Mahfudzot Tentang Pemimpin dan Kepemimpinan

mahfudzot tentang pemimpin dan kepemimpinan

Mahfudzot Tentang Pemimpin dan Kepemimpinan tulisan Arab teks latin arti dan terjemahnya dalam Bahasa Indonesia syarah penelasan, sebagai kata mutiara petuah bijak dari Negeri Padang pasir.

pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh para santri yang senang dengan Bahasa Arab atau siapapun yang menyukainya, semoga senantiasa mendapat keberkahan dan sehat selalu.

Kali ini kami akan mengetengahkan mahfudzot tentang kepemimpinan atau pimpinan.

Mengacu dari sebuah sumber, bahwasanya kata mutiara tentang Pemimpin ini adalah syair Afwaj al-Audi.

Dia adalah seorang penyair bernama lengkap Shalaa’ah bin Amr bin Malik Al-Audi (صلاءة بن عمرو بن مالك الأودي), ia adalah seorang penyair asalnya Yaman pada masa jahiliah.

‘Afwah merupakan julukanyang artinya adalah ‘Orang bermulut besar’.

Alasannya julukan ini karena dia memiliki bibir yang kasar dan gigi yang besar.

Walaupun seperti itu kondisinya, Afwah al-Audi merupakan sosok yang dihormati oleh kaumnya karena dia merupakan pemimpin mereka.

Faktor lainnya, dia juga punya banyak pengalaman dalam masalah perang dan kehidupan sehari-hari.

Kemudian dia bersenandung untuk mengajarkan orang-orang berdasarkan pengalaman yang ia miliki tersebut.

Seperti apakah syair Afwah? Mari kita simak

Mahfudzot tentang pemimpin syair arab berkenaan dengan Kepemimpinan

لِلأَفْــوَهِ الأَوْدِي

Syair Afwah Al-Audi

وَالْبَيْــتُ لَا يُبْتَنَى إِلَّا لَهُ عَمَــدٌ # وَلَا عِمَادَ إِذَا لَمْ تُرْسَ أَوْتَادُ

Wal baitu laa yubtanaa illa lahu ‘amadan# wa laa ‘imaadan idzaa lam tursa autaadu

Artinya Sebuah rumah tidak akan berdiri kecuali dengan adanya tiang. Tiang pun tak akan berdiri jika tak dipasang pasak.

فَإِنْ تَجَمَّـعَ أَوْتَـادٌ وَأَعْمِــدَةٌ # وَسَاكِنٌ بَلَغُوا الْأَمْرَ الَّذِيْ كَادُوْا

Fain tajamma’a autaadun wa a’midatun, wa saakinun balaghuu-l amro-l ladzii kaaduu

Artinya Jika tiang, pasak, dan penghuni telah tersedia, maka mereka pun akan mencapai tujuan yang mereka inginkan.

لَا يَصْلُحُ النَّـاسُ فَوْضَى لَا سَرَاةَ لَهُمْ # وَلَا سَرَاةَ إِذَا جُهَّالُهُمْ سَادُوْا

Laa yashlahu-n naasu faudhaa laa saraata lahum, wa laa saroota idzaa juhhaaluhum saaduu

Artinya ; Tidak akan benar keadaan orang-orang yang selevel yang tak punya pemimpin. Dan tidak ada gunanya pemimpin jika para orang bodoh berkuasa.

تُهْدَى الْأُمُوْرُ بِأَهْلِ الرَّأْيِ مَا صَلُحَتْ # فَإِنْ تَوَلَّتْ فَبِالْأَشْرَارِ تَنْقَادُ

Tuhdaa-l umuuru biahli-ro’yi maa sholuhat, fain tawallat, fabi-l asyroori tangqoodu

Segala urusan akan baik-baik saja dengan adanya tokoh-tokoh yang bijak. Namun apabila mereka berpaling, maka segala urusan akan dikuasai oleh orang-orang jahat.

Syarah Penjelasan dan Kesimpulan Mahfudzot tentang Pemimpin dan Kepemimpinan

mahfudzot tentang kepemimpinan

Dalam syairnya, sayng penyair memberikan ibarat bahwa sekelompok masyarakat bagaikan sebuah rumah yang memiliki pasak dan tiang.

Yang mana pasak dan tiang itu adalah gambaran berbagai elemen-elemen yang ada pada masyarakat tersebut.

Bait Pertama, menyebutkan bahwa sekelompok masyarakat tidak akan bisa maju apabila komponen yang ada padanya belum berdiri secara benar, situasi ini mirip dengan rumah yang tak akan berdiri tanpa keberadaan tiang, dan tiang-tiang juga tak akan bisa berdiri tanpa adanya pasak.

Pada bait kedua menjelaskan bahwa apabila seluruh komponen yang ada di dalam masyarakat sudah tersedia dan saling bersinergi satu dengan yang lainnya dalam rangka memajukan kaumnya, maka pada saat itulah mereka akan menjadi masyarakat yang maju yang akan berhasil mencapai cita-citanya.

Bait ketiga menyebutkan bahwa masyarakat tidak akan bisa maju jika hanyalah merupakan sekumpulan orang yang sama rata, tidak memiliki sosok berkualitas sebagai pemimpin yang bisa mengarahkan dan membawa kelompok untuk bergerak bersama-sama membangun peradaban.

Namun, mereka juga tidak akan bisa maju jika ternyata yang memimpin mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki kapabilitas kompetensi dalam kepemimpinan, singkatnya pemimpin yang bodoh.

Pada bagian bait terakhir (Ketiga) menjelaskan bahwa segala urusan masyarakat akan baik-baik saja selama masih dipimpin oleh orang-orang baik nan bijaksana.

Namun jika orang-orang baik itu malas dan malah memilih untuk mengundurkan diri (tidak mau memimpin dan bergerak di masyarakat), maka yang terjadi selanjutnya adalah munculnya orang-orang jahat yang haus kekuasaan, dan maju ke tampuk kepemimpinan.

Dengan situasi demikian adalah hal penting bagi orang-orang baik untuk selalu memberikan perhatian dan bimbingan kepada masyarakatnya, dan bahkan menjadi pemimpin bagi mereka.

Penutup

Dalam syair ini memiliki versi yang lain pada bait terakhirnya yang berbunyi

تُلْفَى الْأُمُوْرُ بِأَهْلِ الرُّشْدِ مَا صَلَحَتْ # فَإِنْ تَوَلَّوْا فَبِالْأَشْرَارِ تَنْقَادُ

Tulqaa-l umuuri biahlir-rusydi maa shalahat fain tawallau fabil asyroori tanqoodu.

Secara arti dan syarah kurang lebih sama dengan bait pada syair ini sebelumnya.

Nah selesai sudah mahfudzot tentang pemimpin syair arab mengenai kepemimpinan beserta penjelasan Mahfudzat kelas 5 bagian ke 6 ini untuk Kulliyatul Mu’allimat Al-Islamiyyah (KMI) Pondok Pesantren Gontor Ponorogo dan cabang-cabangnya, salam kenal dan wassalaamu’alaikum.

Mumtaz Hanif

salam blogger

Tinggalkan Balasan