menyimak cerita bagaimana susahnya mencari nilai saat pembelajaran daring masa virus corona pandemi covid-19 anak kelas 1 SD / MI dari sudut pandang orang tua wali murid, pengalaman kasuistik, harapan bapak murid kepada guru.
pontren.com – assalaamu’alaikum, ada kisah menarik tentang pembelajaran daring masa pandemi corona. Fokus kepada murid kelas 1 Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Masa transisi dari pendidikan anak usia dini Taman Kanak-kanak ke jenjang selanjutnya.
Tulisan ini bukan untuk memojokkan salah satu fihak, tentunya hanya sekedar masukan demi kebaikan bersama. Orang tua yang paham tentu menyadari bagaimana susahnya guru dalam mengoreksi tugas siswa melalui daring serta kesulitan lain dalam mengurus sertifikasi.
Kembali lagi mengenai situasi transisi dari TK ke SD atau dari RA ke MI
Sampean tahu sendiri, dunia anak TK adalah bermain dan bernyanyi, pada jenjang SD berubah menjadi lebih serius belajar membaca menulis serta menghitung.
Sayangnya pada masa pandemi ini bahkan ada anak TK yang masuk SD yang sekalipun belum merasakan belajar lebih serius mengenai huruf angka dan berbagai tambahan ilmu pelajaran lain.
Tidak menutup kemungkinan bayangan anak anak masa transisi ini sekolah SD masih seperti zaman TK atau RA yang penuh dengan nuansa permainan maupun nyanyian. Tentunya seharusnya sudah ada perubahan juga khan?
Tapi karena memang sama sekali belum belajar tatap muka secara normal sang anak mempunyai bayangan sekolah SD atau MI sama sebagaimana zaman ketika berada di TK.
Nilai Saat Pembelajaran Daring Susah, Komunikasi dari Guru ke Orang Tua, harapan wali murid kepada pendidik
Memang tidak semuanya seperti ini, tetapi pada beberapa kejadian, pembelajaran anak anak kelas 1 SD atau MI sifatnya malah lebih hubungan pemberian tugas dari guru kepada orang tua.
Contohnya, tugas hari ini adalah mengerjakan soal LKS/buku tema 1 halaman 6-14. Paling lambat pengumpulannya jam 10 malam. Seperti itu atau kira kira kurang lebihnya penambahan pernak pernik kalimat penyemangat.
Maknanya, komunikasi adalah dari Guru kepada orang tua, bukan pendidik berkomunikasi dengan siswa.
Orang tua memiliki beban tuntutan untuk menjabarkan tugas kepada anak-anak.
Sayangnya tidak semua orang tua memiliki kemampuan yang tinggi yang sama. Apalagi pada wilayah pedesaan, sang anak yang ikut simbahnya yang gaptek teknologi.
Dengan situasi tidak menentu kemampuan wali murid dalam mendampingi anak belajar
Atau lebih parah lagi tidak paham menggunakan hape, perlu kebijaksanaan guru untuk mensikapi situasi seperti ini.
Ada kejadian tidak mengenakkan orang tua dalam membantu ananda belajar, akan tetapi tanggapan guru yang kalem tapi tiada ampun.
Ungkapannya kira kira seperti ini, tidak mengerjakan juga tidak apa apa bu, nanti nilainya tinggal saya kosongi. Nah lo…….. nek ngene iki piye?
Harapan orang tua mengadu kepada guru karena kesulitan waktu, keterbatasan hape ataupun berbagai kendala. Ortu tentu perlu penanganan yang layak, bukan sekedar tanggapan kalem tapi isinya sadis.
Nah disinilah letak dari judul “susahnya mencari nilai” pada masa pandemi.
Tanpa ampun guru memupus harapan orang tua yang mengalami ketinggalan dalam pendampingan pembelajaran anak. Walau ada embel-embel pemanis kasihan anak lain yang mengumpulkan, atau siswa yang lain saja bisa.
Perlunya Interaksi Guru dengan Murid, ingatkah anak anak lebih percaya kepada Guru daripada omongan orang tuanya?
Anda pernah mendengar seorang anak berargumen begini,” lha kata pak guru begini, atau bilangnya bu guru seperti ini”.
Maknanya, guru merupakan rujukan yang tsiqqah atau sangat terpercaya bagi murid anak TK maupun awal SD.
Ada yang mengatakan bahwa Metode daring selalu memberikan tugas melalui orang tua sangat minim interaksi antara guru dengan muridnya.
Curhatan wali murid, mengharap bahwa guru perlu memberikan motivasi via video atau suara. Maupun petunjuk kepada murid dalam mengerjakan tugas secara rutin. Secara langsung kepada anak-anak.
Contoh dengan membuat rekaman untuk anak didik. Seperti memberi petunjuk dengan mengatakan “anak-anakku, walaupun tidak belajar di sekolahan, akan tetapi kalian memiliki tugas dan kewajiban belajar dirumah. Bukan hanya bermain pada waktu siang hari.
Kerjakanlah tugas-tugas dari sekolahan mulai pagi hari jam 7 pagi, selesai tugas boleh bermain. Selanjutnya siang hari habis sholat dhuhur untuk melanjutkan membaca (mengerjakan tugas) yang belum selesai.
Guru bisa mengunggah melalui youtube atau podcast. Bisa juga langsung pada grup whatsapp tempat nongkrong para ibu ibu yang memantau tugas dari wali kelas 1.
Dengan interaksi langsung dari guru ke siswa maka ada harapan beban orang tua dalam menuntun anak anak untuk belajar secara daring pada jalan yang benar lebih terbantu.
karena jika yang menyuruh mengerjakan tugas adalah orang tua, kalau anaknya gampang tentu tidak masalah, bagaimana jika anaknya antik?
Disinilah letak hebatnya guru melampaui orang tua dalam mendapatkan kepercayaan dari anak-anak.
Tentunya tidak semua guru atau sekolahan mengalami kejadian serupa, akan tetapi diyakini ada beberapa tempat yang mengalami situasi serupa.
Berdasarkan cerita orang yang mengajar di Jakarta, ada edaran yang menyebutkan bahwa pembelajaran daring tidak harus melulu mengerjakan tugas yang ada pada buku Tema atau LKS
Belajar dari Rumah bisa berupa tugas membaca halaman sekian, tugas menelaah dan lain sebagainya. Intinya tidak melulu mengerjakan soal setiap hari.
Kesimpulan dan harapan
Apresiasi kepada para guru yang telah berusaha keras turut memajukan pendidikan bangsa dengan giat dalam melakukan pembelajaran daring. Bahkan ada kejadian guru sampai lupa mendampingi anaknya sendiri belajar. Saking banyaknya waktu tenaga untuk mendidik secara daring.
Tidak semua guru memiliki metode pembelajaran yang sama, begitu pula orang tua wali murid berkemampuan berbeda. Karena situasi memang kondisi darurat, memerlukan kebijaksanaan orang tua dan guru. Utamanya dalam mensikapi pembelajaran dan penilaian semasa belajar dari rumah.
Interaksi dan motivasi guru kepada siswa dalam belajar dan mengerjakan tugas akan sangat berpengaruh kepada siswa. Karena bagi anak usia TK dan SD, perkataan guru “lebih manjur” daripada orang tuanya yang menyampaikan.
Memang susah mendapatkan nilai pada masa virus corona pandemi covid-19 apalagi yang gaptek dan tidak punya pulsa data.
Itulah sebagian kecil dari yang bisa saya tangkap hasil olah komentar dari orang tua yang anaknya kelas 1 SD atau MI. Kondisi belajar secara daring dan bertemu dengan guru dengan etos kerja tinggi, kalem dalam menanggapi. Tetapi tegas dalam menghadapi situasi terlambat mengumpulkan tugas.
Wilujeng dalu, selamat malam, wassalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh.
Bonus Tulisan Menarik untuk Dicermati tentang Nilai saat Pembelajaran Daring
Sebelum mohon untuk dimengerti njeh BP ibu …sy hnya menjalankan tugas 🏻 🏻
Namanya pembelajaran daring yakni pembelajaran jarak jauh lewat online …
Apabila saya disini memberikan tugas setiap hari itu TDK lain u memenuhi nilai harian …apbila ad yg TDK kirim saya tinggal mengosongi nilainya…u dimengerti …
Trus dari mana saya bisa memberikan nilai apabila BP ibu TDK kirim hasil tugas anak …
Saya pun TDK pernah menjapri yg TDK kirim Krn yg butuh nilai bukan saya akn tetapi anak2 …
Apabila ad yg keberatan Monggo matur baik baik japri saya atau kesekolah dg senang hati 🏻 🏻 🏻
Dan mengenai tugas akhir subtema itu tujuannya untuk melatih dan membiasakan anak untuk mau dan biasa berlatih …itu sebenarnya pr tiap hari…
tetapi sy berikan bila akhir subtema selesai .(pembelajaran 1-6)
Karena saya kasihan ank sudah kirim pembelajaran saat itu tiap hari MK TDK saya bebankan lagi pr/ tugas akhir subtema….
Dan apabila ada yg masih keberatan somonggo dikerjakan lbih baik TDK tidak mengapa …
Mohon dimengerti dan dipahami ..jadilah
Orang tua yang cerdas dan santua 🏻 🏼 🏼 🏼
Sebelum saya mohon maaf 🏻 🏻 🏻 🏻 🏻
Khusus bagi BP ibu yang belum mengerti dan memahaminy..itu semua u anak penjenengan🥰……—–>>>> end.
nah sudah tahu khan bagaimana kenyataan bahwa nilai saat pembelajaran Daring tidak semudah membalikkan telapak tangan.