Gamane Puntadewa yaiku Jimat Kalimasada, Tumbak Karawilang, Payung Tunggulnaga. Senjata Raden Puntadewa atau Prabu Yudhistira yang terkenal ada 3 yaitu Serat Jamus Kalimasada, tombak Karawilang, dan Payung Tunggulnaga. Ketiga senjata ini mendapat sebutan mustikaning satriya atau mustikanya ksatria.
Untuk lebih lengkap mengenai apa saja senjata pandawa, anda bisa membaca dalam artikel Gamane Pandawa Lima.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakatuhu, mari kita lebih mengenal senjata dari pambarepe pandhawa (anak sulung dari Pandawa Lima) yaiku Yudhistira atau Punthadewa.
Sebutna 3 (telu) Gamane Prabu Yudhistira!
Sebagaimana dalam berbagai versi cerita, senjatanya yang paling terkenal ada 3 (tiga). Adapun penjelasan dari ketiga senjata milik Raja Ngamarta ini adalah sebagai berikut menggunakan Basa Jawa dan terjemah kedalam bahasa Indonesia;
Jimat Kalimasada (Gamane Prabu Puntadewa)
Gaman Serat Jimat Kalimasada awujud buku utawa kitab. Pusaka Jimat Kalimasada saged gawe seda Prabu Salya nalika wonten ing perang Bratayudha. Senjata Serat Jamus Kalimasada ini berbentuk buku atau kitab suci. Pusaka kalimasada ini yang bisa membunuh Prabu Salya dalam peperangan Bharatayudha.
Asale Jimat Kalimasada saka Jasad Prabu Kalimantara. Nalika iku Prabu Kalimantara saka Kerajaan Nusahantara nyerang Kahyangan kanthi numpak Garuda Banatara.
Asal usul Senjata Kalimasada ini berasal dari Jasat Brabu Kalimantara yang berasal dari kerajaan Nusahantara. Dalam literasi lain ada yang menyebut berasal dari Kerajaan Nusarukmi.
Kala itu dia menyerang kahyangan tempat tinggal para dewa dengan menaiki burung Garuda Banatara.
Ananging Bambang Sakutrem (Resi Manumanasa) kanthi kasektene bisa numpes Prabu Kalimantara lan wadya balane sakabehane. Dan pada akhirnya Bambang Sakutrem bisa menumpas dan membunuh Prabu Kalimantara ini.
Sabanjure saka jasade musuh kang nyerang kahyangan dadi gaman yaiku jimat kalimasada, panah sarotama, panah ardadedali, payung tunggulnaga.
Kemudian dari jasad yang menyerang kahyangan ini berubah menjadi senjata, kemudian Bambang Sakutrem mengambilnya. Setalah berjalannya waktu dia mewariskan berbagai senjata ini kepada keturunannya.
Sampai warisan senjata ini kepada cicitnya (anaknya cucu) yang bernama resi Wiyasa atau Abiyasa. Kemudian Abiyasa atau Resi Wiyasa mewariskan pusaka ini kepada cucunya Pandawa lima.
Kemudian selanjutnya berubahlah jasad penyerang kahyangan ini menjadi berbagai senjata, yang salah satunya adalah Jamus Kalimasada (ada yang menyebut dengan serat Kalimasada, adapula menyebutnya dengan Jimat Kalimasada).
Dalam kisah dunia pewayangan, senjata jamus Kalimasada merupakan senjata paling tinggi tingkatannya dan paling ampuh dan hebat kesaktiannya.
Payung Tunggulnaga (Gamane Raden Yudhistira)
Gaman Payung Tunggulnaga asale saka Jasad Garuda Banatara. Yaiku tunggangane Prabu Kalimantara nalikane nyerang Suralaya. Senjata payung tunggulnaga merupakan perubahan dari Jasad Garuda Banatara sesaat setelah dia mati.
Adapun yang memberikan nama senjata Payung tunggulnaga ini adalah Batara Narada. Dan dia juga yang memberi nama kepada gaman lainnya yaitu Jimat Kalimasada, Panah Ardadedali, Tumbak Karawilang.
Bentuk senjata berupa payung ini sebagai simbolis dari Pandawa sebagai pemimpin harus memiliki karakter mengayomi sebagaimana fungsinya payung yang melindungi pada saat panas maupun hujan.
Tombak Karawilang
Ada yang menyebutnya dengan tumbak Karawelang. Sejarahnya adalah sama seperti terjadinya jamus Kalimasada.
Asale tumbak Karawelang saka jasade Arya Karawelang. Yaiku pambantune Prabu Kalimantara nalika nyerang Kahyangan Suralaya amarga katolak anggone nglamar Batari Gamarmayang.
Jadi tombak Karawelang ini berasal dari jasad Arya Karawelang. Yaitu pembantu Prabu Kalimantara saat menyerang kahyangan suralaya. Alasan dia menyerang kahyangan karena penolakan lamarannya kepada Batari Gamarmayang untuk dijadikan permasiuri.
Sebagaimana namanya, senjata ini berbentuk sebatang tombak.
Selain berwujud senjata sakti, tumbak karawilang juga memiliki simbol filosofi.
Adapun tumbak kalawirang ini merupakan simbol petajaman. Dengan personifikasi ketajaman ini Semar bermaksud membangun ketajaman hati, visi dan indera para Pandawa.
Sekedar catatatan, karena ada berbagai macam versi dalam kisah cerita wayang, bisa saja anda akan mendapati cerita berbeda dari artikel ini.
Maturnuwun sudah mampir, wilujeng enjang dan salam kenal. Semoga artikel tentang gamane prabu Puntadewa memudahkan anda dalam mengerjakan soal materi Basa Jawa. Wassalamu’alaikum.
Pingback: Prabu Puntadewa, Asmane Garwane, Putrane, Bapa Ibune, Pasuryane, Dasanamane