Guru TPQ Bukan Kualitas yang Terbaik di Lingkungan Lembaga Berdiri
Opini mengenai kualitas pengajar pada taman pendidikan alquran berdasarkan asumsi dan pengamatan di lingkungan sekitar mengenai kualitas sumber daya dari pendidik pada TPQ dari segi ilmu pengetahuan maupun metode mengajar yang umumnya terjadi, bukan situasi kasuistik kejadian luar biasa di suatu daerah.
Pontren.com – assalamualaikum poro sedulur, kali ini kami beropini atau mengeluarkan pendapat terkait dengan kualitas SDM (sumber daya manusia) para pengajar pada lembaga Taman Pendidikan Alquran. Yang disorot bukan masalah keikhlasan hati atau yang lain atau bermaksud memojokkan atau lebih dari itu merendahkan secara profesi penuh amal ibadah ini.
Baca;
Menjadi guru TPQ yang baik #
Membuat TPQ menjadi berkualitas #
Membuat program Unggulan untuk TPQ #
Akan tetapi lebih kepada sorot bagi para pemilik ilmu dan pengalaman di bidang kegiatan belajar mengajar serta keilmuan agama yang dirasa sangat kurang dalam terjun langsung memberikan tranfer ilmu kepada anak didik di Lembaga TPQ yang umumnya berusia kanak kanak maupun setingkat pendidikan dasar.
Baiklah, maksud bukan kualitas terbaik bagaimana sih? Koq bisa berpendapat seperti itu? Sekali lagi jangan salah paham sebagai opini yang merendahkan para guru TPQ yang saat ini aktif, tapi silakan anda simak pendapat kami dengan seksama kemudian anda dapat memberikan tanggapan, penghakiman atau koreksi bahkan revisi maupun bantahan setelah rampung menyimaknya.
Maksud Guru TPQ bukan Kualitas yang Terbaik
Maksud kualitas bukan yang terbaik yaitu secara kasat mata, umumnya pengajar atau guru TPQ umumnya bukanlah orang orang yang dianggap nomor satu dalam bidang agama di lingkungan TPQ. Maksudnya? Coba kita jujur dan mencari siapakah orang atau kalangan yang dianggap paling mumpuni atau ahli dalam agama dan pendidikan. Jawabannya bisa pak Kyai, pak ustadz, pak dosen Perguruan Tinggi Islam, Guru Agama, penyuluh Agama Islam PNS, dan lain sebagainya.
Apakah jawaban anda salah satu dari profesi atau orang yang disebutkan diatas? Yaitu orang atau kalangan yang terbaik atau mumpuni bidang agama maupun pendidikan? Bisa jadi jawaban anda kebanyakan sama seperti yang kami sebutkan diatas, ya intinya orang yang terbaik dalam keilmuan agama maupun pendidikan adalah tokoh masjid di lingkungan setempat.
Jadi kesimpulan saya disini merekalah yang disebutkan diatas merupakan kualitas tebaik bidang agama dan pendidikan di lingkungan masing-masing atau sekitar lembaga TPQ yang berlangsung entah itu Kyai atau Ustadz, Dosen Perguruan Tinggi Islam atau Guru Agama maupun Penyuluh Agama Islam Fungsional PNS.
Dari sini sekarang kita coba menyimak, ada berapa banyak orang dari tokoh atau profesi diatas yang rutin dan secara langsung mengajar TPQ di lingkungan sekitar atau paling dekat dengan domisilinya? Saya kira jawaban yang meluncur akan banyak yang menjawab “tidak ada”. Jika ada yang menjawab ada, saya sangat salut kepada beliau yang disebut atau berprofesi diatas yang meluangkan waktu secara rutin mengajar TPQ.
Alasan Para Tokoh Number one tidak Mengajar Langsung pada TPQ
Kenapa atau alasan apa sehingga para para tokoh agama ini tidak terjun mengajar TPQ menjadi ustadz atau ustadzah? Why? Padahal bisa dikatakan mereka bersepakat bahwa pendidikan TPQ itu penting, sangat penting.
Beberapa alasan kenapa para tokoh ini tidak mengajar TPQ secara langsung. Misalnya, kegiatan kesibukan yang luar biasa sehingga waktu mengajar TPQ menjadi tidak kebagian. Misalnya guru Agama atau dosen maupun kyai tentu memiliki aktivitas dari pagi sampai sore yang menyita waktu, dosen mengajar mahasiswanya, guru memberi pelajaran kepada anak didik, Kyai dengan aktivitas pendidikan bagi para santri ataupun mengelola pesantren.
Yang kedua, bahwasanya jika mengajar TPQ dengan maksud dapat membuat anak dapat membaca alquran maka cukup kalangan yang sudah lancar membaca alquran sebagai pengajarnya, dimana tidaklah perlu seorang master untuk membuat anak dapat membaca tulis alquran.
Ingat teman saya yang anak magelang alumni UGM yang berkaitan dengan nuklir, tidak perlu membunuh lalat menggunakan kapak, jadi mungkin karena cukuplah pemuda atau siapapun yang dapat mengaji untuk mengajari BTA bagi anak TPQ.
Kemudian kemana para ahli? Tentunya akan melakukan transfer ilmu atau aktivitas yang memerlukan keahlian lebih yang tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang, misalnya mengajar mahasiswa, memberikan ceramah, kajian atau rapat rapat yang menyangkut kemaslahatan umat.
Kalangan yang biasanya mengajar menjadi Guru TPQ
Lha kemudian siapa saja yang mengajar TPQ atau jadi guru ngaji? Tentunya diluar kalangan yang disebutkan diatas, yang menurut saya umumnya banyak dari pengajar TPQ ini memiliki aktivitas sehari hari misalnya;
- Guru TK atau SD
- Mahasiswa atau pelajar
- Orang yang sedang menunggu mendapatkan pekerjaan
- Marbot masjid
- Pekerjaan yang tidak terikat waktu (petani, pedagang, dll).
Inilah maksud dari pendapat saya dimana posisi para nomor satu jagoan bidang agama tidak menjadi pengajar secara langsung pada TPQ akan tetapi para kualitas diluar nomor satu yang memiliki niat dan kehendak serta keikhlasan sebagai pengajar pada TPQ.
Kemudian jika para tokoh ini tidak mengajar langsung, dimana posisi tokoh agama dalam TPQ? Biasanya para tokoh ini memiliki peran sebagai takmir masjid yang memayungi TPQ atau sebagai dewan pembina pada kepengurusan TPQ atau manager yang tidak mengajar. Atau menjadi penggerak mencarikan dana demi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar dalam hal sarana prasarana dan KBM.
Apakah hal ini positif atau negatif (para tokoh agama nomor 1 di lingkungan) tidak menjadi pengajar atau guru TPQ?
Kalau hal ini saya tidak dapat berpendapat, akan tetapi saya kira jika anak anak diajar dengan para guru yang memiliki kualitas mumpuni tentunya hasilnya akan lebih baik.
Itulah opini malam ini, jika ada yang hendak mengomentari pendapat ini, jangan sungkan ataupun ragu untuk menuangkan dalam kolom komentar.
Tinggalkan Balasan