pontren.com – opini pribadi perihal jenjang tingkatan pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah yang menurut saya susah untuk di singkronkan dengan pendidikan formal.
Hal ini karena dalam tujuan dari madrasah diniyah takmiliyah sebagai komplemen pendidikan umum (pelajaran pelengkap pada sekolah formal).
Baca;
- Faktor Pendukung dan Penghambat Madin Madrasah Diniyah Takmiliyah
- 4 Saran peneliti supaya Madrasah Diniyah ada Kemajuan
- Standar Pelayanan Madrasah Diniyah Takmiliyah
Seperti dalam pengertian yang di release oleh Kemenag dalam buku Panduan Madrasah Diniyah, MDT Awwaliyah Adalah satuan pendidikan keagamaan Islam non formal yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan Islam sebagai pelengkap siswa SD/MI/sederajat maupun anak usia pendidikan setingkat.
Untuk Wustha bagi anak SLTP sederajat atau usia setingkat dan Ulya diperuntukkan anak didik SLTA sederajat atawa usia setingkat.
Diketahui bahwasanya Madrasah Diniyah memiliki beberapa tingkatan yaitu ;
- MDT Awwaliyah
- MDT Wustha
- MDT Ulya
- MDT Jami’ah
Hanya ketiga teratas yang saya dapati pembagian kelas serta jam mengajar dan ketentuan durasi menit dalam satu jam pelajaran.
Untuk Madin Tingkat Jami’ah sampai saat ini saya belum menemukan ketentuan waktu jam pelajaran dalam satu minggu dan aturan jam pelajarannya.
Diketahui dalam buku panduan bahwasanya MDTA (Madrasah Diniyah Awwaliyah) memiliki 4 tingkat yaitu kelas 1, 2, 3 dan 4. Sampai disini saya tidak mendapatkan problem memahami tingkatan ini dengan asumsi para santri adalah kelas 3,4,5,6 pada pendidikan formal (SD/MI/Pendidikan yang setara).
Nah untuk tingkatan lanjutnya bikin saya puyeng memahamkan diri saya supaya singkron antara Madin dengan Pendidikan formal. Kenapa pusing-pusing berusaha memahami?
Baiklah, begini alur pikiran saya. Madin merupakan pendidikan nonformal yang bersifat komplemen pada sekolah formal. Lembaga ini bersifat sebagai pelengkap pendidikan keagamaan bagi siswa pada pendidikan formal.
Pada Jenjang Wustha dan Ulya, pada tiap tingkatan hanya memiliki 2 kelas, yaitu kelas 1 dan 2. Jika diasumsikan wustha sebagai komplemen tingkat SMP atau MTs, maka kalau kelas 1 MTs = kelas 1 MDT Wustha, maka di saat santri kelas 3 MTs tidak terakomodasi pada jenjang wustha.
Jika santri mulai belajar Madin wustha kelas 2 SMP, maka ada kekosongan pada waktu kelas 1 SLTP.
Apakah memang kelas 4 MDT Awwaliyah diposisikan untuk anak kelas 1 smp sehingga kelas 1 MDT Awwaliyah diperuntukkan bagi siswa kelas 4?
Selanjutnya jenjang Ulya yang memiliki 2 tingkatan yaitu kelas 1 dan 2. Jika setting dari pembuat jenjang pendidikan MDTU diperuntukkan siswa MA atau SMA, berarti ada gap bolong santri Kelas 3 SMP terkecuali jika kelas MDT Wustha dimulai saat kelas 2 SMP.
Seandainya MDT Wustha dimulai kelas 1 SMP, dan lanjut terus sampai MDT Ulya tanpa berhenti, asumsinya sebagai berikut ;
1 SMP = MDTW kelas 1
2 SMP = MDTW kelas 2
3 SMP = DMT Ulya kelas 1
1 SMA = MDT Ulya kelas 2
Jadi selesai sudah pendidikan tingkat Ulya pada kelas 1 SMA.
Jikalau anda mengatakan, ya dilanjut ke Madrasah Diniyah Jamiah dong. Tunggu dulu, peruntukkan madrasah diniyah takmiliyah Jami’ah levelnya untuk anak kuliah atau mahasiswa mas bro mbak sist (asumsi saya dari penamaannya).
Begitulah kebingungan yang menyelimuti pikiran saya. Masih belum sampai pikiran saya menerjemahkan pembagian tingkatan dan kelas pada Madrasah Diniyah Takmiliyah jika di matching kan dengan fungsi sebagai pelengkap pendidikan keagamaan pada sekolah formal.
Untuk itu saya sangat berharap ada komentar, pendapat atau tafsiran dari para Kyai ustadz, Guru, Pengajar, Pengelola lembaga pendidikan Islam utamanya bidang Madrasahh Diniyah dalam memberikan pencerahan terkait setting tingkat level dan kelas pada Madin ini.
Terima kasih atas urun rembug maupun pencerahannya. Semoga Allah memberkahi.
saya akan mendirikan madrasah diniyah taklimiyah, melihat komentar ini bagi saya disesuaikan kelas sekolahnya saja, yang jami’ah tidak ada pesetanya ya sudah, daripada pusing….
Iya. Anda benar. Ngecer juga boleh koq. Cuma bikin awaliyah saja bisa. Gak harus semuanya.
Yg tau yang membuat kebijakan. Klo kita pelaksana. Jadi kita laksanakan sesuai batas kemampuan kita. Kita sesuaikan dengan situasi dan kondisi 😁😁😁
yups… setuju dengan apa yang anda sampaikan
sebenarnya tidak perlu mengikuti jenjang yang ada di kelas formal, jenjang madin sebaiknya mandiri saja
ya bagaimana tidak mengikuti? khan madin fungsinya sebagai komplemen