Saloka iki tegesana! Tegese unen unen tembung cengkir ketindhihan kiring yaiku samubarang kang kaungkulan prabawa, (segala hal kepunyaannya yang terungguli) utawa bisa ditegesi wong kang kalah prabawa dening kalah tuwa, kalah pangalaman.
Uga kateges : wong kapengin omah-omah, nanging kapeksa dhurung bisa, amarga kepalangan sadulure kang luwih tuwa durung omah-omah.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, wilujeng siang para pembaca internet yang budiman khususnya peminat sastra basa Jawa baik dari kalangan umum maupun pelajar siswa dan mahasiswa.
Kali ini kita akan membahas tentang tembung saloka Bahasa Jawa yang menggambarkan kekalahan seseorang karena kalah dari berbagai segi baik usia, kepandaian, derajat pangkat, banyaknya harta benda.
Contoh misalnya adalah Agustinus merupakan seorang jejaka yang hendak melamar gadis cantik bunga desa anak pak kades.
Sebut saja nama si gadis ini adalah Asti Setyorini anaknya pak Agus.
Sang pemuda telah memiliki modal yaitu pekerjaan tetap pada pabrik dengan gaji UMR. Selain itu dia juga memiliki kendaraan sepeda motor yang baru meskipun dengan cara kredit.
Ayahnya seorang petani yang setiap harinya pergi ke sawah dan ladang untuk merawat tanamannya. Sedangkan ibunya pedagang sayuran yang setiap hari pasaran berjualan di pasar dan buka lapak di rumahnya.
Namun dalam perjalanan untuk meraih cinta dan asmaranya, ada juga pemuda lain yang naksir dengan anaknya pak lurah ini.
Pemuda saingan ini memiliki usia sepantaran dengan si Agustinus serta wajah dan perawakan tidak jauh berbeda alias setara.
Urusan pekerjaan, sang pesaing sudah diangkat menjadi PNS atau ASN di Instansi pemerintah, dan orang tuanya adalah camat di tetangga Kabupaten. Selain itu pemuda ini juga sudah memiliki kendaraan sendiri berupa mobil roda empat, anggap saja adalah isuzu panther yang baru.
Akhirnya, si Agustinus ini kalah dalam mendapatkan gadis impiannya. Alasannya karena dia kalah telak dalam banyak hal dengan sang pesaing. Situasi inilah gambaran dari saloka cengkir ketindhihan kiring.
Tegese cengkir ketindhihan Kiring
Secara harfiah, arti cengkir yaiku krambil enom ngarepaké dadi degan.artinya adalah kelapa muda yang hendak menjadi degan.
Ketindhihan tegese yaiku ditumpangi, ketumpangan, kalah, artinya ketindihan adalah tertumpangi, atau artinya adalah kalah.
Kiring tegese yaiku krambil sing wis tuwa utawa garing, artinya adalah kambil atau kelapa yang sudah tua.
Jadi dalam kasus ini adalah penggambaran kekalahan seseorang seperti kalahnya kelapa yang masih muda bahkan belum menjadi degan dengan kelapa yang sudah tua dan kering (saking tuanya).
Hal ini menggambarkan kekalahan karena adanya gap atau selisih keagungan yang dia miliki baik berupa barang maupun kemampuan derajat pangkat kedudukan.
Ungkapan ini bisa menggambarkan 2 makna yaitu kekalahan karena memang kalah dari segi usia, kemampuan, harta benda atau kalah keluhuran. Bisa juga hendak menikah namun terhalang karena saudaranya yang lebih tua belum berumah tangga. Maturnuwun sudah mampir, wassalamu’alaikum.