Tunggak Jarak Mrajak Tunggak Jati Mati Tegese, Kalebu Tembung
Tunggak Jarak Mrajak Tunggak Jati Mati Tegese yaiku turunane wong cilik dadi akeh, dene turunane wong gedhe (ningrat utawa nduweni pangkat) malah dadi entek utawa mati cures. Kalebu Basa rinengga jenise tembung saloka Basa Jawa.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, wilujeng sonten selamat sore. Dalam ungkapan tembung saloka Basa Jawa ini artinya adalah keturunan orang kecil (biasa) berkembang menjadi banyak, sedangkan turunan dari orang terpandang (berpangkat/kaya/ningrat) habis tidak tumbuh berkembang.
Dalam pengertian Bahasa Jawa Saloka yaiku unen-unen kang ajeg panganggone lan ngemu surasa pepindhan, dene sing ngemu surasa pepindhan iku wonge, lan iso anggo pepindhan kewan utawabarang.
Terjemahannya kira kira seperti ini. Tembung saloka yaitu kata-kata (dalam bahasan Jawa) yang tetap dalam penggunaannya dan mempunyai makna pengandaian, yang diandaikan tersebut adalah orang, dan dapat menggunakan pengandaian binatang maupun barang.
Untuk lebih mendalami maksud dari ungkapan unen unen jenise tembung saloka Basa Jawa ini, mari kita menerjemahkan arti setiap kata pada ungkapan ini.
Tunggak tegese yaiku pogoganing wit sing ditegor; artinya adalah sisa batang kayu dan akar yang masih tertinggal di dalam tanah sesudah ditebang; tunggul.
Jarak tegese yaiku araning wit wohé ana sing kena digawé lenga. Artinya yaitu sebutan pohon yang buahnya bisa untuk minyak.
Mrajak tegese yaiku padha enggal tuwuh, artinya adalah bisa segera tumbuh.
Artinya secara harfiah yaitu dangkel atau bekas potongan pohon jarak yang bisa tumbuh dengan cepat. Maknanya yaitu pohon yang harganya tidak seberapa bisa tumbuh dengan cepat dan berkembang.
Maknanya yaitu keturunan dari orang awam dan biasa dapat berkembang dan tumbuh (mendapatkan pangkat derajat kedudukan ataupun kekayaan).
Tegese Tunggak Jarak mrajak tunggak jati mati, Kalebu Jinise Tembung Saloka
Tunggak Jati tegese yaiku dhangkel kayu jati, artinya adalah sisa bayang pohon jati yang sudah ditebang.
Mati tegese yaiku ora urip, ora tuwuh, cures, artinya yaitu selesai tidak bisa berkembang alias habis.
Maksudnya adalah batang pohon jati yang sudah ditebang tidak bisa menumbuhkan anakannya.
Pohon jati merupakan jenis pohon yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ini merupakan gambaran dari orang yang memiliki kedudukan ningrat, atau bisa juga derajat tinggi, pangkat, strata sosial yang bagus di masyarakat.
Namun dia tidak bisa menumbuhkan keturunan. Maksudnya selesai sudah tidak ada yang bisa melanjutkan keluhurannya setelah dia mati.
Hal ini maknanya yaitu keturunan orang yang luhur derajat pangkat harta benda atau lainnya habis tidak ada yang melanjutkan.
Ada kisah di suatu instansi, saat obrolan staf yang ngrasani atasannya.
Dia menyampaikan, pada saat ada pendataan Pegawai Negeri, ternyata yang masuk data malah anak-anak dari para staf bawahan. Sedangkan keluarga dan anak keturunan para Kepala Seksi tidak ada yang masuk data.
Kemudian dia memisalkan keadaan ini dengan ungkapan tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati.
Contoh kalimat tuladha ukara misalnya seperti ini;
Jaman saiki ora ngerti nasibe uwong, sapa reti tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati. Artinya : Masa sekarang tidak ada orang yang tahu nasib seseorang, bisa saja keturunan orang biasa menjadi sukses, sedangkan turunan orang besar malah hanya menjadi orang yang biasa saja.
Maturnuwun sudah mampir ke blog ini, salam kenal wilujeng sonten dan wassalamu’alaikum.
Tinggalkan Balasan