Pitik trondhol diumbar ing Padaringan tegese yaiku Wong Ala Watake Tur Mlarat Pisan, Dipercaya Rumeksa Pakaremane, Ora Wurung Ngentek Entekake.
Artinya secara harfiah adalah ayam tanpa bulu dibiarkan berada di tempat penyimpanan beras, yang maknanya yaitu orang yang buruk wataknya dan juga miskin mendapatkan kepercayaan menjaga yang dia sukai, pada akhirnya hanyalah menghabiskannya (merugikan si pemberi kepercayaan).
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, dalam ungkapan unen – unen ini kalebu basa rinengga jinise tembung saloka.
Jadi jika ada yang bertanya termasuk apakah unen-unen ini, jawabannya yaitu kalebu tembung saloka Basa Jawa.
Pitik trondhol yaiku pitik sing ora duwe wulu. Yaitu ayam yang tidak memiliki bulu atau setidaknya bulunya sangat sedikit sekali.
Merupakan gambaran untuk menggambarkan sesuatu yang buruk atau tidak baik, juga sebagai kiasan untuk orang yang asor (rendah) dari segi harta ataupun budi pekerti.
Untuk unen unen ini menggambarkan orang yang buruk tabiatnya (dan juga bisa dengan kombinasi miskin harta).
Diumbar ing padaringan artinya adalah dibiarkan berada di tempat penyimpanan beras.
Padaringan adalah basa ngoko dari tempat penyimpanan beras. Meski di Semarang ada juga wilayah bernama Padaringan, namun dalam saloka ini maksudnya adalah tempat menyimpan beras.
Apa akibatnya? Dampaknya membiarkan ayam tanpa bulu berkeliaran di tempat menyimpan beras adalah akan memakan beras dan lama kelamaan akan menghabiskan atau mengurangi beras dalam penyimpanan.
Tuladha Ukara Pitik Trondhol diumbar ing Padaringan
Dalam penjelasan lain memberikan keterangan bahwa tegese pitik trondol diumbar ing pedaringan tegese yaiku wong ala dipasrahi barang kang aji, wusanane malah ngentek-enteki.
Artinya yaitu orang jahat dipasrahi barang berharga yang pada akhirnya malah menghabiskanya.
Ngrakit tembung saloka ana ing ndhuwur, gawea tuladha ukara, wenehana tuladhane ukarane nganggo Basa Jawa lan tegese!
Dalam hal ini contoh kalimat semestinya merujuk kepada perilaku menyerahkan barang berharga kepada orang bertabiat buruk, yang pada akhirnya akan menghabiskannya (merusaknya) yang merugikan pemberi kepercayaan.
Berikut ini adalah tuladhane ukarane.
Ngakon Agustinus njaga warung padha wae kaya pitik trondhol diumbar ing padaringan.
Artinya adalah, menyuruh Agustinus menjaga warung sama saja dengan membiarkan ayam tanpa bulu berada di tempat penyimpanan beras.
Dalam asumsi Agustinus wataknya buruk, tabiatnya jelek, suka mengambil barang orang lain, maka memberikan amanat menjaga toko adalah pilihan yang buruk.
Sehingga memberi kepercayaan kepadanya bagaikan membiarkan ayam gundul berada pada tempat menyimpan beras.
itulah saloka dalam bahasa Jawa yang mengibaratkan memberikan kepercayaan kepada orang bertabiat buruk untuk menjaga barang betharga, yang pada akhirnya malah akan mengambil barang tersebut.