Sebab Alasan Takmir Masjid Pengurus DKM tidak berjalan dengan baik

Muslim sejati tentunya akan senang dan gembira apabila masjid memiliki kegiatan rutin bermanfaat serta maju. Akan tetapi jika sebaliknya maka hatinya akan sedih dan prihatin melihat masjid yang pasif kegiatan. Dengan Sebab dan Alasan Takmir Masjid Pengurus DKM tidak berjalan dengan baik.

Pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh, biasanya apabila kegiatan masjid tidak berjalan semestinya, jamaah akan menganalisa apa sebabnya, kenapa demikian dan kemudian menyimpulkan si A atau si B yang menjadi biang kerok kegiatan kemasjidan stagnan.

takmir masjid diharapkan aktif kegiatan

Contoh masjid yang pasif misalnya, masjid hanya sekedar untuk kegiatan salat berjamaah lima waktu dan jumatan serta salat tarawih, tidak ada penataan kelembagaan TPQ yang maju, manajemen keuangan yang adakalanya tidak ada laporan berkala, bahkan PHBI pun hampir tidak pernah ada gemanya.

Pada sisi remaja, tidak ada kepengurusan ataupun rencana pembentukannya sehingga pemuda dan remaja tidak maksimal dalam kaderisasi dan berorganisasi yang berkenaan dengan kegiatan kepemudaan dan keremajaan bidang keagamaan.

Disini berdasarkan dari pendapat Ahmad Yani, akan melihat secara komprehensif dan menganalisa penyebab pengurus DKM atau Takmir Masjid tidak Berjalan dengan baik alias kurang berperan dalam kemakmuran masjid, bukan hanya melihat secara personal, lebih kepada situasi.

Ada 5 sebab mendasar pengurus DKM tidak berjalan dengan baik yaitu;

  • pertama, komitmen dan tanggung jawab pengurus yang rendah.
  • Kedua, ada pengurus yang tidak mengerti tentang bagaimana menjalanka roda kepengurusan dan harus dibagaimanakan masjid itu menurut fungsi yang sebenarnya.
  • Ketiga, tidak ada uraian kerja pengurus dan wewenang yang jelas.
  • Keempat, waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian pengurus yang kurang, sehingga kepengurusan berjalan sambil lalu.
  • Kelima, terdapat konflik atau ketidak cocokkan pribadi antara pengurus yang satu dengan pengurus yang lain, dan lain-lain.

Mari kita bahas satu persatu

Komitmen dan Tanggungjawab Pengurus DKM yang rendah

Biasanya dalam penunjukan pengurus Dewan Kesejahteraan Masjid atau takmir lebih mengedepankan ketokohan orang tersebut pada posisi strata sosial di lingkungannya.

Sayangnya model pemilihan seperti ini apabila tidak dibarengi dengan komitmen terhadap masjid dan merasa handarbeni alias tanggungjawab dalam urusan masjid membuat posisi tersebut menjadi pasif.

Dengan begitu, dalam pemilihan orang yang diserahi tugas sebagai takmir masjid perlu dilihat etos kerja beserta semangat dalam menggerakkan kegiatan masjid, bukan hanya memandang dari ketokohannya ditengah masyarakat.

Tidak Mengerti menjalankan roda kepengurusan dan fungsi dari masjid

Apabila seorang pengurus DKM atau takmir masjid tidak mengetahui fungsi dari masjid dan tidak paham dalam berorganisasi maka tidak akan memiliki visi dan bagaimana membuat kegiatan yang bermanfaat bagi umat.

Apabila dia tidak bisa menjalankan roda organisasi maka suatu kegiatan yang dibuat menjadi tidak tertata rapi ataupun keberadaannya hanya asal-asalan sehingga banyak membuang sia sia tenaga dan pikiran karena pengelolaan yang tidak benar.

baca : Pengertian Idarah Imarah dan Riayah dalam Manajemen Masjid

Maka selayaknya bagi takmir masjid atau penurus DKM memiliki atau diberi pengertian tentang fungsi keberadaan masjid di tengah tengah masyarakat selain sebagai tempat beribadah.

Dan juga memilih orang yang mampu mengorganisasi kegiatan atau memiliki kemampuan mengatur dan mengorganisasi acara mulai dari rancangan yang matang, eksekusi yang cermat serta evaluasi pasca kegiatan yang komprehensif sebagai pembelajaran waktu yang akan datang.

Tidak ada uraian kerja pengurus dan wewenang yang jelas

pengertian dewan kemakmuran masjid

Meskipun dalam SK Dirjen Bimis sudah diuraikan apa saja tugas dan wewenang mulai dari ketua, sekretaris bendahara serta ketua bidang idarah imarah dan riayah, perlu diakui tidak semua pengurus masjid mengetahui uraian tugas dan kewenangan masing masing sesuai wilayah kewenangan sesuai jabatannya.

Untuk itu ketua takmir masjid atau DKM perlu memberikan penekanan yang jelas kepada jajaran pengurus mengenai apa saja tugas mereka dan tanggungjawabnya beserta kewenangan yang dimiliki.

Ada baiknya berupa arahan serta target yang hendak dicapai dalam satu tahun kalender kepengurusan dan setiap tahun dilakukan evaluasi.

baca : susunan Struktur Organisasi Pengurus Masjid dan tugasnya

Faktor lain ketidaktahuan pengurus dalam pekerjaan dan kewenangan bisa juga terjadi karena model ketua takmir yang terlalu dominan akan tetapi tidak sepadan dengan kemampuan otak serta pengorganisasian.

Situasi ini membuat jajaran pengurus DKM yang lain cenderung hanya sekedar pelengkap dalam susunan kepengurusan karena tidak berminat menghadapi pimpinan takmir masjid yang model beginian.

Tenaga dan pikiran serta perhatian pengurus yang kurang, sehingga kepengurusan berjalan sambil lalu

takmir masjid merupakan kegiatan sosial nonprofit, serta bisa dikatakan tidak ada sanksi apapun apabila gagal dalam mengelola pengecualian sanksi dirasani oleh jamaahnya.

Kebanyakan takmir masjid memiliki pekerjaan dan tugas kesibukan sehari hari yang menyita waktu beserta pikiran utamanya berkaitan dengan perekonomian (entah bekerja, bisnis, dan lain sebagainya).

Dengan demikian tugas sebagai takmir masjid bukan menjadi prioritas dalam kehidupan sehingga curahan waktu pikiran dan tenaga dalam mengelola kemakmuran masjid menjadi hanya sekedar sepintas lalu.

Yang perlu dilakukan adalah adanya rapat rutin berkenaan dengan kegiatan masjid dengan membuat daftar kegiatan yang perlu dilakukan serta rancanagan eksekusi yang jelas sehingga sosok seorang pemimpin yang betah berdakwah menjadi sangat penting dalam posisi mengembalikan semangat memikurkan masjid yang bukan hanya sambil lalu.

Konflik atau ketidak cocokkan pribadi antara pengurus yang satu dengan pengurus yang lain

seharusnya takmir masjid atau pengurus DKM menjadi suri tauladan jamaahnya dalam menjalin sillaturrahmi serta menjauhkan diri dari sifat permusuhan.

Akan tetapi kenyataannya ada saja kejadian dimana antara pengurus satu dangan yang lain memiliki ego pribadi bahkan saling bermusuhan. Faktornya yang bermacam macam, pernah tersinggung ucapan, beda madzhab, beda pilihan partai politik, anaknya bersaing dan sebab lainnya.

Keberadaan perpecahan yang susah disatukan ini membuat koordinasi menjadi tersendat. Lebih parah lagi adakalanya pihak satu melakukan penggembosan kepada pihak lain yang menjadi rivalnya.

Disini diperlukan pihak yang bisa menengahi person yang tidak cocok secara pribadi ini atau setidaknya mengkondisikan suasana lebih kondusif. Harapannya tidak terlalu dalam yang dapat mengganggu rencana dan pelaksanaan kegiatan dalam memakmurkan masjid.

Nah itulah lima faktor yang membuat masjid tidak makmur karena alasan pengurus DKM atau Takmir masjid. Mengapa pengurus masjid tidak berjalan maksimal dalam mengelola kegiatan kemasjidan dan yang berkaitan. Wassalaamu’alaikum.

Zahra Nada

Santri kelas 1 PKPPS Wustha pada Pondok Pesantren Darul Mubtadi-ien Kebakkramat Karanganyar

Tinggalkan Balasan