Sering ikut pengajian tak paham materinya, apa manfaatnya? Itulah yang melintas dalam pikiran saya pada waktu mendengar penjelasan salah satu pegawai Kantor Urusan Agama pada daerah Jatirejo di Kabupaten Karanganyar.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh, wilujeng dalu pakde bude, paman bibi yang menyimak blog ini, terima kasih sudah mampir.
Kali ini saya akan berbagi cerita apa manfaatnya mengikuti berbagai pengajian dan majelis taklim, meskipun hanya sedikit yang bisa kita tangkap, atau bahkan mungkin hanya sekedar mampir sebentar pada memori kita.
Saya sendiri saat itu juga berpikir demikian, apa manfaatnya kalau banyak ikut majelis taklim jika pulang tanpa tambahan ilmu?
Tapi mendengar sekilas informasi dari Bapak Sriyanta, menyadarkan saya bahwa selain ilmu yang bisa kita dapat (setidaknya poin-poin penting yang disampaikan nasa sumber) ada sesuatu yang lain yang kemungkinan bisa kita harapkan.
Apakah itu?
Mari kita simak ceritanya.
Sering ikut pengajian tapi pulang tanpa mendapat tambah Ilmu
Malam itu saya mendapat kesempatan untuk sowan ke Madrasah Diniyah Takmiliyah di desa Jatirejo untuk mengikuti acara pertemuan wali santri.
Pesertanya lumayan banyak, mungkin antara 80 sampai dengan 100 wali santri yang datang menghadiri pertemuan.
Acara mulai sekitar jam sembilan malam lebih.
Kenapa lumayan larut?
Ternyata sebelum kegiatan pertemuan wali santri ada pengajian atau apalah pertemuan lainnya sehingga jatah waktu pertemuan wali santri MDT setelah kegiatan sebelumnya selesai.
Selesai acara jam 12 malam atau sekitar itu.
Coba anda tebak, pada menyimak dengan konsentrasi tinggi atau ada yang ngantuk ngantuk?
Saya sendiri termasuk pihak yang mendapat terpaan rasa kantuk.
Terus terang sampai saya lupa apa saja isi dalam pertemuan wali santri ini karena kengantukan yang begitu mantab.
Sama seperti banyak wali santri yang hadir pada waktu itu.
Selesai acara, saya ngobrol sejenak dengan pak Sriyanta.
Saya bertanya, kenapa pertemuannya begitu larut malam, awalnya saya kira selepas isya dan rampung maksimal jam 9, ternyata mulainya malah jam sembilan.
Beliau menuturkan bahwa di desanya sudah hal lazim dan lumrah pertemuan malam hari sampai larut.
Selain itu hampir setiap malam dalam satu minggu ada saja kegiatan entah majelis taklim, ngaji yasinan keliling maupun pembelajaran keagamaan.
Saya mencoba bertanya, lha bagaimana setiap malam ada pertemuan apa tidak capek? Juga sepertinya banyak yang terkantuk kantuk. Dan mohon maaf kira kira hasil keilmuan yang dibawa apa ya?
Maksud saya memberitahukan tujuan pembelajaran supaya pada tambah ilmu dan paham, akan tetapi tujuan ini sepertinya tidak tercapai karena kondisi fisik pada lelah dan capek.
Alasannya seharian bekerja dan pengajian diadakan terlalu larut malam.
Jawaban diplomatis yang membuat saya tersadar selain tujuan mengikuti pengajian untuk menambah pengetahuan
Sambil tersenyum pak Sriyanta menuturkan bahwa memang kenyataannya banyak yang hanya ubyang ubyung ikut kesana kemari mengikuti pengajian.
Urusan bertambahnya pengetahuan dan keilmuan dan lainnya diluar kemampuan manusia, yang penting berusaha.
Dan satu lagi, selain tujuan untuk menambah ilmu, ada tujuan yang lain yaitu mencari keberkahan dalam kegiatan majelis taklim mencari ilmu.
Nah inilah yang membuat saya menyadari untuk semangat dalam mendatangi majelis taklim meskipun bisa jadi nanti kurang bisa maksimal menyimpan materi yang disampaikan oleh ustadz ustadzah sebagai nara sumber.
Jadi meskipun hanya wara wiri kesana kemari mengikuti pengajian dan keilmuan kita mentok hanya segitu gitu saja, ada harapan yang lain yaitu keberkahan dalam mendatangi majelis taklim.
Tentang ilmu, Jangan menjadi yang kelima
Berdasarkan hadits riwayat baihaqy ada hadits yang berbunyi;
كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ
Teks latin : Kun ‘aliman, au muta’alliman, au mustami’an, au muhibban. Walam takun khoomisan, fatahlik.
Artinya;
Jadilah engkau orang berilmu, atau Orang yang menuntut ilmu, atau Orang yang mau mendengarkan ilmu, atau Orang yang menyukai ilmu.dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka”
Secara urutan tingkatan maka kita diperintahkan untuk;
1 menjadi orang berilmu atau
2 orang yang menuntut ilmu; atau
3 Orang yang mau mendengarkan ilmu; atau
4 orang yang menyukai ilmu
Dan jangan menjadi orang yang kelima.
Nah dari hadits ini setidaknya ubyang ubyung kesana kemari mengikuti majelis taklim masuk dalam nomor 2 sampai dengan empat.
Yaitu menuntut ilmu, mendengarkan ilmu, setidaknya menyukai ilmu. Tampak jelas dalam menuntut ilmu, mendengarkan dan menyukai dengan mendatangi majelis taklim.
Meskipun hasilnya wallahu a’lam yang jelas sudah mengikuti dawuh kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Pada penutup kata, yaitu larangan menjadi orang yang kelima.
Siapakah yang kelima?
Yaitu yang tidak masuk salah satu pada 4 orang diatas, intinya orang yang mengabaikan atau bahkan membenci ilmu.
Nah demikian coretan pada kanvas blog malam ini, wilujeng dalu, wassalaamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Karangdowo Klaten, 1 April 2021.