Berbagai hal yang menyebabkan tidak sukses atau kegagalan dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan buku iqro sebagai metode belajar mengaji pada Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) maupun privat secara langsung.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, wilujeng enjang, selamat pagi para pengajar lembaga pendidikan al-Qur’an. Meski sebaik baiknya suatu metode, namun tahapan eksekusi juga menjadi kunci keberhasilan sesuatu.
maksudnya gagal pengajaran ini bukan gagal datang menyampaikan materi, alias gagal hadir, namun gagal menyampaikan materi secara maksimal karena hal-hal tertentu.
Hal ini tentu juga berlaku dalam mengajar TPQ menggunakan metode iqro.
Dalam materi pelatihan pengajaran dan pembelajaran TPQ menggunakan metode dan buku iqro merangkum berbagai hal yang menyebabkan kegagalan dalam pengajaran.
Ada 10 penyebabnya. Lumayan banyak juga khan?
Kebanyakan kesalahan adalah pembiaran kesalahan santri dalam bacaan sehingga kedepannya menjadi kebiasaan salah dalam membaca.
Berikut rangkuman berbagai hal yang menyebabkan kegagalan mengajar TPQ menggunakan buku Iqro’.
Membiarkan kesalahan membaca bacaan ta’awudzh dan basmalah
Mengapa bacaan ta’awuzh dan basmalah yang salah tidak diperingatkan dan dibetulkan, ini merupakan salah satu penyebab gagalnya pembelajaran menggunakan metode iqro.
Bacaan ta’awudz dan basmalah merupakan hal paling dasar dan awal saat santri mengaji.
Apabila ada yang tidak pas dalam santri melafalkan bacaan ini tentunya guru atau ustadz seharusnya meluruskan sampai benar.
Tidak membetulkan salah baca huruf
Mengapa santri yang salah baca huruf tidak dibetulkan,
Hal ini tentu jarang terjadi pada ustadz atau guru TPQ. Yaitu membiarkan saja muridnya salah baca huruf.
Namun apabila memang ada kejadian seperti ini, bisa jadi karena banyaknya santri yang antri mengaji, atau guru buru buru hendak melakukan sesuatu.
Akan lebih baik jika tidak terlalu banyak yang dibaca namun benar daripada target selembar dua lembar tetapi salah baca dibiarkan saja.
Tidak memperingatkan makhroj yang kurang fasih
Mengapa makhroj-makhroj yang kurang fasih tidak diperingatkan dan bila perlu diberi contoh.
Pada beberapa santri memang ada yang mengalami kesulitan melafadhkan huruf hijaiyah.
Hal ini adakalanya ustadz sudah memberikan peringatan serta menyampaikan contoh cara mengucapkannya, kemudian menyimak bagaimana santri mengikuti.
Namun jika kesalahan lafadz ini tidak ada penanganan secara dini, khawatirnya santri merasa bahwa bacaannya adalah benar. Dan bisa terbawa nanti sampai dewasa dalam membaca al-Qur’an.
Tidak menegur santri yang belum fasih membaca (iqro jilid 2)
Jilid 2 mestinya setiap santri yang belum fasih membaca huruf, santri harus selalu menegur.
Namun maksudnya menegur disini bukan memarahi santri karena ketidakbisaan membaca.
Akan tetapi karena sudah jilid dua seharusnya fasih mengucapkan setiap huruf hijaiyah, apabila keliru maka seharusnya guru untuk memberitahukan bahwa bacaannya salah dan mengulangi agar benar.
Membiarkan kekeliruan membaca panjang pendek
Santri keliru membaca panjang pendek tidak ditegur. Tentunya ini sudah merangkak pada iqro jilid pertengahan.
Pada jilid ini sudah ada pengenalan mad thobi’i baik dengan alif berdiri maupun dibaca panjang karena alif atau wawu atau yaa sukun.
Apabila santri membaca dengan pendek bacaan yang seharusnya panjang maka pihak pendidik untuk menegur kesalahan dalam membaca.
Tentunya teguran yang sifatnya kasih sayang dan tidak membuat santri takut, ngeri belajar TPQ dan sebagainya. Lebih pas yaitu dengan menyampaikan bahwa bacaannya seharusnya dibaca panjang, tidak boleh pendek.
Membiarkan santri terlalu panjang dalam membaca huruf
Pada iqro jilid 4 sampai dengan jilid 6 santri memiliki kecenderungan memanjangkan huruf akhir pendek.
Dalam hal ini guru bisa memberikan 2 alternatif yaitu;
Bacaan ditekan dengan tegas dan pendek (terputus); atau
Bacaannya dirangkai cepat dengan lafad berikutnya.
Namun kebanyakan adalah pilihan yang pertama yaitu dibaca pendek dan putus.
Mendiamkan santri membaca mad thabi’i lebih dari 2 harakat
Dalam hukum bacaan adakalanya huruf dibaca dua harakat adakalanya lebih dari dua harakat.
Pada saat belajar, apabila santri sedang membaca mad thobi’i dan berpikir apa bacaan selanjutnya cenderung memanjangkan mad thobi’i sebagai trick untuk memiliki waktu berpikir.
Dengan begitu, keheningan yang seharusnya ada saat berpikir menjadi terisi dengan suara santri yang memanjangkan bacaan mad thobi’i ini.
Namun tentunya cara seperti ini adalah salah, karena membaca bacaan mad thobi’i lebih panjang dari yang seharusnya.
Contoh cara menegur misalnya dengan memberikan peringatan sebelum santri membaca mad ini dengan kalimat “ awas, jangan terlalu panjang”.
Mendiamkan bacaan qolqolah yang tidak pada tempatnya
Mengapa kekeliruan sukun yang tidak berqololah dibacah qolqolah ustadz mendiamkan saja? karena bisa saja belum hafal mengenai bacaan qolqolah, santri membaca banyak huruf hijaiyah pada saat berhenti dengan bacaan qolqolah.
Sebagaimana kita ketahui bahwasanya ada 5 (lima) huruf qolqolah yang kita mudah mengenalinya dengan kalimat “baju ditoko” yaitu huruf ba, jim, dal, tho, dan qof.
Namun ada santri yang latah melafadzkan selain lima huruf diatas dengan memantul atau menggunakan bacaan qolqolah.
Membiarkan kesalahan membaca huruf bertasydid
Mengapa santri yang keliru baca cenderung bertasydid tidak ditegur.
Menurut saya pribadi, ini bisa karena dua hal yaitu kebiasaan dan santri sedang memikirkan huruf yang dia sedang baca atau akan dibacanya.
Dengan situasi seperti ini adakalanya huruf yang sebenarnya tidak ada syaddah atau tasydidnya namun anak didik membacanya dengan tasydid.
Apabila hal seperti ini didiamkan saja maka akan menjadi kebiasaannya sampai dewasa dan agak susah meluruskan jika sudah mendarah daging.
Tidak mengulang halaman yang banyak kesalahan dalam membaca
Lazimnya apabila santri mengaji menggunakan metode iqro dia akan membaca satu halaman. Dalam basa jawa yaitu sak rai (satu wajah).
Kemudian guru memberikan nilai. Dari nilai ini sang anak bisa mengetahui apakah lanjut ke halaman selanjutnya atau dia harus mengulang bacaannya pada halaman yang sama.
Apabila ada banyak bacaan yang salah dan ustadz tetap memberikan nilai yang berarti lanjut ke halaman berikutnya hal ini menjadi preseden buruk bagi kemampuan santri dalam membaca alquran nanti.
Karena pada halaman yang dia baca masih banyak kesalahan, namun malah dinaikkan ke halaman berikutnya.
Tetapi ada situasi buah simalakama, misalnya anak yang sudah berulang kali membaca dan salah. Dia tidak beranjak naik halaman yang dia baca, akhirnya karena tidak naik halaman sang anak menjadi mutung tidak mau mengaji TPQ.
Nah kira kira seperti itulah beberapa hal yang menyebabkan gagal dalam mengajar TPQ menggunakan buku dan metode iqro.
Semoga bisa menjadi evaluasi dalam melakukan kegiatan belajar mengajar pada Taman Pendidikan Al-Qur’an. Semoga sukses barakah fid dunya wal akhirat. Maturnuwun sudah mampir, wilujeng enjang dan wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu.