Pontren.com – Assalamu’alaikum poro sederek seislam seIndonesia, bulan dzulhijjah bagi masyarakat suku Jawa (Tengah) merupakan bulan paling favorit dalam melaksanakan hajatan pernikahan yang selanjutnya diikuti bulan syawal sebagai bulan yang disukai.
Pada Bulan Besar ini para penghulu panen raya mendapatkan jaspro karena banyaknya temanten yang melaksanakan ijab kabul dan mengundang para naib ini sehingga dianggap ijab diluar jam kerja atau kantor.
Tadi siang (18 Agustus 2019) merupakan hari dimana waktu ngiring manten (mengantarkan keluarga pengantin pria menuju lokasi pernikahan yang dipilih pengantin wanita). Adapun sang mempelai pria adalah tetangga anaknya guru saya waktu zaman esde sekaligus putra dari Ketua Takmir Masjid Baiturrahman.
Oh iya, sang mempelai laki-laki bernama Fajar Dwi Anggoro, yang lebih muda biasanya menyebut atau memanggil dengan mas Fajar, sedangkan mempelai wanita entahlah nama lengkapnya siapa, tapi tadi dengar dari pembawa acara sepertinya dipanggil dengan mbak Dita.
Waduh blaik, padahal putra pertama dari Pak Mugiyono dengan bu Sriyati juga dipanggil mas Dita, mbuh piye iki sesuk sik ngundang (memanggilnya).
Halah pikir keri nanti juga akan ada solusi biar tidak salah maksud dalam menyebut nama Dita.
Berangkat dari Desa Girimulyo menuju Kerjo jam 09.00 WIB ( jam 9 pagi) dan selesai acara walimahan di pihak wanita kisaran jam 12.00 WIB yang dilaksanakan di gedung depan Kecamatan Kerjo.
Bukan perjalanan acara yang akan dibahas, tapi tadi ada mubaligh yang menyampaikan 3 model suasana rumah tangga dalam kehidupan keluarga disertai dengan sekilas menerangkan kenapa di istilahkan seperti itu.
Pas disampaikan bersamaan dengan sesi fota foto penganten dengan keluarga dan kaum pejabat desa kadusan serta erte erwe dan kalangan tetangga kiri kanan rekan akrab dain lain sebagainya.
Model Suasana Rumah dalam kehidupan berumah Tangga
Kembali lagi ke 3 model suasana rumah tangga dalam kehidupan berkeluarga, menurut pak ustadz tersebut adalah;
1) Model seperti Kuburan
2) Model seperti Hotel
3) Model seperti Pesantren
Berikut keterangan tentang ketiga macam suasana rumah bagi keluarga menurut sang mubaligh tersebut;
Model rumah seperti kuburan dalam rumah tangga
Model ini yaitu dimana suami istri keluar masuk rumah diam saja, kurang ada komunikasi, minimal dalam bertegur sapa dan lain sebagainya, padahal jika berkumpul dengan rekan malah dapat lepas tertawa ngobrol dan berbeda perilaku dengan saat berada dirumah.
Dengan kondisi kediaman kedua orang suami istri ini karena kesenyapan yang terjadi sehingga suasana rumah dianggap seperti kuburan.
Akan tetapi ada 1 keheranan yang diungkap oleh pak mubaligh, walaupun omahe koyo kuburan, tapi koq anake yo akeh. 😀 ?
Kondisi suasana rumah seperti hotel dalam kehidupan rumah tangga
Yang kedua yaitu pemisalan rumah bagaikan hotel, dimana suami istri pulang kerumah, kemudian mandi dandan pake make up full tak lama kemudian pergi lagi melakukan aktivitas.
Hal ini ditiru perilakunya oleh anak – anak. Dimana anak anak dari sekolah atau bermain, kemudian membersihkan diri, bagi yang cewek ya dandan, selesai dandan, terbang entah kemana beraktivitas kegiatan yang diinginkan.
Diungkap oleh pak ustadz tadi hal ini terjadi karena anak merupakan fotocopy dari orang tuanya, sehingga perilaku meniru plagiat perbuatan orang tuanya dapat tercermin pada anak (walaupun tidak semua begitu).
Suasana rumah seperti pesantren dalam kehidupan keluarga dan rumah tangga
Yang ketiga yaitu keadaan rumah yang terasa seperti di pondok pesantren, dimana pada waktu akan masuk rumah uluk salam (mengucapkan assalamu’alaikum).
Sebelum masuk rumah maupun keluar rumah dengan berdoa, saat adzan lekas menuju masjid dan dirumah dihiasi dengan tadarus mengaji secara rutin ba’da magrib maupun subuh.
Itulah salah satu ular ular atau entah tadi apa namanya yang disampaikan oleh pemateri dalam acara walimahan mas Fajar Dwi Anggoro putra dari ibu Sriyati dengan Bapak Mugiyono di Kerjo Kabupaten Karanganyar.
Tentunya dari ketiga suasana rumah tangga diatas, yang nomor ketiga atau suasana seperti pesantren yang diharapkan menaungi keluarga kita serta keluarga mas Fajar yang baru saja sah ijab kabul dan berhak menyandang predikat suami secara resmi.
Oh iya, namanya keluarga mestinya mengalami hal yang kurang mengenakkan yang menimbulkan salah dua dari keadaan rumah diatas, walau mengalami suasana rumah seperti kuburan atau semisal hotel, semoga tidak lama lama kejadiannya, ya hanya sehari dua hari saja harapannya.
Selamat menempuh hidup baru mas Fajar, semoga sakinah mawaddah wa rahmah.
Do’a Pak Mubaligh untuk mempelai dan para tamu dan keluarga yang menghadiri
Menyitir doa dari pak mubaligh tadi, bahwasanya mas fajar dan mbak dita didoakan semoga;
- Dalam 2 tahun atau sebelum dua tahun sudah dikarunai putra atau putri yang solihah;
- Dalam jangka kurang dari 10 tahun semoga sudah dapat memiliki gubug (maksudnya rumah yang layak tentunya).
- Dalam jangka kurang dari 25 tahun sudah dapat mengintari Ka’bah dan berkunjung ke Kota Makkah dan Madinah di Saudi Arabia (tentunya doa supaya dapat menunaikan ibadah haji).
Itulah ketiga doa yang diucapkan oleh pak mubaligh (mbuh namanya siapa tadi), yang dalam pangandikan beliau bahwa doa ini juga diperuntukkan para tamu maupun pihak keluarga yang menghadiri acara walimahan antara mas fajar dengan mbak dita.
Wassalamu’alaikum, Cuthel.