ini mengenakan biaya kisaran Rp. 25.000,- sampai dengan Rp. 50.000,- kepada para santri yang belajar disitu.

Apakah orang tuanya keberatan dengan biaya segitu? Apakah TPQ menjadi sepi kurang peminat karena uang syahriah yang mencapai 50 ribu perbulan? Bukankah termasuk mahal dan tinggi bagi pendidikan TPQ?

SPP Mahal dan korelasi dengan minat orang tua dan santri mendaftarkan diri ke TPQ

Yup, ternyata jawabannya adalah Taman pendidikan alquran tersebut tidak sepi peminat, malah dikatakan tidak dapat menampung pendaftar bagi anak anak yang hendak disekolahkan disitu.

Pasti anda mengetahui alasan kenapa orang tua dan anak anak berminat dengan TPQ yang berbiaya “tidak murah” bagi pendidikan TPQ.

Alasannya adalah kualitas jaminan mutu anak anak pada lembaga ini nampak berbeda hasil yang diperolehnya, contoh kongkritnya yaitu kedisiplinan anak, hafalan surat pendek yang lumayan jauh, ada kegiatan ujian semesteran dan pembagian raport rutin dilaksanakan.

Dari kesimpulan ini bahwa sebenarnya secara umum biaya bukanlah termasuk hal yang dipermasalahkan oleh banyak kalangan selama sesuai dengan kualitas yang didapat. Kalau kita renungkan, saat ini orang tua ataupun pada umumnya orang di Indonesia telah memikirkan kualitas meskipun perlu ada tambahan biaya yang dikeluarkan.

Jadi kesimpulan secara umum dapat dikatakan bahwa pengenaan uang syahriah yang relatif “berisi” bukanlah menjadi komplain orang tua selama kualitas yang disajikan sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.

Alasan TPQ mahal lebih berkualitas

biaya masuk ibnu abbas klaten

Bukan hanya sekedar mengenai jumlah uang yang dikeluarkan saja, tapi ada faktor lain yang mendorong kenapa SPP ini menjadikan peningkatan signifikan bagi mutu TPQ dimaksud.

Pertama, dengana keberadaan uang SPP ini dapat memberikan gaji (kalau layak disebut gaji) bagi para pengajar atau ustadz ustadzah relatif mendingan, bukan hanya 25 ribu sebulan.

Keberadaan mukafaah ini membuat sang peneriman (guru dan ustadz) memiliki ikatan dan tanggungjawab secara moral dalam mengajar, sehingga mereka tidak akan sekenanya pada KBM baik disiplin waktu mulai dan selesai pembelajaran ataupun kualitas mengajar anak yang sak sak e.

Kedua, adanya biaya yang mendingan ini membuat orang tua merasa sayang jika anak membolos TPQ karena alasan yang tidak jelas, eman-eman wis dibayari koq ora di nyangi (sayang sudah dibayar koq tidak diambil haknya).

Demikian ini membuat anak anak menjadi lebih tertib dalam berangkat TPQ karena dorongan dan pengawasan orang tua atau wali santri untuk tertib menuju lokasi pendidikan.

Ketiga, biaya SPP ini akan mendorong pengelola TPQ membuat inovasi dan kegiatan serta terobosan guna memaksimalkan potensi santri pada pembelajaran alquran maupun ilmu keislaman yang lain.

Termasuk didalamnya yaitu pelaksanaan ujian, rapotan bahkan wisuda santri menjadi terprogram dengan rutin dan dapat menjadi bahan evaluasi para pengasuh serta pengajarnya untuk pendidikan selanjutnya.

Hal ini untuk menjaga kepercayaan dan harga diri para pengajar supaya tidak di paido para wali dan orang tua murid.

Jika tidak memiliki suatu hal yang dapat diandalkan sebagai pembeda dengan TPQ gratisan maka kuping siap memerah mendengar komentar, wis mbayar larang larang koq hasile yo podo wae ra ono bedane (sudah bayar mahal kok hasilnya sama saja tidak ada bedanya. Maksudnya tidak berbeda dengan TPQ yang biasa – red).

Ini juga terjadi dengan rumah tahfidz yang di back up secara keuangan seorang dokter. Hasilnya yaitu banyak santri yang rumahnya termasuk jauh dari lokasi rumah tahfidz ini diantar jemput oleh orang tuanya, entah memakai sepeda motor atau mobil pribadi.

Kenapa orang tua ini mau susah susah antar jemput anak untuk TPQ atau rumah tahfidz? Padahal di sekitar dia terdapat TPQ juga?

ambil raport TPQ
ilustrasi wali santri TPQ ambil raport dengan jalan kaki

Ya begitulah, alasan yang realistis yaitu orang tua melihat adanya kualitas yang terjaga pada lembaga pendidikan rumah tahfidz sehingga rela antar jemput anak walaupun lokasi relatif jauh.

Era memilih kualitas meski ada biaya tambahan

Saat ini menurut saya memang situasinya seperti itu, lihat saja SDIT dengan biaya yang lebih mahal dibanding sekolah negeri (bisa jadi SD nya malah gratis), tetap saja SDIT ini relatif mendapatkan murid yang banyak.

Bahkan pada beberapa kasus, sekolah SD Negeri yang gratis sekalipun dilakukan regrouping, yaitu menyatukan dua sekolahan menjadi satu karena kekurangan siswa.

Kemana para muridnya? Ya itu tadi, memilih sekolahan yang dirasa memiliki mutu dan kualitas yang lebih baik meskipun mengeluarkan biaya relatif banyak.

Berharap Takmir Masjid mau menggelontorkan dana

Dari kejadian dan situasi diatas, harapannya adalah semoga takmir masjid yang memiliki kas berjuta juta dan ngendon di bank mau memberikan dana yang relatif berperikemanusiaan kepada lembaga TPQ yang berada di wilayahnya.

Apalagi jika ada TPA yang dilaksanakan pada kompleks masjid, dengan pertimbangan manfaat, semoga saja takmir memiliki kebijakan menaikkan anggaran yang diberikan kepada pengelola TPQ dalam rangka meningkatkan kualitas santri anak didiknya dengan cara perbaikan adimnistrasi maupun secara pengajaran.

Jika sudah berjalan dengan baik nanti para pengelola TPQ dapat mengenakan uang syahriah atau SPP yang sekiranya dapat men support keberadaan TPA.

giatan TPQ yang menyenangkan

Lha anak anak yang tidak mampu enggak dapat belajar di TPQ dong kalau begitu caranya?

Ya seharusnya tidak begitu, utamanya bagi yang rumahnya dekat dengan masjid.

Seperti informasi yang saya terima, SPP TPQ yang mengenakan biaya juga membuat program beasiswa atau sekolah gratis bagi santri yang berdomisili di sekitar lembaga beroperasi, sehingga kalangan yang kondisi sedang sulit tetap terlayani pendidikannya.

Yang jelas secara analisa, bahwa dalam membuat TPQ dapat meningkat dalam hal kualitas secara signifikan perlu memperhatikan hal hal sebagai berikut;

  • Keberadaan administrasi yang baik (absen, kaldik, soal semesteran, raport, dll);
  • Keberadaan guru pengajar yang mumpuni (baik secara pengetahuan dan disiplin serta kemampuan metode mengajar yang baik);
  • Biaya operasional yang mencukupi dalam KBM (setidaknya untuk mencetak raport, menggandakan soal ujian TPQ serta sarana prasarana KBM semisal spidol, buku iqra atau semacamnya),sedikit bayaran kepada pengajar sebagai pengikat dan beban tanggungjawab moral;

Itulah analisa pribadi mengenai biaya TPQ yang dianggap relatif mahal berdasarkan penuturan salah satu pegawai di KUA yang dahulu sempat menjadi penyuluh agama Islam.

Demikian opini malam ini, wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Postingan baru : Kami usahakan Jadwal hari Senin dan Jumat akan ada tambahan postingan artikel baru. Terima kasih sudah menyimak. saran dan kritik serta sumbangan artikel kami tunggu. contact info : cspontren@yahoo.com twitter : PontrenDotCom FB : Gadung Giri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*