Kesaktian Patih Sengkuni, Bima Nyaris Kalah, Asal Usul Kesaktiannya
Kesaktian Patih Sengkuni Kebal Segala Senjata Asal Muasal Kesaktiannya. Perawakan sang Patih Harya Sangkuni biasa saja, tidak kekar, bahkan dalam dunia pewayangan relatif kecil, apalagi jika Werkudara alias bima sebagai pembanding, maka akan sangat jomplang perawakannya.
pontren.com – assalaamu’alaikum, wilujeng dalu. Dalam kisah film Mhabharata India, patih ini merupakan seorang pengecut yang tidak memiliki kesaktian apapun, bahkan menjadi permainan para pandawa. Seandainya Duryudana tidak membantu menyelamatkannya, mungkin saja kematiannya akan datang lebih awal, begitulah kisahnya dalam televisi.
Berbeda dengan wayang Jawa, sang patih, selain memiliki beribu akal, dia juga mempunyai kesaktian yang mandraguna.
Kemampuan Harya Sangkuni ini tidak diketahui oleh Bima sampai dengan dia menghadapi orang dengan perawakan kecil, wajah rusak dan jelek ini.
Sebenarnya sebelum menjadi patih, dia bernama Haryo Suman, seorang ksatria yang berwajah tampan, akan tetapi tubuh dan wajahnya rusak karena dipukuli oleh patih karena marah difitnah oleh Haryo Suman berkhianat kepada negara dan dijebloskan kedalam luweng (jebakan seperti sumur yang dalam).
Setelah kejadian itu selanjutnya dia menggunakan nama Sengkuni yang berasal dari kata sangka uni yang artinya rusak karena sangka = sebab, uni = perkataan. Yaitu rusaknya tubuh dan wajahnya akibat perkataannya.
Pertarungan Werkudara dengan Patih Harya Sengkuni
Pada hari menjelang akhir pertempuran Bratayudha, terjadi pertempuran duel antara Bima atau Werkudoro melawan Sengkuni.
Bima memandang remeh seorang patih dengan perawakan kecil ini, baginya mudah saja menumbangkan dan membunuh sang patih.
Ternyata dalam pertempuran ini tidak seperti apa yang ada dalam bayangan Werkudoro.
Ternyata patih sengkuni adalah seorang sakti mandraguna.
Berbagai pukulan dan tendangan Bima yang mengenai berbagai bagian tubuh sang patih tidak membuat Sengkuni bergeming.
Bahkan dengan nada mengejek sang patih mempersilakan Bima untuk memukul bagian tubuhnya yang dia sukai.
Berbagai macam senjata andalan tokoh nomor dua Pandawa ini keluarkan untuk menghabisi Haryo Sengkuni.
Mulai dari Gada Rujakpolo, kuku pancanaka yang terkenal, ternyata senjata andalan milik Bima tidak mampu membuatnya mati, bahkan hanya sekedar melukai atau menggorespun tak mampu.
Werkudara mengaku Kalah
Dalam pugeran atau sopan santun peperangan dalam Mahabharata, bahwasanya satria meninggalkan medan peperangan apabila dia mati atau waktu telah magrib.
Maksudnya adalah peperangan pada hari itu usai apabila matahari sudah tenggelam.
Usai pada peperangan hari itu, Bima bertemu dengan Prabu Krisna yang saat itu Petruk berada disamping Sang Prabu.
Prabu Sri Krisna menanyakan perihal pertempurannya dengan sang Patih.
Kresna,” Piye Werkudara, kowe menang opo kalah? Bagaimana Werkudara? Kamu menang atau kalah?
Bima menjawab, “ Waaaaaa, ora ngiro babar pisan, Sengkuni nDuweni kasekten linuwih. (Waaaaa, tidak mengira sama sekali, sengkuni memiliki kesaktian yang istimewa).
Kresna, ‘Lha iyo Werkudoro, Kowe menang opo kalah tanding karo sengkuni? Lha iya Bima, kamu menang atau kalah duel dengan Sangkuni?
Bima, “ Tak Tibani kuku pancanaka mentheles wae ora digawe rasa, waaa, kulite ulet, (aku tancapkan kuku Pancanaka dia tidak bergeming tidak dirasakan, waa kulitnya liat).
Kresna,” Aku ora takon kulit sing ulet, kowe mou perang karo sengkuni menang opo kalah? Aku tidak tanya kulit yang liat, kamu tadi perang melawan Sangkuni menang atau kalah?
Bima,’ tak tibani gada rujakpolo,” Langsung Sri Kresna menyahut,” Ora takon gada, kowe mou menang opo kalah?
Werkudara/Bima,”Aaku jatuhkan gada rujakpolo…… Kresna Menyahut”, Aku tidak menanyakan gada, kamu tadi menang atau kalah!?
Bima,” KALAH!!!!!
Petruk,” Hehehe, muni kalah wae kok pekewuh”, (hehehee, bilang kalah saja kok sungkan).
Bagong,” Sik omongan ngantek mulek koyo entut (yang ngomong muter muter memenuhi ruangan seperti bau kentut)
Jangan Meremehkan Orang Lain
Selanjutnya bagong mengingatkan”, ojo sok nyepelekne uwong,” Jangan suka menyepelakan orang.
Dahulu ada pengunen unen (istilah) yang berbunyi “giri lusi janmo tanmo keno ing ngino.
Giri Lusi artinya jangan suka menghina, ojo sok ngenyek.
Kemudian Bima bertanya kepada Sri Kresna,”Waa piye Kresna Kakangku? Bagaimana ini Kakakku?
Kresna,” Lha kowe piye Senopatine? Lha kamu bagaimana sebagai panglimanya?
Kresna melanjutkan,” maka benar seperti apa ucapan Punakawan, jangan suka menyepelekan orang lain.
Pada saat kamu berangkat perang tadi, kamu merasa jumawa, halah Sengkuni ada apanya sih? Bukankah begitu? Dalam hatimu?
Bima,” iyo, pancen bener, wiwit mulo pancen aku nyepelekne kasektene Sengkuni (Iya memang benar, dari awal aku memang menyepelekan kesaktian Patih Sangkuni).
Krisna,” Nah, entuk-entukane lak kecelek tho kowe? Nah dapatnya kan kamu kecele. Sengkuni itu sakti mandraguna, apakah kamu tahu apa penyebabnya sengkuni digdaya?
Bima,” Bagaimana Kresna Kakakku?
Kresna,” Begini, hal ini yang hafal riwayatnya hanya Kakang Semar.
Selanjutnya semar dipanggil untuk menceritakan bagaimana asal muasa kesaktian patih Harya Sangkuni sehingga kebal terhadap senjata mustika maupun pukulan bima yang begitu sakti.
Asal Muasal Kesaktian Patih Harya Sengkuni
Setelah datang, Semar mengakui bahwa Sengkuni sakti mandraguna dan digdaya, maka jangan menghina atau menyepelekannya.
selanjutnya Semar menceritakan riwayat perebutan minyak tala, yaitu minyak sakti hadiah para dewa untuk Prabu Pandu yang mengalahkan Raksasa yang menyerang kahyangan.
Dahulu kala ada perebutan minyak ini antara pandawa dan kurawa, disaat minyak tala jatuh kedalam sumur.
Kemudian Semar bertanya kepada krisna? Siapakah yang mengambil minyak ini dari sumur?
Kresna menjawab,” Pendito Durna (Pendeta Durna).
Semar membenarkan jawaban ini, yang mengambil minyak tala dari dalam sumur adalah bethara Druna memancingnya dengan rumput kalanjana (suket kolonjono).
Setelah bisa mengambilnya kemudian minyak ini di pasrahkan kepada para pandawa dan kurawa, menjadi rebutan pada saat berada di Kraton Astina dahulu kala.
Karena menjadi rebutan, maka selanjutnya minyak tala mrucut, tumpah pada lantai.
Kemudian Semar mengingatkan, yang berguling-guling minyak tala adalah sengkuni.
Padahal, siapa saja yang kulitnya kena minyak tolo tidak mempan brojolumit maupun senjata (gaman).
Makanya, keseluruhan tubuh sengkuni anda pukulkan dan tusukkan berbagai macam senjata, tidak bakalan memberi efek apapun untuknya.
Namun ada sebagian tubuhnya yang tidak terkena minyak tala ini, silakan anda pikirkan sendiri-sendiri bagian tubuh manakah itu.
Begitulah asal mula kesaktian Patih Sengkuni yang memiliki nama kecil Harya Suman sehingga kebal terhadap senjata apapun dan tidak mampu ditempuh dengan berbagai gaman yang bertuah. demikian, wassalaamu’alaikum.
(Sumber cerita : Video wayang ki Dalang Manteb Sudarsono asal Karanganyar).
0 Comments on “Kesaktian Patih Sengkuni, Bima Nyaris Kalah, Asal Usul Kesaktiannya”