Garang Garing Tegese, Ukara, iki Kalebu Purwakanthi

Garang Garing Tegese, Ukara, iki Kalebu Purwakanthi

unen unen tembung saloka basa Jawa garang garing tegese yaiku wong semugih ananging sejatine kekurangan, artinya adalah garang namun kering, maknanya yaitu sok kaya tapi sebenarnya bokek kekurangan. Kalebu jenise tembung purwakanthi guru sastra. Gawea tuladha ukara contoh kalimat! Jawabannya contohnya kalimatnya (tuladhane ukarane) ana ing ngisor mengko.

pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, wilujeng enjang selamat pagi pelajar SD SMP SMA yang belajar mapel Basa Jawa pada bab materi tembung saloka.

dalam unen unen tembung saloka ini nduweni teges wong kang semugih ananing sejatine kere ora nduwe. Yaitu orang yang sok kaya namun sebenarnya adalah manusia yang hanya punya sedikit harta atau bahkan minus (karena banyak angsuran pinjaman hutang).

Bagaimana bisa seperti itu maksud dari paribasan ini?

untuk itulah mari kita mengupas dan mengurai apa arti kata atau tegese tembung atau bausastra yang ada dalam basa rinengga tembung saloka ini.

Tegese garang garing iki migunakake purwakanthi guru sastra

Tembung garang tegese yaiku kuat, kendel, galak, swarane banter, cepet, rosa lan sakpiturute. Arti garang sendiri mempunyai makna yang sama sebagaimana dalam bahasa Indonesia. Yaitu istilaj yang merujuk kepada kuat, pemberanj,cekatan, galak, keras suara, hebat dan lain sebagainya.

Ungkapan paribasan ini menggunakan purwakanthi guru sastra. yaitu purwakanthi yang memiliki persamaan huruf di setiap awalan kata. Purwakanthi ini memiliki ciri khusus penggunaan huruf konsonan yang sama. contohnya yaitu tata, titi, tentrem dan lain sebagainya.

Garing tegese yaiku ora teles, garing artinya sama saja dalam bahasa Indonesia yaitu kebalikan atau lawan kata dari basah (teles – Bahawa Jawa).

Nah, cerita tentang orang jawa bahkan Indonesia secara umum, dalam hal keuangan dan materi, kata basah merujuk kepada tempat yang enak, nyaman, banyak duitnya. Contoh, dapat tempat lahan basah, atau dalam bahasa Jawa, entuk enggon sing teles.

Kebalikannya adalah garing atau kering, merupaka rujukan bagi tempat yang hanya ada dutnya sedikit saja atau bahkan mungkin hanya susahnya saja dan tanpa ada profit secara materi.

Jadi dalam saloka Basa Jawa ini, orang itu meskipun garang (sebagai penggambaran untuk sok kaya/semugih) namun sebenarnya dia itu garing, kering alias kekurangan yang umunya dalam hal perekonomian atau uang harta benda.

Gawea tuladha ukara nganggo tembung kang ateges semugih ananging sejatine kekurangan utawa kere!

Ini dia contohnya,”Agustinus gayane arep njago lurah, wong-wong wis padha apal menawa dhekne iku garang garing.

Artinya adalah, si Agustinus bergaya hendak maju dalam pilihan kepala desa (yang tentu membutuhkan biaya tinggi dan sangat banyak), namun orang orang sekitar sudah hafal dengan dia yaitu sok kaya namun sebenarnya dia kekurangan dari segi ekonomi. Demikianlah sekedar tambahan informasi mengenai tembung saloka, maturnuwun sudah mampir dan wassalamu’alaikum.

Tentang

salam blogger

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*