Nggeret Carang Saka Pucuk Tegese
Nggeret Carang Saka Pucuk Tegese yaiku tumandang tanpa petung, wasana gawe rekasa awake dhewe. Unen – unen iki kalebu jenise tembung bebasan (Basa rinengga sing jinese bebasan).
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, dalam khazanah sastra Bahasa Jawa, bebasan adalah ungkapan yang sifatnya tetap (kalimat dan urutan katanya tidak boleh berubah), mempunyai arti kiasan, dan mengandung pengandaian.
Nggeret asale saka tembung geret, tegese yaiku nggawa kanthi narik, artinya adalah membawa sesuatu dengan menyeret.
Baca Juga :
Kineban lawang tobat
Lambe satumang kari samerang
Tulung menthung
Dalam bebasan ini, tegese carang yaiku pring, yang dalam Bahasa Indonesia yaitu (pohon) bambu.
Pucuk tegese yaiku pérangan kang kaprenah ing dhuwur utawa kang merit (saya mucuk saya cilik). Pucuk artinya adalah bagian yang berada pada bagian yang bentuknya semakin kecil pada ujungnya.
Jadi secara harfiah, ungkapan paribasan ini artinya yaitu membawa atau menyeret pohon bambu dari ujungnya.
Apa maknanya? Maknanya yaitu bekerja atau bertindak tanpa perhitungan, pada akhirnya akan membuat repot diri sendiri.
Bebasan sing unine Nggeret Carang Saka Pucuk nduweni Teges yaiku
Bagaimana bisa ungkapan ini menunjukkan perilaku atau tindakan yang tanpa perhitungan dapat merepotkan diri sendiri?
Jadi begini.
Pohon bambu itu bentuknya panjang dan pada bagian pangkalnya lebih tebal dan besar. Sedangkan pada bagian ujungnya lebih tipis dan tentu lancip atau semakin kecil ke bagian ujung.
Bagian pangkal pada bambu ini dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan istilah bongkot.
Apabila kita menarik pohon bambu ini dari bagian ujung, maka secara ilmu fisika, beban berat ada pada bagian pangkalnya. Kedua, bentuk ros rosan atau bata-bata (buku-buku/node).
Karena bagian yang berat ada di pangkal, dan juga ada bagian buku-buku/node akan membuat orang yang menarik pohon bambu menjadi kerepotan yang menyusahkan.
Belum lagi bagian dari daun-daunnya yang menjadikan proses membawa batang bilah bambu dari ujungnya menjadi semakin merepotkan.
Sehingga cara yang benar dalam menarik bambu mestinya dari pangkalnya (bongkote), bukan dari pucuke (ujungnya).
Contoh kalimat atau tuladhane ukarane yaiku : Menawa tumindak kudu dipikir dhisik supayane ora kaya nggeret carang saka pucuk.
Dengan begitu, maka apabila ada orang yang bertindak tanpa berpikir panjang akan mengakibatkan kerepotan pada dirinya sendiri ibaratnya menarik (pohon) bambu dari bagian ujung atas. Maturnuwun sudah mampir, wassalamu’alaikum.
Tinggalkan Balasan