Dadiya banyu emoh nyawuk, dadiya godhong emoh nyuwek dadiya suket emoh nyenggut Dadia dalan emoh ngambah tegese yaiku wis ora gelem nyanak lan sapa aruh.
Artinya secara harfiah yaitu kalau menjadi air tidak sudi menciduk, jikalau menjadi daun tidak mau menyobek, kalaupun jadi rumput tidak mau mengonsumsi, menjadi jalan tak sudi menapakinya. Maknanya yaitu sudah tidak sudi lagi menyapa, tidak mau berkumunikasi karena benci atau peristiwa yang sangat menyusahkan.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, wilujeng enjang, selamat pagi. Ungkapan unen unen ini adalah Basa rinengga kalebu jenise bebasan basa Jawa.
Dalam bebasan ini mengandaikan seandainya (orang itu) menjadi air dia tidak mau menciduknya, kalau jadi daun, tak sudi menyobek, jika menjadi rumput maka (seandainya dia hewan) tidak mau untuk memakannya dan seterusnya.
Hal ini merupakan metafora, seseorang yang dia benci, seandainya adalah air maka dia tidak mau menciduknya dengan tangan. Kalau daun tak mau merobek, andai merupakan rerumputan
Lebih jelasnya mari kita mendalami bausastra atau arti kata dalam ungkapan ini.
Tegese Dadiya banyu emoh nyawuk, dadiya godhong emoh nyuwek emoh nyenggut Dadia dalan emoh ngambah
Tembung nyawuk asale saka tembung lingga cawuk, tegese yaiku nyidhuk banyu nganggo tangan. Artinya yaitu mengambil air dengan tangan. Maknanya emoh nyawuk yaiku ora gelem nyidhuk (banyu) nganggo tangane.
Nyuwek asale saka tembung lingga suwek, tegese yaiku sembrèt, bedhah dawa, suwir. Artinya adalah merobek, yang asal katanya robek, yaitu membelah panjang atau menyuwirnya.
Nyenggut asale saka tembung senggut, tegese yaiku mangan suket ing pasuketan tumrap sapi, wedhus kebo lan sakpiturute. Artinya nyenggut adalah memakan rumput di padang rumput (bagi hewan semisal sapi, kambing, kerbau dan lain sebagainya).
Ngambah asale saka tembung ambah, tegese yaiku tumapak ing, ngliwati. Artinya ngambah adalah menapakkan kaki, melewati.
Jadi singkatnya ini merupakan bebasan Basa Jawa yang menggambarkan bencinya seseorang kepada pihak lain, sudah tidak sudi lagi bertegur sapa. Dalam Bahasa Jawa istilahnya adalah “ngenengne utawa ngenengke” artinya yaitu mendiamkan.
Lazimnya hal ini karena peristiwa yang sangat menyusahkan, memalukan, atau juga penipuan ataupun pengkhianatan yang menyebabkan kebencian yang sangat tinggi.
Mendiamkan Saudara dalam Islam
Ora gelem aruh-aruh atau ngenengke (wegah nyanak maneh) atau singkatnya memutus sillaturrahmi bukanlah perbuatan yang baik.
Dalam Islam, ada hadits larangan mendiamkan saudara lebih dari 3 hari da hadits yang teks tulisan arab dan artinya adalah sebagai berikut ini;
وَعَنْ أَبِي أَيُّوبَ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ, فَيُعْرِضُ هَذَا, وَيُعْرِضُ هَذَا, وَخَيْرُهُمَا اَلَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi muslim memutuskan persahabatan dengan saudaranya lebih dari tiga malam.
Mereka bertemu, lalu seseorang berpaling dan lainnya juga berpaling. Yang paling baik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.”
(Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6077 dan Muslim, no. 2560]
Demikianlah tembung bebasan basa Jawa kang tegese wis ora gelem nyanak, sapa aruh marang sedulure kancane utawa wong liyane. Maturnuwun sudah mampir, wilujenge enjang, wassalamu’alaikum.