pontren.com – Informasi mengenai metode atau cara mengajar pada pondok pesantren Al Fatah Temboro berdasarkan hasil penelitian Dr. Zainal Arifin, S.Pd.I., MSI (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) yang termaktub dalam disertasi dengan judul KEPEMIMPINAN SPIRITUAL PESANTREN TEMBOROS, trategi Kebudayaan Kiai dalam Membentuk Perilaku Religius.
Tipologi Pesantren Temboro sebagai pondok pesantren campuran antara sistem tradisional (Salafiyah) dan modern, memiliki kelebihan dalam penerapan metode pendidikan Islam yang lebih dinamis, misalnya: metode klasikal, bandongan, sorogan, diskusi, dan bah}s|ul masail. Semua metode tersebut dipraktikkan oleh para kiai/ustadz al-Fatah dalam proses belajar- mengajar baik di kelas Formal, Diniyyah, Tahfidz, Daurah, maupun kelas Takhasus. Berikut ini penjelasan implementasi beberapa metode pembelajaran di Pesantren Temboro :
Baca :
- Kurikulum Pondok Pesantren Temboro
- Jadwal Kegiatan Sehari hari santri Pondok Pesantren Al Fatah Temboro
- Pelajaran di Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien Pondok Lirboyo
Metode Klasikal
yang biasa dilakukan di sekolah atau madrasah. Seorang ustadz atau kiai mengajar di kelas-kelas yang setiap kelas terdapat beberapa santri.‛(Hasil angket terbuka dari Ustadz Lutfi al-Hasyimi, S.Pd.I (pengajar di kelas formal Pondok Utara), diambil pada tanggal 28 September 2014). Metode klasikal digunakan di kelas-kelas formal, khususnya di Pondok Utara.‚ kelas yang digunakan oleh santri merupakan kamar yang digunakan untuk tidur sekaligus belajar.‛( Hasil observasi dan wawancara dengan santri kelas XI-XII MA dan ust Lutfi al-Hasyimi, S.Pd.I di Pondok Utara (kelas formal) pada tanggal 16 Januari 2015, jam. 08.15 – 09.20 WIB).
Metode Bandongan
Metode Bandongan artinya belajar secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri. Kiai menggunakan bahasa daerah (Jawa) dalam menerjemahkan kalimat demi kalimat (kata demi kata) dari kitab yang dipelajari (Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994 hal 61).
Bandongan juga disebut sebagai metode Wetonan berasal dari kata wektu (Jawa) yang artinya waktu, sebab pengajian (kiai) diberikan pada waktu-waktu tertentu. (Marwan Saridjo, Pendidikan Islam Dari Masa ke Masa Tinjauan Kebijakan Publik Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia, cet. ke-2, (Bogor: Yayasan Ngali Aksara dan al Manar Press, 2011), hal. 40).
Wetonan juga diartikan sebagai bentuk pengajaran kolektif di mana santri secara bersama-sama mendengarkan seorang ustadz atau kiai yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan mengulas kitab berbahasa Arab tertentu (Amin Haedari, dkk. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Kompleksitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), 15).
Menurut Ustadz Lutfi,
‚…di Al-Fatah, metode bandongan (wetonan) diterapkan di semua kelas, baik kelas formal, diniyyah, tahfiz, daurah, maupun takhasus. Kiai atau ustadz membacakan kitab, lalu santri menyimak dan mengartikan kitabnya dengan makna bahasa Jawa (Hasil angket terbuka dari Ustadz Lutfi al-Hasyimi, S.Pd.I (pengajar di kelas formal Pondok Utara), diambil pada tanggal 28 September 2014.)
c. Metode Sorogan
Istilah Sorogan berasal dari kata Sorog (bahasa Jawa) yang berarti menyodorkan kitabnya di hadapan kiai dan pembantunya (Saridjo, Pendidikan Islam…, 40).
Metode Sorogan adalah belajar secara individual dengan cara seorang santri berhadapan dengan kiai, sehingga terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya (Mastuhu, Dinamika Sistem…, 61).
Sorogan merupakan metode pengajaran individual yang dilaksanakan di pesantren. Dalam aplikasinya, metode ini terbagi menjadi dua cara, yaitu:
- (1) bagi santri pemula dengan mendatangi kiai (ustadz) yang akan membacakan kitab tertentu dan
- (2) bagi santri senior dengan mendatangi kiai (ustadz) supaya mendengarkan sekaligus memberikan koreksi terhadap bacaan kitab (Haedari, dkk, Masa Depan…, 15).
Metode Sorogan di al-Fatah digunakan dalam pembelajaran di kelas 3 sampai Daurah 2. Santri yang membaca kitab dengan arti Jawa, lalu kiai/ustadz sesekali menjelaskan maksud atau meluruskan bacaan santri yang salah (Hasil angket terbuka dari Ustadz Lutfi al-Hasyimi, S.Pd.I (pengajar di kelas formal Pondok Utara), diambil pada tanggal 28 September 2014).
Metode Ceramah dan Diskusi
Metode pengajaran bagi kelas Takhasus 1 dan kelas Takhasus 2 menggunakan metode ceramah dan diskusi dengan bahasa Arab.
Di Takhasus 1 dan 2, al-Fatah mendatangkan tenaga pengajar langsung dari Yaman (Hasil angket terbuka dari Ustadz Lutfi al-Hasyimi, S.Pd.I (pengajar di kelas formal Pondok Utara), diambil pada tanggal 28 September 2014).
Seringkali, dalam diskusi dilakukan dengan halaqah, yaitu berarti lingkaran murid, atau sekelompok santri yang belajar di bawah bimbingan seorang ustadz dalam satu tempat (Haedari, dkk. Masa Depan.., 15).
Menurut Jailani‚ metode diskusi seringkali digunakan untuk mendiskusikan kitab antara kiai/ustadz dengan para santrinya (Hasil wawancara dengan Jailani (santri Takhasus: 10 tahun di pesantren) pada 25 Juli 2014 dan 26 Juli 2014 saat sedang khuruj fi sabilillah di Masjid Baitus Sholihin Tanjung Sepreh Magetan).
Metode Bahs alMasail
‚…metode Bahs al-Masail dilakukan untuk membahas masalah-masalah kontemporer dan dilakukan seminggu sekali dengan beberapa ustadz senior (Hasil wawancara dengan Jailani (santri Takhasus: 10 tahun di pesantren) pada 25 Juli 2014 dan 26 Juli 2014 saat sedang khuruj fi sabilillah di Masjid Baitus Sholihin Tanjung Sepreh Magetan).
assalamualaikum..
kalo cara daftar tahfidz d temboro putri gimana yaa…
Waalaikum salaam. Maaf sampai saat ini kami blm dapat informasi pendaftaran. Jika ada akan segera kami publish.