Mengenang Belajar Ngaji Ala TPQ era tahun 80-90 an

santri salafiyah roudlotul mubtadiin (ilustrasi)
santri salafiyah roudlotul mubtadiin (ilustrasi)

 

pontren.com – Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Berkisah tentang mengenang belajar ngaji di era tahun 1980-1990 yang saat ini biasa disebut dengan TPQ. Ada beberapa karakter yang berbeda antara era dimaksud (80-90 an) dengan TPA masa era 2000 – saat sekarang.

Ini hanyalah berupa kenangan dari ingatan berbagai sumber dengan lokasi yang sempit alias di daerah boyolali khususnya kecamatan simo dan di Kabupaten bagian timur.

Tentunya ada perbedaan kenangan yang berbeda antara satu dengan yang lain karena perbedaan wilayah, karakter, masa alias waktu dan juga fasilitas yang dimiliki oleh lembaga.

Baiklah berikut beberapa hal unik yang bisa di sampaikan kepada pembaca yang budiman, bagi para senior bisa sebagai kenangan jika mengalami hal yang sama, untuk para kawula muda abg dapat sebagai sejarah sebelum era milenium.

Belum bernama TPQ, hanya disebut ngaji

Zaman tahun kisaran 85-95 an, umumnya murid yang mengaji belum disebut dengan santri TPQ ataupun TPA, hal ini karena memang belum ada penamaan lembaga mengaji ini dengan sebutan TPA, hanya disebut ngaji ke tempatnya siapa begitu, misalnya ngaji di tempatnya mbah brahim di langgar mbanaran dll.

Mungkin ditempat lain sudah dinamakan dengan TPQ, tapi bagi lokasi yang masih murni dari informasi belum ada penamaan untuk kumpulan anak mengaji.

Bisa jadi ada nama lain untuk lembaga ini, misalnya sekolah arab di daerah Kudus. Yang umum terjadi yaitu disebut dengan ngaji atau ajar ngaji moco qur’an.

Mengaji menggunakan Turutan dengan Metode Baghdadi

Santri mengaji

Di era 80-90 an, belum menggurita metode iqro pada cara mengajar membaca alquran untuk anak-anak.

Metode yang dipakai yaitu metode baghdadiyah dengan media atau yang dibaca disebut dengan turutan.

Turutan adalah juz 30 dalam al quran yang mana di dalamnya juga ada buku atau tulisan yang dipergunakan dalam metode baghdadiyah.

Metode ini yaitu metode membaca dengan menyebut huruf, harakat, dan cara membaca.

Contoh cara mengajar metode baghdadiyah ini misalnya : dal fathah da, ha dhommah hu, lam dhommah lu, kaf fathah ka, lam fathah la. Dibaca : dahulu kala.

Sudah ingatkah para senior dengan metode ini? Hehehee..

Gurunya galak dan anak anak merasa bersalah jika dimarahi

Nah ini, zaman itu era 80 90, biasanya yang ngajar TPQ turutan tidak segan memarahi murid yang ramai atau bikin ulah.

Bagusnya anak masa itu jika dimarahi jadi takut dan merasa bersalah karena mendapatkan omelan dari ustadz yang mengajar.

Guru tpq galak

Tidak seperti sekarang, gurunya lebih sangat ngemong dan hampir hampir tiada marah kepada santri yang belajar mengaji.

Apalagi dimasa itu jika ada murid yang dimarahi oleh pak guru akan di bully oleh rekan yang lain. Yeyee kasian dimarahi pak brahim, begitu misalnya. Dan yang dibully akan sangat malu.

Waktu mengaji setelah magrib sampai dengan waktu isya

Jika dimasa sekarang, waktu mengaji adalah selepas asar atau kisaran jam 4 sore, di era 80-90 kebanyakan anak anak mengaji di surau maupun masjid selepas sholat magrib sampai dengan isya.

Masa saat ini sepertinya magrib kurang diminati oleh lembaga TPQ karena memang bisa karena pertimbangan guru, murid dan waktu belajar anak.

Ngaji menggunakan meja bundar dan penerangan tinthir

Pada surau atau masjid yang lawas, dahulu para santri mengaji melingkar pada meja bundar yang bisa dikatakan kuno, bisa jadi hampir seumuran dengan bangunan masjid.

Karena masa itu listrik 220 belum menjangkau ke kampung-kampung, penerangan juga berupa lampu tinthir atau lampu yang ada semprongnya.

Santri mengaji

Nah lampu itu akan didekatkan kepada santri yang sedang disimak mengajinya oleh pak guru.

Mengenang lampu dimasa lalu, biasanya ada sumbu dan dengan bertenaga minyak tanah, jika terlalu besar apinya bisa bisa dipagi hari terdapat langes alias warna hitam jelaga dari dampak asap lampu minyak tanah.

Tetap mengaji walau pak guru tidak datang

Dimasa itu jika pak ustadz berhalangan hadir, maka santri akan membaca sendiri alquran sampai dimana dia mengaji, dan yang lebih lancar akan menyimak murid yang berada di bawahnya.

Jika hal ini dilalui anak anak, barulah dilanjut bermain diluar surau atau masjid (biasanya pada ngeri bermain di dalam langgar, hampir pasti di damprat orang tua jika ketahuan).

Petak umpet, kejar kejaran dan bermain tebak tebakan menjadi favorit bermain para santri

Anak anak bermain

Beda dengan anak generasi now, yang hidupnya berkutat di gadget, hanphone dan ponsel pintar, anak masa itu jika selesai mengaji memilih bermain di halaman surau.

Sering permainan yang dipergunakan ya itu, petak umpet yang di lain daerah bisa berbeda nama seperti, jelungan, pembela, jeblusan. Yang inti permainan adalah satu anak jadi, bertugas mencari teman lainnya yang bersembunyi.

Kemudian lari lari kejar kejaran polisi penjahat atau apalah namanya, ada yang menyebut brug, playon, polisi polisian dan lain lain.

Tebak tebakan, serunya dengan pertanyaan yang menyangkut pelajaran, jadi nampak keren jika bisa menjawab pertanyaan yang diajukan.

Dahulu mengaji tanpa raport maupun ujian semester

Nah khas tpq masa lalu, anak anak mengaji naik tingkatan nya tak terkontrol, sehingga jika dirasa bagus bisa langsung naik ke tingkat yang dirasa pas.

Makanya jarang ada kelas apalagi ujian dan raport, tapi hasilnya entah kenapa cenderung mumpuni bisa mengaji, entah mungkin karena memang anak dimasa itu lebih menyimak pelajaran yang disampaikan oleh pak guru.

Kenduri adalah moment menyenangkan, tidak ada ngaji dan bisa makan daging ayam

Masa sekarang kenduri cenderung dengan nasi kotak atau box, masa itu kenduri berupa nasi dan ayam yang utuh, kemudian di bagi bagi oleh orang yang biasa bertugas membagi. Umumnya makan menggunakan daun jati atau daun pisang.

Saat itu ayam merupakan makanan mewah, kalau tidak lebaran atau saat kenduri hampir hampir anak tidak pernah merasakan, makanya anak anak akan sangat senang jika ada kenduri, selain itu juga anak libur ngaji.

Penutup

Itulah kisah mengenai kondisi masa lalu taman pendidikan alquran dimana metode iqro belum menggurita semisal google pada internet.

Bisa jadi ada yang sama kondisinya ataupun sangat berbeda seperti dalam tulisan ini, namanya juga pengalaman dan memory ingatan yang berbeda beda antara satu orang dengan yang lain.

Selamat beraktivitas atau beristirahat.

Wassalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Ibnu Singorejo

Postingan baru : Kami usahakan Jadwal hari Senin dan Jumat akan ada tambahan postingan artikel baru. Terima kasih sudah menyimak. saran dan kritik serta sumbangan artikel kami tunggu. contact info : cspontren@yahoo.com twitter : PontrenDotCom FB : Gadung Giri

Tinggalkan Balasan

This Post Has 5 Comments

  1. Kissparry

    Kala itu masih seperti itu, menyenangkan dan menegangkan, ketika sampai Al-Fatikhah diulang sampai seminggu

    1. Gadung Giri II

      Masa itu anak santri di suruh ngulang besok tetap masih mau berangkat ngaji ya?

  2. Anonim

    5

  3. Nur Irawan

    Wah jadi mengenang masa kecil dulu..
    tapi untuk yang guru galak-galak, kok imagenya malah bikin gregetan yah mas gun 🙂

    1. Ibnu Singorejo

      Ya bgtulah, sekarang mah galak galak bisa kena pasal 😀