Wong gedhe utawa luhur, ilang kaluhurane, salokane yaiku kaya Baladewa ilang gapite, bisa uga nganggo tembung wayang, gatotkaca lan sakpiturute. Artinya adalah orang besar atau berkuasa hilang keluhuran dan kekuasaannya, peribahasa bahasa Jawanya yaitu Baladewa hilang gapitnya.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, orang suku jawa menggambarkan tentang orang yang berpangkat tinggi, punya kekuasaan, derajat pangkat yang bagus namun kehilangan semuanya dengan menggambarkan bagaikan wayang (bisa Baladewa, Gatotkaca atau tokoh lainnya) yang hilang penjepitnya atau gapitnya.
Dalam bahasa Jawa yaitu wong gagah kang ilang kakuwatane wong kang ilang kekuwatane salokane kaya wayang ilang gapite. Bisa uga nganggo jenenge Baladewa, Gatotkaca lan liya liyane.
Contoh misalnya yang kecil-kecilan, apabila ada seorang lurah, kepala desa, ataupun seorang camat, pada saat menjabat maka omongan, perintah dan tanda tangannya akan mendapatkan ketaatan dari orang-orang khususnya bawahannya dan rakyatnya secara langsung.
Namun apabila sudah memasuki masa pensiun, purna tugas, yang istilahnya lagi tidak menjabat sebagai pejabat publik maka banyaklah yang hilang dari kemampuan kekuasaannya itu.
Namun pada saat jabatan itu sudah tidak dia emban, serta merta juga dia kehilangan wibawa dan penghormatan dari orang dahulu begitu sangat hormat.
Salokane Wong Gedhe Utawa Luhur Ilang Kaluhurane yaiku Wayang Ilang Gapite
Contoh kalimat misalnya adalah sebagai berikut;
Sawise lengser saka lungguhe, saiki pak Agustinus kaya wayang ilang gapite. artinya setelah turun dari jabatannya, sekarang pak Agustinus bagaikan wayang kehilangan gapitnya (penyangganya).
Jadi karakter wayang kulit bahan utamanya adalah kulit hewan. Dan agar dia bisa berdiri tegak maka ada kerangka sebagai penyangganya. Lazimnya berupa bambu, kayu ataupun tanduk kerbau.
Dengan keberadaan gapit ini membuat wayang bisa berdiri dengan tegak dan bergerak kesana kemari sebagaimana keinginan bapak dhalang.
Namun apabila gapitnya tidak ada maka wayang ini hanya berupa kulit yang lemah lemas tidak mampu berdiri dengan tegak.
Karena hal inilah dalam saloka ini menggambarkan bahwa gapite (gapit wayang) merupakan kekuatan, derajat, pangkat, kedudukan orang yang luhur itu.
Apabila sudah tidak ada lagi pangkatnya (karena pensiun, dipecat, dicopot dan lain sebagainya) membuatnya seperti wayang dari kulit tadi yang lemah lunglai karena tidak ada penyangganya.
Jadi ada kisah teman saya yang tetangga dengan Wakil Bupati kala itu yang maju menjadi calon Bupati di wilayah saya.
Pada saat sudah selesai pencoblosan pemilihan, ternyata tetangganya yang pada saat itu adalah wakil bupati ternyata kalah.
Apa yang terjadi?
Katanya sang wakil bupati yang dulu banyak orang merapat mendekat agar mendapatkan keuntungan, namun begitu sudah ada informasi kekalahannya, nyaris tidak ada orang yang mendekat kepadanya.
Bahkan Wakil bupati ini mengatakan, nganti laler ijo wae ora nyedhak, bahkan lalat hijau pun enggan mendekat.
Nah itulah saloka basa Jawa yang menggambarkan tentang Wong Gedhe Utawa Luhur Ilang Kaluhurane Salokane yaiku gatotkaca ilang gapite. Maturnuwun sudah mampir, wilujeng dalu dan wassalamu’alaikum.