Kaya Kacang Lali Kulite artine

Kaya Kacang Lali Kulite artine

Ukara unen – unen tembung paribasan kaya kacang lali kulite artine yaiku uwong kang lali ambi asale. Artinya yaitu kacang lupa kulitnya, maknanya adalah orang yang lupa dengan asal-usulnya.

pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, dalam Bahasa Osing wilayah Banyuwangi Jawa Timur ada paribasan yang menggambarkan orang lupa dengan asal usulnya.

Gambarannya seperti kacang yang lupa dengan kulitnya.

Sebenarnya saya kasihan juga dengan tanaman kacang yang menjadi pemisalan untuk hal buruk seperti ini.

Alasannya si (isi) kacang sebenarnya tidak melupakan kulitnya. Namun perilaku manusia yang mengupas kulitnya dan membuangnya sehingga isi kacang menjadi tertuduh pelaku perbuatan tidak baik.

Lazimnya pemisalan ini untuk menggambarkan orang yang dahulunya asor (tendah, bisa pangkat kedudukan ataupun harta benda) kemudian jaya menjadi orang terpandang.

Karena merasa sudah memiliki sesuatu yang membanggakan, dia bertingkah atau bertindak tanduk berbeda dengan saat dahulu belum jaya.

Karena tingkah laku yang sok (bisa pilih pilih kawan, melupakan jasa orang yang membantu, pura pura tidak kenal, bergaya tidak mau menyentuh sesuatu) menjadikannya orang yang seakan lupa bagaimana dia dahulu kala.

Kaya Kacang Lali Kulite tegese lan Tuladha Ukara

sebagaimana layaknya pepatah yang berbunyi bagaikan kacang lupa kulitnya, maka perilaku seperti ini tidak baik.

Dalam ungkapan ini menjelaskan tentang orang yang lupa asal usulnya.

Maksudnya asal usulu bukanlah alamat sewaktu dia tinggal ataupun dahulu kala tempat dia dilahirkan.

Namun maksudnya asal usul yaitu bagaimana riwayat dia dahulu kala sewaktu masih biasa-biasa saja atau belum sukses besar.

Anda masih ingat tentang ungkapan jas merah, jangan lupakan sejarah?

Kira kira orang yang berperilaku seperti ini adalah orang-orang yang memang sengaja melupakan sejarah.

Contoh misalnya saat berangkat ke Jakarta hanyalah orang biaya yang penghasilannya hanya sekedar saja.

Setelah bertahun-tahun berada di Ibukota kemudian sukses bisnis, akhirnya lebaran pulang kampung.

Karena merasa orang kaya dan banyak duit akhirnya setiap bicara memakai bahasa Indonesia bahkan menggunakan logat kata elu gue.

Padahal dia sedang berada di kampung misalnya area wilayah Wonogiri ataupun Surakarta.

Atau bisa juga perilaku bergaya tidak mau memakan panganan pasar karena bukan makanan elit atau bukan kelas dia makan seperti itu.

tuladha ukara atau contoh kalimat;

Anakku sing tak tresnani, menawa mengko awakmu wis gedhe aja kaya kacang lali kulite.

Artinya, anakku yang kusayangi, jika kamu nanti dewas, jangan sepeti kacang yang lupa kulitnya.

Demikianlah tembung paribasan Banyuwangi, yang dalam Basa Jawa solo Jogja masuk dalam bebasan. Wilujeng dalu dan wassalamu’alaikum.

Tentang

salam blogger

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*