Ciri-cirine paribasan Basa Jawa lang pangertene (pengertiannya) lengkap dengan arti dan terjemahnya beserta contoh dan penjelasan singkat.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, wilujeng enjang selamat pagi. Kali ini kita akan membahas mengenai pengertian (pangertene) dan juga ciri dari tembung paribasan Basa Jawa.
Langsung saja tanpa basa basi berikut informasinya.
Pangertene paribasan yaiku Unen unen kang ajeg panganggone, duwe teges wantah (lumrah/apa anane), ora nganggo gegambaran ( kiasan).
Yang artinya adalah ungkapan yang tetap tempatnya, memiliki arti apa adanya, dan tidak menggunakan kiasan.
Titikane paribasan ana 5 (lima) yaiku
- Ajeg panganggone (tetap tempatnya)
- Tegese wantah ( lumrah )
- Ora nganggo gegambaran ( kiasan )
- Tanpa jejer ( subyek )
- Tetembungane ora kena diwolak walik
Wenehana 5 contoh tuladha paribasan Basa Jawa! berilah 10 contoh paribasan dalam bahasa Jawa dan artinya, misalnya ada soal seperti itu, berikut beberapa yang bisa anda jadikan tuladhane.
Tuladha paribasan lan tegese contone yaiku;
Ana catur mungkur tegese yaiku Ora gelem ngrungokake rerasan kang ora becik artinya adalah Tidak mau mendengarkan gosip yang tidak baik
Ciri wanci lila ginawa mati tegese yaiku Pakulinan ala ora bisa diowahi yen durung nganti mati artinya adalah Kebiasaan jelek tidak bisa dibenahi jika belum sampai meninggal
Cincing-cincing meksa klebus tegese yaiku karepe arep ngirit jebul malah entek akeh, yang artinya ingin berhemat namun tetap saja boros.
Mari kita bahas satu persatu titikane atau ciri cirine paribasan Basa Jawa ini
Ajeg Panggonane
Maksudnya dari ciri ajeg panggonane adalah memiliki struktur yang tetap, tidak ada perubahan dari strukturnya ini.
Contohnya adalah paribasan “ana catur mungkur” maka strukturnya akan seperti itu tidak ada perubahan apapun.
Contoh lainnya misalnya yaitu ancik-ancik pucuking eri, jadi struktur kalimatnya tidak ada perubahan meskipun ada pemakaian dalam kalimat maupun pidato (sesorah).
Tegese Wantah
Maksudnya adalah maksud dari paribasan ini yaitu wantah yang maksudnya apa adanya atau lumrah.
Contohnya dalam paribasan nabok nyilih tangan, yang artinya adalah memukul pinjam tangan. Maknanya menyakiti atau membuat orang lain susah dengan menggunakan orang lain.
Ora Nganggo Gegambaran
Artinya adalah tidak menggunakan gambaran, dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya dengan kiasan.
Jadi cirinya paribasan salah satunya yaitu dengan tidak menggunakan gambaran atau kiasan.
Contohnya paribasan tanpa ada kiasan atau gegambaran yaitu “njajah desa milang kori” yang artinya menjelajah desa menghitung pintu, yang maknanya sudah menjelajahi tempat yang luas dan sangat banyak.
Dalam hal ini tidak ada ungkapan berupa kiasan namun apa adanya saja.
Memangnya seperti apa yang menggunakan kata kiasan atau gambaran?
Contohnya sangat banyak dalam saloka, yaitu memberikan gambaran perilaku manusia dengan perumpamaan hewan ataupun tumbuhan dan lain sebagainya.
Misalnya contoh saloka basa Jawa contohnya yaitu gajah ngidak rapah, asu marani gepuk, kutuk marani sunduk dan lain sebagainya.
Tanpa Jejer
Tanpa jejer artinya adalah tanpa ada subyeknya.
Kalau anda perhatikan paribasan ini tidak memakai subyek pelaku utamanya orang pertama atau kedua dalam ungkapannya.
Misalnya adalah paribasan Dudu sanak dudu kadang yèn mati melu kélangan yang artinya meski bukan saudara sanak famili, jika kena musibah ikut merasa sedih.
Dalam paribasan ini tidak ada subyeknya, hanya berupa ungkapan yang tidak melibatkan seseorang tertentu yang melakukan sesuatu.
Berbeda dengan saloka yang memiliki subyek semisal sumur lumaku tinimba sing tegese yaiku wong sing kumudu kumudu dijaloki piwulang.
Dalam saloka ini ada sumur yang menjadi obyek atau subyek sehingga dia masuk kategori saloka dalam sastra Jawa.
Tetembungane ora kena diwolak walik
Artinya kata katanya tidak boleh dibolak balik, ya seperti itu rangkaian katanya. Hal ini bisa sama saja dengan maksud dari panggonane ajeg, strukturnya tetap.
Contoh misalnya yaitu ada paribasan yang berbunyi Gliyak-gliyak tumindak sarèh pakolèh tegese yaiku sanajan alon-alon anggoné tumindak, nanging bisa kaleksanan kekarepané yang artinya meski pelan pelan dalam bekerja atau melakukan sesuatu namun terlaksana.
Dalam ungkapan ini anda tidak bisa membuat susunan katanya menjadi terbalik menjadi sareh pakoleh gliyak gliyak tumindak. Harus tetap susunannya tanpa ada perubahan urutannya (tetembungane ora kena diwolak walik).
Nah demikianlah informasi mengenai ciri-ciri paribasan Basa Jawa dan pangertene (pengertiannya) lengkap dengan contoh dan artinya kedalam Bahasa Indonesia.
Maturnuwun sudah mampir, salam kenal dan wassalamu’alaikum.
Pingback: Ucul Saka Kudangan Tegese