Mengajar ngaji orang tua TPQ Dewasa, kesulitan tantangan dan petuah, bukan hanya anak-anak yang memerlukan bimbingan supaya bisa mengaji al-Qur’an dengan lancar baik dan benar, begitu pula orang tua ingin belajar supaya bisa mengaji.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh, yang namanya hidayah datangnya orang juga tidak bisa memperkirakan saat kecil muda dewasa atau pada saat sudah berumur tua alias mbah-mbah.
Lha ukurannya orang tua apa? Biasanya seumuran orang yang sudah pensiun, ya kisaran usia 58 keatas.
Meski usia 40 an ada juga ibu-ibu rumah tangga yang juga ingin bisa membaca.
Bagaimana jika ingin bisa belajar agama? Sholat mengaji misalnya? Maka paling lazim yaitu dengan bertanya kepada yang lebih bisa, konsultasi dan minta untuk diajari.
Tentunya orang yang diminta untuk mengajari akan dengan suka cita menyambut keinginan untuk belajar agama.
Seperti penuturan teman kerja saya, saat ada nenek yang ingin salat.
Singkatnya tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun berkenaan dengan doa dan bacaan salat.
Kemudian teman saya memberitahu kepada nenek supaya mengikuti saja gerakan imam. Membaca sebisanya, misalnya basmalah atau bismillahirrohmaanirrohiim.
Kejadian lucu, pada saat sedang salat, anak-anak pada ramai gojeg (bercanda dengan teman saat salat).
Sang nenek menegurnya “, sssttt, ojo rame-rame, nembe podo sholat!” (sstttt, jangan ramai-ramai, sedang pada salat.
Temen saya ngempet ngguyu mendengar teguran nenek ini pada anak anak yang bercanda. Masalahnya sang nenek menegur anak anak pada saat dia sedang sholat.
Mengajar ngaji orang tua, Kesulitan mengajari mengaji & bacaan salat
Yang jelas kesulitan utama mengajar orang tua adalah para beliau yang ingin belajar agama atau mengaji ini adalah LUPA.
Yaitu mudah lupa apa yang diajarkan sebelumnya, misalnya bacaan hafalan salat atau huruf hijaiyah dan cara membacanya.
Ya seperti itulah kesulitan utama para ustadz ustadzah mengajar orang tua simbah simbah kakek nenek yang ingin mempelajari agama utamanya ngaji dan salat.
Yang kedua, relatif jarang terjadi yaitu mutung mengikuti kajian atau pengajian.
misanlya karena tersinggung dengan ucapan atau perkataan orang lain, entah yang mengajar atau sesama orang tua yang belajar agama.
Menurut saya tantangan mengajarkan bacaan salat dan mengaji orang tua ya dua hal ini, apabila ada yang lain silakan anda tambahkan.
Renungan tentang orang tua yang belajar mengaji dan sulit mengingat materi pembelajaran
Pada saat lebaran di Kampung halaman Bapak ibu saya, paman saya (entah lik Toha atau Lik Lih) menceritakan tentang begitu pelupanya orang tua saat belajar ngaji atau bacaan salat.
Tidak semudah mengajarkan menghitung uang dan mengingat pemasukan pendapatan belanja.
Kemudian paman saya menceritakan komentar kakak pertamanya memberikan tanggapan mengenai orang tua yang sangat sulit mengingat bacaan salat atau mengaji.
Tanggapannya begini,
Wong tuwo kuwi nek gelem mangkat sinau ngaji wis apik banget, dadine orasah mikir wonge isoh opo ora nangkep sik diwulang.
Artinya; orang tua, misalnya pensiunan, bahkan pejabat, mau datang mendatangi tempat untuk belajar mengaji atau belajar agama itu sudah sangat top, alhamdulillah banget.
Jadi urusan kemampuan menangkap pelajaran tidaklah pusing untuk dipikirkan para pengajarnya.
Hanya Datang Ke Pengajian, Pulang tanpa Membawa Pulang Ilmu
Situasi seperti ini mengingatkan saya pada waktu menghadiri kegiatan kumpul orang tua wali murid madrasah diniyah takmiliyah daerah Jugo Ngargoyoso Karanganyar.
Pertemuan sampai larut malam, jam 12 sepertinya baru selesai.
Setelah acara kegiatan rampung, saya ngobrol dengan mas Sriyanta, pegawai KUA Kecamatan Ngargoyoso, ngalor ngidul.
Beliau menceritakan banyaknya kumpulan pengajian yang ada pada daerah Jugo Jatirejo Ngargoyoso, merupakan hal biasa sampai larut malam, pada ngantuk di tempat pengajian, bahkan tidur pulas.
Lah saya bertanya, kalau banyak begitu, dan pada tidur saat pengajian, bagaimana menambah ilmu atau menangkap isi kajian yang menjadi materi ngaji?
Ya beliau menjawab, wallahu a’lam, tapi setidaknya para hadirin jamaah yang sregep pengajian ini mengharap barakah dengan mendatangi majelis taklim.
Saya jadi menyadari, bahwasanya memang dengan mendatangi majelis taklim ini sudah merupakan kebagusan.
yaitu tindakan yaitu mencari ilmu, dan saya yakin banyak barakahnya dengan mendatanginya.
Nah itulah cerita mengenai mengajar ngaji maupun sholat para senior.
mungkin njenengan mempunyai pandangan atau kiat dalam mengajar TPQ Dewasa Kakek Nenek Orang tua ini supaya selain ngalap berkah mangkat ngaji juga lebih bisa menambah pengetahuan secara hafalan maupun bisa membaca al-Qur’an.
Wilujeng dalu, selamat malam, wassalaamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.