Giri Lusi Janma Tan Kena Kinira Tegese

Giri Lusi Janma Tan Kena Kinira
Giri Lusi Janma Tan Kena Kinira tegese ojo nyepelekne uwong

Giri lusi janma tan kena kinira Tegese yaiku ora kena angina marang wong, ojo ngremehake, artinya basa Jawa kedalam Bahasa Indonesia adalah janganlah meremehkan orang lain, tidak boleh menghina karena penampilan atau penampakannya. ojo nyepelekne uwong, singkatnya begitu.

pontren.com – assalaamu’’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh, pertama kali saya mendengar kalimat ini dari video wayang ki Manteb Sudarsono, saat Sri Kresna berbicara dengan Bima atau Werkudara yang mengaku kalah saat bertanding dengan Patih Sengkuni.

Awal mulanya Bima menganggap remeh patih Sengkuni yang badannya kecil dan sudah tua.

Namun apa daya ternyata sang patih ini digdaya, memiliki kesaktian tidak terluka bahkan tergores oleh senjata andalan Werkudara baik berupa kuku pancanaka maupun dijatuhi dengan gada rujakpolo.

Saat itulah Sri Kresna memanggil Kiai Semar untuk berkonsultasi mencari kelemahan sang Patih yang terkenal dengan kelicikan dan tipu muslihatnya ini.

Kemudian Sri Kresna menyindir Bima yang awalnya meremehkan patih Sengkuni yang badannya tidak kecil serta tidak nampak memiliki kemampuan berkelahi.

Namun apa daya akhirnya Bima tidak mampu melukainya.

Maka muncullah ungkapan dari punakawan yang berbunyi “Giri lusi janma tan kena kinira” untuk mengingatkan Bima supaya tidak angkuh dan menyepelekan.

Artinya Giri lusi janma tan kena kinira

Secara harfiah, arti giri adalah gunung, lusi artinya yaitu cacing tanah), sedangkan janma artinya yaitu manusia, tan kena ingina memiliki arti tidak boleh dihina.

Secara bebas terjemahnya adalah, jangan gampang menghina orang yang tampaknya miskin atau berpenampilan sederhana biasa saja. Dikiaskan seperti hewan cacing.

Kenapa?

Sebab, mungkin saja dia justru memiliki kemampuan setinggi gunung.

Jadi ora kena angina marang wong, jalaran cacing bae sing nggremet tekan pucuking gunung. Artinya janganlah menghina kepada orang (lain) karena cacing saja yang kecil bisa merayap sampai ke puncak gunung.

Demikianlah paribasan Basa Jawa larangan menghina orang lain meskipun tampak tidak punya, miskin atau biasa biasa saja alias sederhana. Karena setiap manusia memiliki kelebihannya sendiri – sendiri.

Dalam bahasa Arab mahfudzotnya berbunyi laa tahtaqir man duunaka falikulli syaiin maziyyatun, yang teks arabnya sebagai berikut ini.

Akhirnya wilujeng dalu, selamat malam dan wassalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh.

Mumtaz Hanif

salam blogger

Tinggalkan Balasan