ISLAM Dan Berpikir Kritis. Berfikir kiritis (critical thinking) adalah berfikir secara mendalam (radical).
Yaitu berfikir yang tidak hanya pada dataran fenomena yang nampak di permukaan saja, namun berfikir secara mendalam berdasarkan data,fakta, informasi dan logika berfikir yang objektif dan benar.
Berfikir kritis bukanlah aktifitas yang bebas nilai. Berfikir kritis harus di dasarkan pada metode yang benar, juga untuk tujuan yang benar yaitu dalam rangka mencari kebenaran.
Mendorong Penggunaan Pikiran dengan Kritis dan Optimal (Islam dan Berpikir Kritis)
Selain mengajarkan keimanan terhadap hal-hal yang bersifat dasar (aqidah) dan ketentuan -ketetentuan ibadah, Islam juga mendorong penggunaan fikiran dengan kritis dan optimal.
Seringkali al Quran menantang dan mendorong umat Islam untuk menggunakan fikiran dengan sebaik-baiknya, dengan kalimat afala ta’qilun, afala tatafakkarun dan lain lain.
Dalam Islam, akal sebenarnya tidak bertentangan dengan keimanan. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan (Tariq Ramadan : 2010).
Para Sahabat pada masa awal Islam adalah sosok yang memiliki keimanan yang kuat, namun pada saat yang sama memiliki pemikiran yang sangat kritis.
Mereka dibimbing Nabi untuk memiliki keberanian dalam mempertanyakan sesuatu dengan sangat kritis.
Seperti kisah seorang Sahabat yang menanyakan tentang strategi perang Badar, apakah ide tersebut wahyu dari Allah atau datang dari pendapat pribadi Nabi.
Berfikir kritis membantu seseorang dalam menilai dan menyimpulkan sesuatu dengan benar, sehingga seseorang dapat menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi.
Obyek Pemikiran kritis tentu saja adalah semua lini kehidupan yang dihadapi oleh manusia.
Seorang muslim dalam hal-hal tertentu dituntut mengggunakan pemikiran kritis dalam memahami ajaran agama Islam.
Tentu bukan dalam hal-hal keimanan dan akidah.
Dalam meminta fatwa keagamaan misalnya, kita tidak hanya boleh menanyakan hukum dari suatu hal, namun juga dapat mempertanyakan alasan sebuah fatwa dan mempertanyakan argumentasi dan logika sebuah fatwa.
Dengan begitu kita bisa memilih pendapat dan alasan serta hikmah dari sebuah pengamalan agama.
Selanjutnya pemikiran kritis dapat digunakan dalam wilayah akademik di Sekolah dan Perguruan Tinggi.
Untuk menguji teori perlu ada pikiran yang Kritis
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, berfikir kritis menjadi syarat dan hal yang penting dalam menguji sebuah teori dan menemukan sebuah teori baru.
Pemikiran kritis juga bisa digunakan dalam memahami realitas budaya, ekonomi dan perkembangan masyarakat.
Berbagai perkembangan nilai, budaya dan perilaku di masyarakat dapat diamati dan dianalisa secara kritis dalam rangka koreksi dan perbaikan kehidupan manusia.
Pemikiran kritis dengan demikian, dapat menjadi semua paradigma dalam memahami realitas sosial-kemanusiaan di sekitar kita.
Termasuk dalam menilai kebijakan Negara. Sebagai waga negara dan masyarakat sipil, umat islam tidak boleh kehilangan elan kritis dalam memahami dan mersepon berbagai isu sosial-politik dan kebijakan Negara.
Karena Negara akan menjadi ororiter dan eksesif jika tidak ada pemikiran kritis dari warga negaranya.
Semoga Bulan Ramadlan menjadikan kita semakin kritis dalam memahami realitas di sekitar kita, untuk perbaikan bersama . Amien ya Rabbal ‘alamien
—– Muh. Rifai al Faqir —-
🌾 NGAJI KEHIDUPAN
( HARI KE-16 RAMADLAN 1442 H)