Pengelola TPQ Madin Protes Sekolah 5 hari Masuk
Barusan saya membuka grup FKDT (Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah) yaitu sebuah wadah yang menjadi ajang para pengelola madin saling berbagi informasi maupun keperluan lembaga.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu. Dalam grup tersebut, ketua FKDT menyebarkan atau share tentang google form yang secara umum isinya menolak tentang edaran 5 hari masuk untuk sekolah dan madrasah.
Selain membagikan form google form yang isinya berupa keprihatinan para pengelola yang bentuknya berupa protes tentang keberadaan edaran perihal 5 hari masuk untuk madrasah, juga mengirimkan foto kondisi Lembaga Pendidikan Islam yaitu TPQ yang santrinya sangat sedikit sekali.
Kenapa kegiatan belajar mengajar mengaji pada TPQ santrinya sangat sedikit?
Tentu jika kita cermati akan ada banyak faktornya.
Namun berkaitan dengan protes ini, dampak yang begitu menghantam berkurangnya santri yang belajar mengaji pada TPQ dan Madrasah Diniyah Takmiliyah yaitu keberadaan sekolah lima hari masuk.
Sekolah atau madrasah Mulai dari hari senin sampai dengan jum’at kemudian pada hari Sabtu dan minggu alias Ahad libur.
Pengelola TPQ Madin Protes Sekolah 5 hari Masuk, ini dampaknya
Dengan berkurangnya jumlah hari masuk murid pada sekolah atau madrasah, maka akan bertambah molor kepulangan siswa.
Biasanya kisaran jam 12 maka menjadi jam 2 siang atau lebih atau kurang, kisaran itu lah.
Itu baru jam pulangnya, belum lagi perhitungan perjalanan pulang dari sekolah ke rumah masing masing.
Tentunya perlu waktu setidaknya beberapa menit.
Sampai rumah ganti baju, makan dan lain sebagainya, kondisi anak-anak masih capek sampai waktu ‘asar.
Biasanya TPQ atau madrasah diniyah takmiliyah mulai beroperasi setelah salah ‘Asar.
Saya rasa masa sekarang sudah tidak lagi trend mengaji habis magrib, kebanyakan waktunya beralih ke sore hari.
Situasi anak-anak yang masih capek serta waktu mengajar kisaran ba’da asar menjadikan berkurangnya jumlah santri secara signifikan.
Mungkin saja lebih dari 50% kehilangan santri. Bahkan saya kira ada juga TPQ yang mati karena tidak ada santri yang belajar.
Hal ini membuat para pengajar dan penggiat supaya orang bisa mengaji menjadi prihatin. Bertanya tanya dimana letak pendampingan, pemberdayaan untuk lembaga pendidikan Islam?
Bagaimana kongkrit afirmasi terhadap Madin dan TPQ apabila sekolah saja masuknya 5 hari? Lha wong waktu saja tidak dikasih bagian, bagaimana mau hidup?
Atau memang inilah cara paling efektif untuk membuat lembaga Pendidikan Al-Qur’an mandiri? Bisa beradaptasi tanpa perlu bantuan pihak lainnya?
Tentu ada banyak jawaban yang bisa memberikan keterangan mengenai mau dibawa kemana arah lembaga TPQ maupun Madrasah Diniyah Takmiliyah dari pihak pihak yang berwenang serta seperti apa bentuk kongkrit afirmasinya.
Yang jelas saat ini ada pengelola lembaga TPQ maupun madrasah Diniyah Takmiliyah yang protes kegiatan belajar mengajar pada sekolah atau madrasah 5 hari masuk.
Alasannya karena nasib KBM TPQ dan juga MDT baik ula wustha ulya sangat mendapatkan dampak dari surat edaran tersebut. Wilujeng dalu, dan wassalamu’alaikum.
Tinggalkan Balasan