Medan Jalan ke Ngargoyoso Ngeri, Bikin Ustadzah Deg degan

mafazatun nafisah, SHI

pontren.com – assalaamu’alaikum, Kemarin Hari Sabtu (5 Maret 2022) saya kedatangan seorang kawan, sahabat, teman semasa kuliah di Yogyakarta, sekarang dia menjadi salah satu pengajar pada pondok Pesantren Bina Umat Yogyakarta, issue nya santrinya sudah mencapai kisaran 1.000 siswa. Alhamdulillah.

Nginep di hotel dekat salah satu pondok pesantren yang berada di jalan arah menuju Tawangmangu beserta rombongan.

Setelah mengalami kejadian yang menurutnya kurang mengenakkan berkenaan dengan sistem administrasi dan bill pada hotel kemudian check out dari hotel.

Jam 12 siang waktu untuk cabut dari penginapan tersebut, kalau molor bisa kena extend, bayar tambahan. Kalau dalam sewa mobil kena charge over time.

Sebelum check out bilang hendak mencari tempat makan, belum ada ide mau maem kemana dan sholatnya dimana.

Kontur Tanah Naik turun lembah tebing Bukan Harga Mati membangun diatasnya

Habis itu juga bercerita mengenai tanah yang posisinya miring tebing serta gundukan ternyata bukanlah hal yang mustahil untuk desain sebuah bangunan.

Hal ini dia dapatkan karena melihat desain hotel yang menyesuaikan dengan kontur tanah serta sungai yang membelah lokasi hotel. Ternyata dengan penataan yang baik bisa menjadikan lokasi yang awalnya susah desain (versi dia karena kurang info) karena lokasi yang tidak rata.

Setelah melihat bagaimana bentuk hotel dan penataan tamannya ternyata apabila bisa mendesain dengan baik, lokasi yang tidak rata pun mampu untuk menjadi tempat hunian bangunan yang estetis.

Akhirnya saya punya ide, supaya lebih menambah wawasan mengenai kontur tanah yang aneh aneh serta lumayan curam saya sarankan untuk mencari makan siang di daerah Ngargoyoso.

Pilihan saya untuk dia melakukan studi banding lokasi yang menurut orang awam buruk untuk bangunan bisa disulap menjadi tempat bangunan yang artistik yaitu Rumah makan D’rojo Valley.

Saat saya masih kecil (bahkan sudah agak besar) masih ingat sebelum ada bangunan resto ini merupakan lokasi tebing tinggi dan menjorok begitu dalam.

Orang desa sudah menganggap tempat tersebut mati harga karena lokasinya yang sangat tidak strategis.

Pikirannya orang awam butuh berapa ribu kibik untuk menjadikannya rata dan tempat hunian.

Namun dengan kedatangan resto D’rojo Valley ternyata lokasi ini disulap menjadi resto yang menarik untuk dilihat karena lampu-lampu dan penataan bangunan yang memikat.

Yang awal mula berupa tebing curam menjadi tempat restoran dengan jalan layang serta pantai buatan kecil dengan pasir ala di laut.

Jalan menuju Ngargoyoso yang Ngeri (versi teman saya)

setelah mikir-mikir dia setuju dengan usulan saya untuk makan siang di D’rojo Valley sekaligus melihat bangunan yang berdiri diatas tanah model lembah tebing yang miring.

Alasannya karena melihat pada google maps hanya memakan waktu 7 menit saja, bukanlah waktu yang terlalu lama.

Setelah saya pamit pulang dia menelfon beberapa kali, kemudian mengirimkan pesan bahwa oleh-oleh dari Jogja berupa bakpia untuk saya ketinggalan. I am so sorry ustadzah Mafazatun Nafisah, SHI.

Itu bukanlah kesengajaan saya, bener bener nyesel kelupaan membawanya.

Setelah mendapatkan sedikit komplain karena lupa bawa pulang bakpia, sejam kemudian dia mengirimkan pesan melalui WA.

Isi pesannya yaitu”

Mafaza”, Ya Allah Lokasinya Ngeri Nung
Saya,” nek gur ngeri aq bingung menerjemahkan, gambaranmu yang ngeri bagian mana?
Mafaza,” aku takut bisnya gak kuat nanjak. Sajake aku wis suwi ora piknik dadi mules liat tanjakan.
Saya,” kirain lokasi rumah makannya (yang ngeri)
Mafaza,” Iya lokasinya.. setiap tanjakan takbir semua… 10 menit yang menegangkan
Saya,”meningkatkan keimanan.
Mafaza”, Tapi Pulangnya enak, gak lewat jalan tadi (jalan dari arah ngargoyoso langsung menuju Karangpandan).

jalan ke ngargoyoso ngeri
obrolan tentang rute jalan ke Ngargoyoso yang ngeri (versi dia)

Jadi maksudnya yang jalan ngeri adalah dari Karang menuju arah ngranten. Menggunakan bus tiga perempat (3/4) dan sebuah unit Elf.

Akhirnya dia menyadari bahwa dengan penataan yang baik, meski lokasi tanah dan konturnya tidak rata, berupa lembah bukit tebing dan juga jurang bisa untuk bangunan dengan desain yang unik.

Tentunya banyak penguatan sana sini supaya aman.

Setelah kisaran jam 6 sore saya bertanya kepada dia.

Saya; dah sampe YK?
Mafaza ; prambanan, sholat depan candi, alhamdulillah relatif lancar.
Saya; kirain wis mengucapkan salam, tadi lak wis takbir tho?

Dia kemudian menjawab dengan emot tertawa terpingkal-pingkal sambil mata merem.

Demikianlah pandangan orang yang biasa melewati jalan rata kemudian mengarungi perjalanan 10 menit dari Karang ke arah Ngranten yang menurut dia Ngeri.

Padahahal bagi saya sih masih biasa saja, maksudnya dalam batas kewajaran. Maklumlah saya termasuk orang lokal yang lazim menemui medan sebagaimana rute Karang sampai Ngranten. Wassalaamu’alaikum.

Mumtaz Hanif

salam blogger

Tinggalkan Balasan