pontren.com – Ideologi Pendidikan Pesantren Temboro. Tulisan Dr. Zainal Arifin, S.Pd.I, MSI (Dosen UIN Suka Yogyakarta) dalam Disertasi dengan Judul Kepemimpinan Spiritual Pesantren Temboro, Strategi Kebudayaan Kiai dalam Membentuk Perilaku Religius.
Berdasarkan hasil kajian kurikulum di Pesantren Temboro dengan perspektif analisis teori pemikiran pendidikan Islam M. Jawwad Ridlo dan teori ideologi pendidikan William F O’neil, maka dapat disimpulkan bahwa ideologi pendidikan yang berkembang di Pondok Pesantren al-Fatah Temboro, yaitu Religius-Konservatif dan Fundamentalisme-Religius dan Konservatisme- Religius. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Baca :
- Kurikulum Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan
- Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan
- Metode Pengajaran Ponpes Temboro Magetan
Religius-Konservatif
Ideologi pendidikan di sini dimaknai sebagai ide, paham, atau sistem nilai yang diyakini oleh stakeholder Pesantren Temboro yang menjadi landasan dalam praktik pendidikan Islam Pesantren Temboro.
Untuk menganalisis ideologi pendidikan Islam Pesantren Temboro, peneliti menggunakan teori pemikiran pendidikan Islam M. Jawwad Ridlo yang terbagi menjadi tiga, yaitu:
- religius konservatif,
- religius rasional, dan
- pragmatis instrumental (Muhammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam Perspektif Sosiologis-Filosofis, (terj.) oleh Mahmud Arif, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002).
Berdasarkan kajian kurikulum Pesantren Temboro di atas, ideologi pendidikan Pesantren Temboro dapat dikategorikan sebagai pesantren yang berideologi religius konservatif.
Menurut M. Jawwad Ridla, ideologi ini bergumul dengan persoalan pendidikan murni keagamaan, hanya mencakup ilmu-ilmu yang dibutuhkan saat sekarang (hidup di dunia) yang jelas-jelas akan membawa manfaat kelak di Akhirat.
Aliran ini mengklasifikasikan ilmu menjadi dua, yaitu:
- (1) ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap individu (Ulum al-Faraid} al-Diniyyah) dan;
- (2) ilmu yang wajib kifayah untuk dipelajari (Ibid., 74-76).
Pandangan ini berdampak pada mementingkan untuk mempelajari ilmu-ilmu agama saja dan mengesampingkan ilmu-ilmu umum, seperti Sains dan Humaniora.
Pandangan ideologi Religius-Konservatif dalam pendidikan Islam di Pesantren Temboro nampak dalam tujuan pendidikannya untuk belajar kehidupan nabi Muhammad, menyebarkan Islam ke lapisan masyarakat dengan dakwah, dan mencetak santri yang berprestasi, ahli ilmu, ahli dakwah, ahli zikir, ahli ibadah, dan berakhlak mulia. Walaupun Pesantren Temboro membuka kelas formal, tetapi pendidikan Diniyyah lebih dipentingkan bagi santri, karena untuk bekal hidup di Akhirat.
Hal ini dipengaruhi karena sistem pendidikan Pesantren Temboro menggunakan sistem Salafiyah yang fokus pada kajian kitab-kitab klasik dan sistem modern dengan membuka madrasah formal.
Akan tetapi yang paling dominan adalah kajian kitab-kitab klasik untuk mendalami ajaran Islam. Slogan ilmu agama lebih penting daripada ilmu umum sangat kental di pendidikan Pesantren Temboro.
Fundamentalisme-Religius dan Konservatisme-Religius
Kurikulum pendidikan Islam Pesantren Temboro jika dianalisis dengan teori ideologi pendidikan William F O’neil, maka kurikulum Pesantren Temboro dapat dikategorikan ke dalam ideologi pendidikan
- (1) fundamentalisme pendidikan religius dan;
- (2) konservatisme pendidikan religius.
Pertama, ideologi fundamentalisme pendidikan religius memiliki ciri khas dalam komitmen kuat terhadap pandangan atas kenyataan yang cukup kaku serta harfiyah (O’neil, Ideologi-ideologi…, 105).
Model pandangan harfiyah (tekstual-normatif) di al-Fatah nampak dalam penafsiran teks ajaran Islam (al-Qur’an dan al-Hadis).
Kedua, ideologi konservatisme pendidikan religius menekankan pada latihan rohani sebagai landasan pembangunan karakter moral yang tepat (Ibid., 106).
Pelatihan rohani di al-Fatah dapat dilihat dari pengamalan ideologi Jamaah Tabligh dalam kehidupan santri, misalnya dalam kegiatan khuruj fi sabilillah dengan tujuan untuk memperbaiki moral pribadi dan moral masyarakat.
Menurut Achmadi, secara teologis aliran (ideologi konservatif) ini merujuk pada teologi jabariyyah (Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, edisi revisi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 5).
Dampak dari pemikiran konservatif dan fundamentalis dalam pemikiran agama di al-Fatah adalah lebih cenderung memiliki penafsiran terhadap teks al-Qur’an dan hadis secara tekstual-normatif dan berteologi Jabariyah. Pemikiran Jabariyah ini nampak pada keyakinan penuh terhadap takdir Allah, misalnya masalah rezeki.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Abdur Rouf, santri program daurah bahwa,
‚Kiai al-Fatah menyakinkan kepada para santrinya untuk percaya kepada Allah bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah dan tidak perlu khawatir terhadap rezeki. Selain itu, para santri diajari beberapa amalan/doa untuk menarik rezeki (Hasil wawancara dengan Abdur Rouf, santri program Daurah asal dari NTB di masjid Trankil pada tanggal 15 Januari 2015, jam.09.40-11.20 WIB).