Baik Secara Lahir, baik secara batin dan jangan ditampakkan
Lanjutan tentang isi khutbah yang ditulis sebelumnya, yaitu tentang kenikmatan Islam dan iman, kali ini mengenai perilaku berbuat baik secara lahiriah dan baik juga secara batiniyah kemudian menjauhkan dari memperlihatkan kebaikan kebaikan yang dilakukan secara apapun (media sosial, cerita supaya didengara atau sum’ah, melakukan yang baik supaya dilihat alias riya’ dll).
Pontren.com – assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Sebenarnya urutan penyajian mestinya tulisan ini dimuat sebelum kenikmatan Islam dan Iman, tapi karena yang lebih diingat materi sebelumnya akhirnya postingan ini jatuh setelahnya.
Pembahasan yang disampaikan yaitu dalam perbuatan baik mestinya melibatkan baik secara lahir juga batin dan tidak lupa untuk mengikutsertakan tidak menampakkan perbuatan itu alias menjauhkan dari pamer perihal perilaku baik yang dilakukan, entah lewat cerita, posting status maupun yang lainnya.
Baik secara lahiriyah
Perbuatan baik lahiriyah ini dapat berupa melakukan perbuatan baik secara sesama atau hablum minan nas ataupun ibadah yaitu hablum minallah. Contohnya berbuat baik secara lahiriyah dengan sesama banyak sekali misalnya menolong tetangga, bersikap sopan santun, tutur kata yang baik dan lain sebagainya, silakan anda contohkan sendiri.
Kemudian berbuat baik yang sifatnya ibadah secara lahiriyah misalnya sholat tertib berjamaah, memakai pakaian menutup aurat, misalnya memakai jilbab atau hijab.
Ngomong ngomong mengenai jilbab ini jadi teringat seorang rekan yang berasal dari muntilan magelang jawa tengah yang mengunggah foto tulisan di status whatsapp. Adapun inti dari postingan itu adalah jilbab itu letaknya di kepala, bukan di hati. Jadi saya berkesimpulan, bahwasanya memakai jilbab merupakan perbuatan baik yang bersifat lahiriyah, berbeda dengan perilaku batiniyah.
Bagaimana dengan slogan orang orang yang mengatakan, mau memakai jilbab di hati dulu sebelum memakai hijab di kepala, ya bagi saya sih kurang pas karena memang itu merupakan hal yang berbeda, perilaku memakai hijab adalah perbuatan baik secara lahiriyah.
Jadi ingat waktu acara pamitan Haji Kasi Pendidikan Madrasah yang diisi khutbah oleh Kabag TU (waktu itu) H. Suroso, yang menyampaikan bahwa jika ada orang yang berniat mendaftarkan haji jika sudah menjadi orang yang baik, ditimpali beliau, dapuranmu koyo ngono kapan kajine nek ngenteni dadi wong apik.
Maksudnya kalau menunggu jadi merasa orang baik niscaya niat baik yang hendak dilaksanakan akan mustahil terlaksana karena parameter menjadi orang baik akan sangat susah.
Baik secara batin
Lanjutan kepada baik secara batin, disini tempat lokasi hal yang dapat dikatakan rahasia, hanya orang itu sendiri serta Allah dan siapa saja yang dikasih tahu Allah untuk mengetahui apa yang ada di dalam hati seseorang.
Pada wilayah hati ini kebanyakan berkutat tentang niat dan keikhlasan, dimana apa niat yang bersemayam dalam hati seseorang dan bagaimanakah keikhlasan orang itu dalam berbuat ataupun menerima keadaan.
Jadi teringat pakde saya yang memisalkan tentang orang yang tidak iklas atau niatnya salah dalam beribadah, pemisalan ini muncul disaat beliau ditanya oleh salah satu paman saya. Kembali lagi ke pemisalan, perbuatan yang salah niat atau tidak ikhlas itu bisa seperti folder pada komputer dan isinya.
Maksudnya adalah perbuatan diibaratkan folder, sedang isinya dalam folder itu yaitu niat yang lurus atau ikhlas. Jika niat salah dan tidak ikhlas, maka folder itu akan tetap ada atau eksis, akan tetapi isinya kosong alias tidak ada apa apa di dalamnya. Itulah perumpamaan yang disampaikan oleh uak saya pada saat musim lebaran idul fitri beberapa tahun yang lalu di Boyolali.
Tidak menampakkan perbuatan baik
Lanjutan dari materi khutbah tadi yaitu setelah penyampaian baik secara lahiriyah, baik secara bathiniyah, kemudian tidak menampakkan perbuatan baik yang dilakukan.
Saya kira semua mafhum dengan apa yang dimaksud tidak menampakkan perbuatan yang telah dilakukan, saat ini media sosial, whatsapp twitter facebook menjadi ajang penampakan hampir apapun yang bisa di upload.
Mulai dari ibadah ke makkah, berdoa, syukur terhadap rizki, kebaikan atau apalah apalah, bisa lewat DP whatsapp, linimasa, postingan facebook dan ngetweet di twitter.
Tidak kurang bahan sarana untuk menampakkan perbuatan baik yang dilakukan sehingga adakalanya perlu bertanya kepada diri sendiri, apa motivasi untuk upload doa atau ibadah serta pasang gambar melakukan perbuatan baik di linimasa whatsapp, untuk dakwah bil hal? Memotivasi yang lain, atau tujuan yang dilarang oleh agama?
Itulah beberapa yang dapat ditangkap dari materi khutbah jumat pada tanggal 18 Oktober 2019 di masjid tempat bekerja. Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Tinggalkan Balasan