pontren.com – Judul diatas merupakan premis umum yang merupakan pendapat pribadi dari yang membuat postingan. Dari beberapa masjid dan hasil bertanya pada saat pelatihan dan koordinasi ustadz ustadzah Taman Pendidikan al Qur’an mengenai situasi dan kondisi TPA yang kesulitan dalam dana operasional dan di waktu yang sama takmir masjid memegang kas keuangan langgar mushola masjid.
Jadi teringat beberapa tahun yang lalu disaat para pengajar TPQ dikumpulkan untuk diberikan pelatihan, seorang panitia bertanya kepada para peserta kegiatan mengenai peran serta masjid dalam pendanaan untuk kegiatan belajar mengajar pada Taman pendidikan alquran.
Pertanyaan yang dilontarkan kurang lebihnya adalah sebagai berikut;
Apakah takmir masjid tempat TPQ anda memberikan dana secara rutin untuk biaya operasional TPQ secara rutin? Dengan serempak dan semangat para guru menjawab pertanyaan tadi “TIDAAAAAAK”.
Itulah jawaban serempak dari pengelola TPQ dari berbagai kecamatan dan TPQ yang berbeda beda. Jika ditarik dalam ilmu hadits maka jawaban ini masuk dalam kategori mutawatir alias tidak mungkin mereka sepakat sebelumnya untuk menjawab seperti itu.
Lha wong lontaran pertanyaan juga dibuat mendadak tanpa dikondisikan sebelumnya atau ada kong kalikong antara panitia dengan peserta kegiatan pelatihan peningkatan ustadz ustadzah TPQ.
Pun begitu pastinya ada saja masjid yang dengan baik memperhatikan lembaga pengajaran membaca alquran atau ngaji ini dengan cermat termasuk kesejahteraan para ustadz ustadzah guru pengajar para santri. Akan tetapi saya pribadi meyakini jumlahnya sangat sedikit.
Mungkin hanya satu digit dalam persen atau kalo lebih tega lagi mengatakan nol koma sekian persen.
Analisa Takmir Masjid begitu memperhatikan dalam pembangunan dan rehab masjid
Salah satu hal pokok yang di uri uri atau diperhatikan dengan sangat oleh para pengurus masjid adalah tentang kondisi fisik dari masjid itu sendiri, entah itu berupa perbaikan kondisi yang sudah rusak kurang baik, menambah keindahan masjid baik dengan cara memberikan ornamen atau kaligrafi ataupun sekedar memberikan warna baru dengan cat yang rutin dilakukan atau bahkan sampai dengan melakukan perluasan atau meningkat masjid yang sudah ada.
Dari beberapa alasan diatas, akan kami coba kenapa mengotak atik bangunan masjid merupakan hal yang seksi untuk para pengurus
Perbaikan rehab perluasan masjid karena memang diperlukan karena kondisi situasi yang memaksa
Yang utama sih sepertinya memang karena kebutuhan, misalnya kondisi kamar mandi atau tempat wudhu yang sudah rusak atau tidak layak dipergunakan, berlumut serta sangat sulit dipergunakan, atau karena jamaah sholat jumat yang semakin banyak membuat makmum sampai berada diluar masjid sehingga perlu pemikiran dalam perluasan atau menambah tingkat bangunan itu sendiri.
Kalau situasinya seperti ini tentunya diperlukan adanya rehab pembangunan yang diperlukan guna memenuhi keperluan yang bisa dianggap pokok dalam menyediakan sarana prasarana dalam ibadah sholat berjamaah. No complain here.
Pembangunan fisik masjid merupakan hal yang konkrit bisa ditangkap panca indera sekaligus bukti amanah dalam mengelola Tempat Ibadah
Alasan kenapa fokus pembangunan yaitu pembangunan fisik masjid adalah hal yang bisa di lihat di pegang dan dirasakan oleh panca indera, berbeda jika dana infak sedekah pada masjid diberikan untuk membayar hutang fakir miskin, maka tidak semua orang bisa melihat secara nyata dampaknya, malah nanti banyak yang datang minta dilunasi hutangnya heheheee
Dengan pembangunan yang nyata, masyarakat tentunya percaya dan yakin jika dana kas masjid dikelola dengan baik yang terbukti dengan adanya pembangunan atau perbaikan rehab masjid. Siapa sih yang mau dituduh menggelapkan uang masjid?
Dengan begitu cara praktis membangun kepercayaan dari masyarakat ya dengan memberikan bentuk kongkrit dari pembangunan fisik yang dapat dilihat oleh khalayak ramai yang mendekat.
Masjid yang indah keren menjadikan kebanggaan takmir dan masyarakat
Tentunya keindahan suatu bangunan masjid menjadi kebanggaan masyarakat yang turut serta membangun atau penyandang dana, walaupun kadang kala mereka yang ikut bangga belum tentu rutin sholat jamaah di masjid tersebut.
Dengan adanya kebanggaan memiliki tempat ibadah yang kokoh kuat cantik dan bagus maka pikiran jamaah lebih tertuju bagaimana supaya masjid mushala ataupun surau yang berada di lingkungan masuk dalam kategori tempat ibadah bagi umat islam yang bisa disebut wow.
Pembangunan fisik lebih nampak nyata dibandingkan dengan alokasi untuk pembangunan yang bersifat mental dan kemakmuran jamaah
Coba kalau takmir masjid mengalokasikan uang 5 juta untuk cat tembok masjid, begitu selesai masjid di cat maka akan nampak perubahan dari masjid yang telah dilakukan pengecatan. Semua mata yang bisa melihat masjid akan segera nyata merasakan perubahan.
Berbeda situasinya jika takmir masjid mengalokasikan uang lima juta untuk menyantuni anak miskin atau untuk kegiatan daurah, bahsul kutub, pelatihan mengajar TPQ, masyarakat tidak dapat merasakan secara langsung dampak atau perubahan dari kegiatan alokasi dana semisal diatas.
Dengan begitu tidak heran banyak takmir masjid lebih sigap dalam mengalokasikan dana kas kedalam kegiatan yang bersifat fisik entah membangun, merehab atau sekedar mempercantik menambah keindahan surau masjid langgar mushala yang diurusnya.
Dampak Terlalu Fokus Memperhatikan Bangunan Fisik, berakibat terabaikan hal yang bersifat mental sosial masyarakat
Alangkah baiknya jika masjid bukan hanya sekedar berfungsi sebagai tempat sholat dan mengaji saja, akan tetapi juga masyarakat islam bersosial dan berbudaya serta aktivitas kegiatan zakat infak dapat dikelola dengan baik.
Dan akan lebih mantab lagi jika masjid bisa meringankan kondisi ekonomi masyarakat sekitar baik dengan cara menyantuni kaum papa dan juga support lembaga pendidikan keagaman di sekitar atau bahkan yang sedang berada di kompleks masjid.
Kaum papa jarang tersentuh dana masjid kecuali zakat fitrah dan daging qurban
Entah benar apa tidak pendapat ini, tapi jika diamati kebanyakan masjid memberikan sesuatu yang bernilai ekonomis kepada orang yang termasuk fakir miskin hanya pada saat menjelang idul fitri dengan beras zakat fitrah ataupun pembagian daging qurban pada waktu idul adha.
Saya pribadi hanya mendengar masjid jogokariyan yang dapat melakukan pemberdayaan umat sekitar dengan cara meringankan kesulitan ekonomi baik berupa bantuan beras uang maupun usaha mencarikan penghasilan.
Saya meyakini ada masjid yang lain juga melakukan hal yang sama akan tetapi belum terekspose secara viral semacam masjid Jogokariyan Yogyakarta.
Masjid Termasuk Megah Ber AC tapi Lembaga TPQ memble ala kadarnya
Lah ini di suatu masjid, pada saat khotib akan naik mimbar, takmir masjid mengumumkan kas infak yang dikelola oleh takmir.
Bagi saya dana itu termasuk besar (diatas 50 juta) karena masjid sudah dikatakan paripurna secara bangunan, ada AC yang setiap sholat 5 waktu disitu terasa adem karena difungsikan dengan baik air conditioner nya. Tidak lupa aroma mewangi semerbak dengan adanya entahlah apa untuk menghilangkan bau tidak sedap pada masjid.
Tapi di waktu sore hari, pada TPQ hanya ada seorang ibu ibu yang mengajar TPQ dengan sejumlah murid yang berlarian kesana kemari kejar kejaran dan sang guru tidak berkutik karena sedang privat santri mengaji. (repot juga kalo metode iqra dengan satu guru dan pakai sistem privat ya).
Logika saya pribadi sih kenapa takmir masjid tidak melakukan evaluasi terhadap TPQ yang seperti itu ditengah kegemerlapan fasilitas masjid yang termasuk hebat.
Takmir masjid tidak melakukan evaluasi terhadap TPQ yang seperti itu ditengah kegemerlapan fasilitas masjid yang termasuk hebat.
Bisa jadi situasi yang hampir hampir mirip juga menjangkiti masjid yang lain, dimana kas masjid tersimpan rapi dengan jumlah yang tidak sedikit, akan tetapi Lembaga Taman Pendidikan Al Quran yang berada disitu dalam kondisi hidup segan, matipun tidak.
Penutup
Itulah analisa pribadi mengenai kondisi pada beberapa masjdi di Negara ini, entahlah apa memang karakteristiknya seperti itu atau trend 2020 masih akan tetap tidak ada perubahan.
Sebagai orang yang pernah mengajar pada lembaga TPQ penulis berharap ada revolusi anggaran peruntukan dari takmir masjid dengan memberikan alokasi yang jelas bagi pengelolaan TPQ baik dalam prosentase ataupun jumlah nominal yang tepat.
Maksud dari prosentase adalah, TPQ akan mendapatkan dana 10-20 persen dari uang yang masuk ke dalam kas masjid setiap bulan, atau nominal statis semisal dalam satu bulan takmir masjid menganggarkan 250 -500 ribu untuk biaya operasional TPQ.
Itulah angan yang ada dibenak selama ini karena ada rasa yang mengganjal disaat melihat semangat takmir masjid melakukan pembangunan akan tetapi kurang memperhatikan TPA yang berada di lingkungan masjid.
Salam.
Alhamdulillah TPQ kami (TPQ BAitul Hasanah) baru berdiri tgl 11 juli 2023 baru 2 bulanan berjalan, kami mendapat support dari Takmir Masjid, dan memang Masjid Baitul Hasanah desa Jesape Kec. ledo Bengkayang Kalbar itu sederhana tetapi sangat fokus untuk pemberdayaan, pembinaan umat dan generasi Islam, ada TPQ berjalan aktif, ada pengajian aktif, ada program memakmurkan Masjid di Istilahkan (Back to Masjid) ada program duafa berupa santunan duafa dan fakir miskin, ada program sosial umat (peduli lingkungan umat dan sekitarnya) walaupun letaknya masjid jauh didesa terpencil tetapi Masjid benar benar bermanfaat bagi masyarakat, bukan bangunannya untuk bermegah megahan, sangat berbeda dari Masjid Masjid di desa sebelah, namun herannya Masjid kecil dengan umat yang sedikit sangat keterbatasan dalam pendanaan, namun dari berbagai program nyata, Masjid Baitul Hasanah tidak permasalahkan, sesungguhnya orang-orang yang membangun masjid dan memakmurkannya Allah benar benar memudahkan urusannya
alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin, semoga takmir masjid lainnya bisa meniru hal ini.