Sekolah Full Day banyak Mematikan atau membunuh Madrasah diniyah takmiliyah dan TPQ?

Sekolah Full Day banyak Mematikan atau membunuh Madrasah diniyah takmiliyah dan TPQ?

Tentunya kata mematikan atau membunuh bukanlah dalam arti harfiah. Ataupun dalam artian menutup secara paksa atau secara undang undang lembaga TPQ atau Madin.

Namun maksudnya disini adalah dengan kebijakan yang ada membuat lembaga non formal sore hari baik ikhlas ataupun nggedumel akan tutup dengan sendirinya jika semua sekolahan menerapkan system full day.

Mau buka juga silakan tapi ya muridnya mungkin akan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan guru yang mengajar.

Kala itu hal ini dibantah oleh sang menteri bahwa tidak ada niat untuk membunuh madin ataupun TPQ, Muhadjir Effendy menteri pendidikan dan kebudayaan RI (kala itu) melontarkan wacana untuk mendorong pemda membuat perda madin atau apalah terkait hal itu.

Seperti biasanya, di Indonesia ganti pejabat maka akan ganti kebijakannya.

Dalam kasus ini adalah pergantian menteri pendidikan dari Anies Baswedan digantikan oleh Muhadjir Effendy salah satu kebijakan yang banyak dilihat adalah tentang kebijakan Ujian Nasional dan penerapan sekolah fullday.

Sekolah fullday adalah dimana anak anak dari pagi sampai dengan sore hari berada di sekolahan

Sedangkan sekolah non formal pendidikan keagamaan islam utamanya TPQ dan Madrasah diniyah takmiliyah yang biasa di sebut dengan sekolah arab ataupun MDU atau juga ada yang menyebut sebagai madin merupakan sekolah pendidikan keagamaan Islam yang banyak dikelola oleh kalangan NU.

Seperti berkembang dengan baik di daerah pantura semisal Kudus, Demak, Batang dan wilayah lain. Madin di wilayah ini sudah bertransformasi menjadi pendidikan non formal yang tertata, dengan manajemen yang baik serta kurikulum yang teratur. Dan menjadi ajang penanaman bela negara dan cinta NKRI.

Singgungan waktu antara sekolah full day dengan TPQ dan MDT

Dimanakah persinggungan kedua hal ini? Antara sekolah fullday dengan Madrasah diniyah takmiliyah (MDT) dan TPQ?

Yup titik persinggungan terjadi pada waktu kegiatan. Jika sekolah full day selesai pada pukul 16.00 WIB alias jam 4 sore. Sedangkan banyak TPQ atau madin yang dimulai jam 2 siang atau jam 14.00 WIB.

Walaupun juga ada yang mulai TPQ jam 4 sore. Menurut anda, akan di dahulukan manakah ketika terjadi tabrakan waktu? Apakah orang tua/anak-anak akan lebih mementingkan sekolah formal atau pendidikan non formal di Madrasah diniyah atau di TPQ?

Analisa efek berantai dari sekolah full day dan massa lembaga maupun organisasi

Pada berita di muat oleh berita online pada bulan april dikatakan bahwa menteri pendidikan atau pemerintah tidak ingin membunuh TPQ dan madrasah diniyah.

Kemudian menteri pendidikan menawarkan tentang alokasi waktu di sore hari untuk pendidikan keagamaan.

Seperti diketahui bahwasanya menteri yang satu ini adalah termasuk berlatar belakang Muhammadiyah yang kuat. dan dalam bidang pendidikan formal kita maklumi bahwa Muhammadiyah bisa dikatakan sangat kuat dari segi manajemen dan jumlah lembaga pendidikan, akan tetapi agak lemah di bidang pendidikan non formal seperti Madin atau TPQ.

Pada saat ini Sekolah Formal Muhammadiyah  baik SD Muhammadiyah atau SMP atau MI dan MTs memiliki kualitas yang bisa dikatakan bersaing dengan sekolah favorit dan sering bersaing dengan SDIT maupun SMPIT yang banyak dimiliki oleh kader PKS.

Sementara untuk NU, walaupun tidak bisa dikatakan lemah dalam kepemilikan satuan pendidikan formal, akan tetapi secara kuantitas dan kualitas manajemen sepertinya masih perlu ditingkatkan guna menyamai manajemen kualitas serta kuantitas milik organisasi Muhammadiyah.

Akan tetapi pada dataran pendidikan non formal utamanya madrasah diniyah dan TPQ, NU jauh lebih unggul secara kualitas maupun kuantitas dan juga output yang dihasilkan.

Frans Magnis Suseno, seorang Katholik dan juga guru besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara yang dulu pernah menyurati kepada Prabowo tentang kekhawatiran dia terkait kelompok yang diklaim dia sebagai garis keras, mengatakan bahwa pada saat ini bukan jamannya lagi rebutan Umat.

Maksudnya rebutan untuk mengkonversi dari satu agama ke agama lain. Saya pribadi juga melihat kira kira seperti itu, tidak ada tindakan masif yang mencolok pada saat ini yang menunjukkan pergerakan konversi keimanan.

Akan tetapi pada dataran internal agama, sepertinya terjadi persaingan perebutan massa organisasi yang bagi saya begitu terasa. Dimana terjadi saling ejek saling hina di media sosial, di grup whatsapp.

Terjadi persaingan memperebutkan kebenaran, dimana pada era demokrasi maka yang banyak lah yang menang (melalui system pemilu).

Walaupun pada saat ini hampir susah memilah antara mana kepentingan organisasi, mana kepentingan politik, akan tetapi yang utama adalah memiliki basis masa yang banyak dan kuat sehingga bisa menguatkan posisi organisasi dan posisi tawar menawar bidang politik.

Dengan beralihnya anak-anak yang berasal dari pendidikan non formal ke sekolahan pada sore hari, bisa dikatakan bahwa sang menteri sukses sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Kementerian Agama dan Nahdlatul Ulama.

Sekolah full day dan tersisihnya Madin dan TPQ

masjid sederhana
kunjungan pegawai kemenag di lokasi madrasah diniyah takmiliyah

Yang membingungkan saya ketika ada pernyataan dari menteri bahwa tidak ada maksud membunuh lembaga pendidikan keagamaan islam yang non formal, akan tetapi dengan penetapan waktu sampai jam 4 sore maka saya rasa akan banyak lembaga yang mati suri, mati kehabisan murid, mati tidak ada yang belajar di lembaga tersebut.

Kemudian ketika di sebutkan bahwa mendorong pemerintah daerah menerbitkan peraturan tentang madrasah diniyah atau semacamnya.

Saya agak bertanya, apakah menteri tidak bisa membuat aturan bahwa waktu sore hari sekolah wajib melakukan kegiatan keagamaan (catat : kegiatan keagamaan, bukan hanya untuk agama Islam, tapi juga Kristen, Katholik, Hindu dan Budha).

Daripada menunggu pemda menerbitkan perda yang tidak diketahui juntrungnya kapan terbit ataupun apakah pemda berminat menerbitkannya.

Yang kedua, jikalau memang nanti pada sore hari madin atau TPQ berada di sekolah, maka otomatis bangunan bangunan lembaga TPQ dan Madin yang sudah eksis terlebih dahulu akan menjadi ditinggalkan, secara teoritis amal jariyah dari para penderma berkurang, selain itu ruh organisasi yang menaunginya akan tereduksi.

Pada sisi yang lain adalah bangunan yang tidak sering dikunjungi entah kenapa lebih rawan cepat rusak daripada bangunan yang sering di huni.

Pertimbangan lain, jikalau memang sudah terjadi pendidikan sore di sekolahan, maka otoritas TPQ dan Madin sekalipun masih eksis di sekolahan yang bekerja sama, akan rawan dari visi dan misi TPQ atau Madin tersebut karena hanya sebagai penumpang di sekolahan.

Rawan Intervensi dari sekolahan sehingga pondasi pendidikan madrasah diniyah takmiliyah dan TPQ yang sudah mulai mapan kembali lagi ke titik nadhir dalam satu tahun belakangan.

Bisa jadi ada minoritas TPQ atau Madin yang mengalihkan jam pendidikan pada waktu bada magrib sampai isyak demi menyelamatkan visi dan misi serta identitas dan idealisme yang di tanamkan pada awal pendirian lembaga.

Akan tetapi dengan kalkulasi bahwa anak anak masuk sekolah mulai jam 7 pagi dan pulang sampai jam 4 sore, kemudian magrib sekolah TPQ/madin, kira kira tinggal berapa persen tenaga dan pikiran anak untuk alokasi pendidikan non formal ini?

Bisa jadi orang tua akan melarang anak untuk sekolah sore mengingat kecapean fisik dan psikis anak. Akan tetapi saya yakin juga pasti ada orang tua yang akan tetap menyemangati anak untuk sekolah arab walaupun dengan kondisi anak yang berpayah payah.

Jadi teringat sebuah lagu yang mungkin terkenal. Dengan judul KILLING ME SOFTLY WITH THIS SONG.

Entah ada faktor persaingan organisasi atau tidak, ada unsur politik atau tidak, tapi yang jelas menurut saya pribadi dan kenyataan di beberapa lembaga begitulah yang terjadi. Mungkin lagi Killing me softly with this song bisa di ganti pada akhir kata dengan kalimat yang cocok sehingga sesuai dengan kondisi sekarang. 😀

baca :

Postingan baru : Kami usahakan Jadwal hari Senin dan Jumat akan ada tambahan postingan artikel baru. Terima kasih sudah menyimak. saran dan kritik serta sumbangan artikel kami tunggu. contact info : cspontren@yahoo.com twitter : PontrenDotCom FB : Gadung Giri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*