Obah Ngarep Kobet Mburi Tegese

obah ngarep kobet mburi tegese yaiku tumindake panggedhe dadi contone/panutane kawula alit

Obah Ngarep Kobet Mburi Tegese yaiku tumindake panggedhe dadi contone/panutane kawula alit. Kalebu basa rinengga jenise tembung paribasan Basa Jawa.

pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuhu, secara harfiah, arti dari obah ngarep adalah bergerak di depan. Sedangkan terjemahan dari kobet mburi artinya adalah lapang di belakang.

Makna dari paribasan ini yaitu pimpinan atau pemimpin yang mengerjakan sesuatu, maka anak buahnya akan mengikuti di belakang (setelahnya). Singkatnya, perbuatan pimpinan menjadi contoh anak buah dalam berperilaku atau bertindak.

Bagaimana bisa seperti itu makna dari ungkapan paribasan ini?

Mari kita membahas satu persatu setiap kata (tembung) dalam paribasan ini.

Obah tegese yaiku owah saka ing kaanan meneng. Arti obah adalah bergerak. Yaitu pindah atau bergerak dari keadaan diam.

Ngarep tegese yaiku ngarsani. Artinya ngarep adalah depan. Maksudnya yaitu pemipin atau pimpinan yang menjadi bagian paling depan dalam keputusan yang penting.

Kobet tegese yaiku ora rupak, ora sesak (isih lowah utawa jembar), isih turah papan (uga ent). Arti kobet adalah tidak rusak, tidak sempit (masih longgar atau lapang) masih ada sisa tempat (dan lain sebagainya).

Mburi tegese yaiku ana ing baghean wingking. Artinya mburi adalah bagian belakang.

Maksud mburi atau bagian belakang ini merujuk kepada pengikut, anak buah, rakyat jelata yang berada dalam naungan kekuasaan pemimpin.

Tembung paribasan Obah Ngarep Kobet Mburi Tegese, Tulisan Aksara Jawa

Jadi dalam Bahasa Jawa Paribasane tumindake wong Gedhe dadi panutane kawula alit iku obah ngarep kobet mburi.

Wong gedhe memiliki arti orang besar yang merupakan kiasan tentang kedudukan, jabatan, kekuasaan seseorang. Bisa pemimpin dalam ketatanegaraan (satriyaning nagari) semisal Presiden, Gubernur, Bupati Walikota, Camat, Lurah Kepala Desa, Ketua RW maupun ketua RT.

Bisa juga pemimpin dalam suatu perusahaan seperti CEO, direktur, dan lain sebagainya.

Atau orang besar dalam lingkungan nonformal seperti ketua takmir masjid, orang kaya yang berpengaruh di suatu wilayah, bahkan dalam lingkup paling kecil yaitu kepala keluarga.

Adapun kawula alit artinya harfiah dalam bahasa Indonesia (menurut saya) berarti rakyat jelata. Ini merujuk kepada orang-orang biasa atau orang awam (tidak memiliki pangkat kedudukan).

Contoh kongkritnya misalnya jika pemimpin itu memberi contoh jujur tidak korupsi, maka akan berdampak kepada bawahannya untuk cenderung mengikutinya.

Atau seorang kepala Keluarga yang rajin ke Masjid maka anak-anaknya (mestinya juga) akan ikut-ikutan untuk berperilaku yang mirip dengan tindakan pimpinan keluarga.

Demikianlah tembung paribasan Basa Jawa yang menggambarkan tentang perilaku seorang pimpinan atau pemimpin menjadi suri tauladan untuk anak buahnya atau orang-orang kecil yang berada dalam lingkup tanggungjawabnya. Maturnuwun sudah mampir, wassalamu’alaikum.

Tinggalkan Balasan

Mumtaz Hanif

Murid Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Negeri