Ramadan Bulan Pengaktifan Otak Kanan

Ramadan bulan otak kanan. Salah satu hal yang menjadikan kita tidak mampu berkembang adalah “keterjebakan” kita terhadap aktivitas rutin, berulang-ulang dan merasa tidak bisa melakukan sesuatu di luar kebiasaan kita.

“Keterjebakan” dalam rutinitas ini bukan semata-mata disebabkan faktor eksternal di luar kita.

Seringkali “keterjebakan” ini justru disebabkan faktor instrinsik diri kita, yaitu dominasi otak kiri yang mengendalikan perilaku kita.

Otak kiri mengendalikan kita untuk berfikir dan berperilaku dalam keyakinan-keyakinan yang membatasi, ingatan-ingatan masa lalu dan kecenderungan pada apa yang telah dan biasa kita yakini dan lakukan.

Kemerdekaan Berfikir (ramadan bulan otak kanan)

Pada hal sesungguhnya kita memiliki kemerdekaan untuk berfikir dan berimajinasi di luar kebiasaan perilaku yang ada.

Kita memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan keinginan, impian, ide dan harapan kita untuk diwujudkan menjadi kenyataan.

ide konten blog

pada titik inilah pentingnya optimalisasi peran otak kanan yang bertugas mewujudkan peran-peran imajinasi dan visualisasi ini.

Jika otak kiri adalah otak repetisi dan pengulangan, maka otak kanan berfungsi melakukan positioning, imajinasi dan kreasi.

salah satu Hikmah Ramadan : Tidak terbelenggu kebiasaan Buruk

Diantara sekian hikmah bulan Ramadan adalah agar kita tidak terjebak dalam belenggu kebiasaan buruk.

Juga agar kita memiliki “kemerdekaan” untuk memosisikan diri, memprogram dan merencanakan hal-hal besar tentang hidup kita.

Ramadhan adalah momen agar kita lebih banyak menahan diri, “mengitung diri”, berimajinasi dan merefleksikan apa yang biasa kita lakukan untuk memperbaikinya.

Puasa pada dasarnya bertujuan memerdekakan kita dari kebiasaan bergantung pada makanan, minuman serta kebiasaan lain yang bersifat konsumeristik dan materialistik.

Aktifitas tadarrus al Qur’an adalah upaya perenungan terhadap nilai-nilai utama (core velues) yang harus senantiasa kita pedomani dan perjuangkan.

Ibadah tarawih (qiyamullail), dzikir dan i’tikaf memiliki makna agar kita senantiasa melakukan kontemplasi dan refleksi terhadap keyakinan, perilaku dan kebiasaan kita yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kemuliaan dan kebajikan.

Semoga dengan berkah Ramadhan, kita mampu mengaktifkan kinerja otak kanan kita untuk memprogram impian dan harapan kehidupan kita dan dapat menuntun kinerja otak kiri kita untuk mengganti harapan, perilaku dan kebiasaan buruk kita dengan hal-hal yang baik.

Amien Yaa Rabbal ‘alamien…

—- M.R Zubaidy (Muhammad Rifa’i) Ngaji Kehidupan ( Hari Ke-dua Ramadan 1442 H)

Tentang

salam blogger

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*