TPQ Modern, mengajari ngaji tanpa meninggalkan kearifan lokal, modernisasi metode mengajar dan manajemen pengelolaan. Kata modern biasanya merujuk kepada sesuatu yang baru dan kekinian mutakhir canggih, tidak usang.
Dengan begitu maka TPQ modern maksudnya Taman Pendidikan al-Qur’an yang kekinian mengikuti perkembangan zaman.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh, barusan saya membaca artikel Modernisasi Pengelolaan TPQ Dalam Menjawab Tantangan Global kiriman Kemenag Kabupaten cilacap yang dipasang pada website resmi Kanwil Kemenag Jateng.
Dalam salah satu sambutannya, penyelenggara syariah yang mewakili Kankemenag dalam peresmian Baitul Muttaqin menyebutkan bahwa saat ini zamannya canggih, serba memakai teknologi utamanya bidang IT.
Untuk itu TPQ juga harus dikelola secara canggih dan modern.
Demikian salah satu arahan dalam sambutannya.
Entah bagaimana jika ditanyakan seperti apa kongkrit mengelola TPQ secara canggih, dan contoh model Taman Pendidikan a-Qur’an yang modern.
Saya tidak bisa membayangkan atau menganalisa seperti apa jawabannya.
Utamanya dalam contoh kongkrit dan model TPQ modern sebagai acuan.
Paling pol mentok nanti pada pembiayaan yang tidak ada dananya untuk membiayai TPQ yang modern dan canggih sebagaimana harapan.
TPQ yang Canggih dan Modern
Kalau menurut Kemenag, praktisnya TPQ yang canggih adalah;
- Pertama, TPQ yang telah mendaftar dan memiliki SK Tanda Daftar LPQ dari Kepala Kantor Kemenag.
- Yang kedua, yaitu TPQ yang aktif entry data EMIS.
- Ketiga, taat pada aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Percaya atau tidak kriterianya seperti itu, coba saja anda tanya ke pihak yang berkaitan.
Wah, semuanya berkaitan dengan administrasi kelembagaan dong? Iya karena salah satu tugasnya kemenag utamanya PD Pontren dan Seksi Pakis ya mendata keberadaan LPQ yang termasuk didalamnya TPQ baik modern maupun yang sudah kuno.
Bagaimana sih TPQ yang modern? Seperti apa? Adakah buku panduannya?
Mari kita jawab satu persatu.
Untuk buku panduan dalam membuat TPQ yang modern, tidak ada buku yang secara eksplisit memiliki judul seperti itu yang dikeluarkan oleh kementerian Agama (sepanjang yang saya tahu).
Buku panduan paling akhir yang saya temukan (terbitan Kemenag) release pada tahun 2013 (8 tahun yang lalu).
Itupun prosentase sudah berapa banyak TPQ yang paham saya yakin juga belum mencapai 80% dari akumulasi TPQ di Indonesia.
Untuk mengarahkan dan menuju Taman Pendidikan Al-Qur’an yang canggih dan modern maka perlu mengetahui komponen pokok dalam lembaga ini.
Apa saja?
- Manajemen Pengelolaan
- Para Pengelola
- Kurikulum
- Jajaran Pendidik dan tenaga kependidikan (ustadz-ustadzah & tata usaha)
- Santri murid anak didik TPQ.
- Fasilitas lembaga
- Mengarahkan lembaga menjadi tempat belajar yang modern maka komponen ini harus bergerak kearah yang canggih.
Kenapa bergerak kearah yang canggih?
Kalau mau jujur, mayoritas penataan lembaga serta pengelola, ustadz pengajar, anak didik serta fasilitas lembaga masih jauh dari kata ideal untuk modernisasi, jika tidak mau dikatakan ketinggalan zaman.
Bagaimana mengarahkannya? Entah seperti apa, tetapi begini opini saya.
Menuju Manajemen pengelolaan TPQ Modern
Saya berasumsi, masih banyak lembaga TPQ yang manajemennya masih memprihatinkan.
Beberapa model manajemen TPQ yang menyandera TPQ menuju era modern misalnya;
Manajemen Ala Tukang Cukur
Manajemen tukang cukur, dimana pengelolaan TPQ ini seperti model tukang cukur.
Maksudnya?
Anda tau tukang cukur itu semuanya dikelola sendiri, mulai menyiapkan tempat, menerima pembayaran, memberikan uang kembalian, mencukur klien, intinya semuanya dilakukan sendiri.
Pada lembaga yang kekurangan guru, kejadiannya mirip seperti ini yaitu ustadz pengajarnya sebagai guru juga menjadi bagian tata usaha, yang mencari dana, yang mengabsen santri, yang bikin kurikulum, intinya guru TPQ menghandle semua urusan TPQ.
Idealnya bagaimana?
Mestinya guru TPQ bisa fokus mendidik santri tanpa perlu bingung mengenai pendanaan, takmir masjid atau yayasan maupun para pemangku kebijakan seharusnya mengambil alih dalam menggali dana untuk keberlangsungan TPQ.
Urusan administrasi lembaga, mestinya ada pihak khusus yang bertindak sebagai tenaga administrasi, mengelola data emis, surat keluar masuk, raport santri, termasuk apapun itu berkaitan dengan kegiatan administrasi.
Intinya pembagian tugas masing masing person jelas sehingga manajemen lembaga bisa berjalan dengan baik.
Model Mengajar Seingatnya
Yang kedua yaitu model manajemen mengajar seingatnya, termasuk salah satu ciri manajemen TPQ yang masih ora karu-karuan.
Maksudnya?
Yaitu materi mengajar TPQ tidak memiliki arah tujuan dan target yang jelas. Pemberian materi tergantung pada keinginan guru menyampaikannya, seingat dia apa, tidak urut dengan panduan dan target KBM tertentu.
Tidak semua lembaga memakai model manajemen seingatnya, tetapi menurut saya pribadi masih ada saja TPQ yang seperti itu.
Manajemen anak ayam kehilangan induknya.
Kalau ini bukan manajemen juga, tetapi keadaan pengelola TPQ yang seperti anak yatim piatu.
Bagaimana bisa?
Ya bisa saja, lumrah terjadi TPQ yang kegiatan belajar mengajarnya pada masjid, tetapi kenyataan dalam hal pendanaan, bimbingan dan support takmir masjid bisa dikatakan nol kontribusi.
Palingan saat lebaran saja ada tali asih (dalam pendanaan), untuk support lembaga supaya maju bagaimana caranya juga hampir-hampir pesimis jika mengharap gerak dari pengurus masjid.
Selanjutnya arahan dan bimbingan dari Kemenag. Anggaran yang minim serta banyaknya lembaga membuat lembaga TPQ seperti tidak tersentuh pendampingan secara nyata.
Modernisasi TPQ, jangan Bingung Kurikulumya
Contohnya, saat lembaga TPQ bingung seperti apa kurikulum TPQ, ternyata masih banyak lembaga yang belum mengetahui buku panduan dari Kemenag.
Padahal syarat mendaftarkan Lembaga TPQ ke Kemenag mensyaratkan 1 set kurikulum.
Untuk madrasah pendidikan formal saja mereka memiliki panduan. Anda tentu tahu yang namanya guru madrasah tentunya memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman jam terbang jika anda bandingkan dengan guru TPQ secara umum.
Lha urusan kurikulum saja banyak guru TPQ yang tidak tahu harus bagaimana melangkah, ujung-ujungnya pendidikan TPQ materinya adalah seingat guru yang mengajar.
Untuk menuju TPQ modern maka berbagai situasi minus diatas perlu tindakan kongkrit dan eksekusi.
Mengubah Manajemen yang kurang Baik menuju modernitas tata kelola TPQ
Perihal manajemen tukang cukur, maka kepala TPQ mulai melakukan penataan lembaga, berkoordinasi dengan takmir masjid dan tokoh masyarakat.
Sebelumnya perlu membuat desain seperti apa nanti TPQ hendak dijalankan, selembar dua lembar kertas uraian bisa menjadi pendamping dalam membuat rancangan arah TPQ, misalnya pendanaan dengan SPP santri, donatur tetap lingkungan kiri kanan, 10 persen infaq masjid dan lain sebagainya.
Yang kedua menghilangkan model pembelajaran seingat guru. Caranya membuat kurikulum atau mengaplikasikan panduan dari Kemenag. Jangan lupa laksanakan kurikulum ini semendekati mungkin.
Jujur saja saya agak ragu jika TPQ bisa mengadaptasikan matriks pembelajaran TPQ secara komprehensif.
Kenapa begitu? TPQ tingkat c pada panduan Kemenag sudah selesai ilmu tajwid bacaan gharib.
Guru TPQ berapa banyak yang menguasai bacaan gharib?
Urusan anak ayam kehilangan induknya, maka perlu ustadz ustadzah TPQ berkomunikasi dengan takmir masjid.
Menyampaikan program selama satu tahun, dan membuat surat pemberitahuan anggaran biaya. Perkara diberi atau tidak yang penting sudah berusaha.
Karena perekonomian masjid juga tidak semua sama, maka dalam menyusun anggaran anda perlu melihat kondisi kas masjidnya.
Jika memang seret buatlah sederhana saja, misalnya untuk keperluan ATK kegiatan belajar mengajar selama satu tahun.
Guru TPQ yang modern
Saya pribadi tidak melihat bahwa seorang guru TPQ harus memiliki ijazah tertentu pada pendidikan formal.
Sebenarnya syarat menjadi guru TPQ (menurut opini saya) itu ada 3;
- Mau mengajar rutin
- Memiliki keinginan belajar yang kuat (dalam keilmuan KBM TPQ)
- Mengaplikasikan teori mendidik santri TPQ secara sungguh-sungguh
Berijazah S.Ag, atau SHI, S.Pd.I maupun gelar pendidikan yang ada keagamaan Islamnya tidak menjamin para sarjana ini mau terjun mengajar TPQ.
Kebanyakan memburu aktivitas ekonomi maupun pekerjaan yang lain.
Memang ada yang mengajar, tapi apabila anda rasio berapa banyak alumni sarjana agama yang mengajar TPQ maka anda akan menemukan angka yang tidak terlalu banyak dalam prosentase.
Makanya saya beranggapan gelar pendidikan bukan syarat untuk menjadi guru TPQ, tetapi kemauan dan kompetensi keilmuan lebih penting.
Menjadi Guru pada TPQ Modern
Bagaimana menjadi guru TPQ yang modern?
Ada 3 kemampuan pokok yang harus gur TPQ miliki yaitu;
- Menguasai materi pembelajaran TPQ;
- Memiliki pengetahuan psikologi anak;
- Mempunyai bekal keilmuan dalam metode dan menyampaikan materi pembelajaran
Apapun basic anda, apapun ijazah sampean, jika menguasai ketiga hal ini menurut saya pribadi sudah cukup untuk menjadi guru TPQ yang berkompeten.
Tidak peduli ijazah anda hanya SD atau bahkan tidak punya ijazah formal sekalipun, kalau anda memiliki ketiga kemampuan diatas maka menurut saya anda adalah guru TPQ yang berkompeten.
Sarana Prasarana
Jujur saja, sudah bertahun tahun semenjak saya kecil, urusan sarana prasarana TPQ ya berkutat itu-itu saja.
Apa saja coba?
- Buku atau kitab untuk belajar membaca
- Papan tulis beserta kapur spidolnya
- Meja untuk belajar
Jarang saya menemukan TPQ yang full ac dan setiap kelas ada lcd proyektornya, malah sejujurnya saya belum pernah menemukannya.
Apakah arahnya harus memiliki LCD projector?
Menurut saya engga juga sih, lagian duitnya siapa, untuk nyari SK Kemenkumham sebagai syarat mendaftarkan TPQ ke Kemenag sudah membuat pusing seribu keliling. Apalagi mikir beli LCD.
Yang jelas begini, urusan alat gadget dan lainnya berbanding lurus dengan kemampuan keahlian IT pengajarnya.
Kalau gurunya masih gaptek, maka alat-alat canggih kurang maksimal dalam menggunakannya.
Memanfaatkan Media Yang Modern
Kalau guru gurunya jago IT tentu bisa memanfaatkan celah keterbatasan keadaan dengan kemampuannya.
Misalnya membuat blog, channel youtube untuk pembelajaran TPQ, animasi dan lain sebagainya, masih jauh, tapi kalau mau modern juga perlu mulai untuk menuju kesana.
Nah yang terakhir yaitu TPQ tidak meninggalkan kearifan lokal, saya agak bingung sendiri kenapa bikin judul seperti itu.
Sepanjang yang saya tahu memang islam sifatnya universal untuk seluruh umat manusia, jadi tentu bukan yang sifatnya lokal.
Tapi ya entahlah, kurang paham juga, yang jelas dalam kearifan lokal selama tidak berupa maksiat dan hal berdosa atau perbuatan syirik tentunya bukan hal yang masalah bagi lembaga TPQ dalam mensikapi kearifan lokal.
Nglantur kemana saja ini, jika anda punya opini TPQ modern, silakan anda tuliskan pada kolom komentar, wilujeng enjang, wassalaamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Assalamu’alaikum wr.wb.
Pertama izin bergabung di blog ini dan selanjutnya mengambil sebagian tulisan dalam blog ini untuk di posting kembali ke blog kami. Dengan demikian akan lebih tersebar dari maksud penulis Pontren.com.
Terimakasih.
wa’alaikum salaam wa rahmatullahi wa barakaatuh, monggo saja silakan.