Alasan TPA tidak menggunakan Kurikulum TPQ dari Kemenag
Analisa tentang banyaknya lembaga taman pendidikan alquran yang tidak menggunakan matriks pembelajaran TPA yang disusun oleh Kementerian Agama Republik Indonesia berdasarkan opini pontren.com
Pontren.com – assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, bagaimana kabar para penggiat lembaga taman pendidikan alquran diseluruh penjuru dunia? Semoga sehat selalu. Kali ini akan ngobrol permasalahan diabaikannya kurikulum TPQ oleh banyak lembaga TPA.
Ada beberapa faktor yang membuat kurikulum TPQ dari Kementerian Agama ini kurang mendapat respon yang baik dari guru ustadz ustadzah TPQ dalam kegiatan belajar mengajar pada lembaga yang dikelolanya.
Berikut beberapa faktornya versi pontren.com
Karena pengelola TPQ tidak mengetahui kurikulum TPQ Kemenag
Saya pribadi meyakini masih banyak guru ustadz ustadzah yang mengelola TPQ baik terjun langsung mengajar atau hanya sebagai pengurus yang belum tahu apa saja materi yang menjadi acuan kurikulum TPQ yang disusun oleh Kemenag dalam bentuk matriks pembelajaran.
Ketidaktahuan informasi ini bisa karena ketiadaan sosialisasi dari pihak kemenag tingkat Kabupaten kota atau karena tidak sampainya sosialisasi dari pembelajaran TPQ yang mengacu kepada standar materi dari Kemenag.
Pengajar TPQ tidak peduli dengan Kurikulum
Ketidakpedulian ini karena memang kondisi, yaitu kemampuan guru yang terbatas sehingga jangankan kurikulum kemenag, dalam kegiatan belajar mengajar pun tidak menggunakan kurikulum, yang penting anak masuk dan rajin TPQ dan ustadz ustadzah melayani pendidikan baik materi maupun menyimak bacaan santri secara privat.
Ada juga karena keterbatasan pengajar dan banyaknya murid yang perlu untuk disimak bacaannya membuat pengasuh tidak sempat mengaplikasikan kurikulum apapun dalam kegiatan belajar mengajar pada TPQ.
Karena memiliki kurikulum tersendiri
Dengan keberadaan kurikulum tersendiri membuat kurikulum yang lain menjadi tidak terpakai termasuk yang disusun dari Kementerian Agama.
Apakah salah?
Menurut saya tidak ada yang salah pada kasus ini, dimana lembaga yang memiliki kurikulum tersendiri tentunya lebih baik daripada TPA yang berjalan apa adanya dan alakadarnya tanpa ada kejelasan target dan kesinambungan kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum ini dapat berasal dari Badko TPQ setempat, kurikulum mengacu kepada metode pembelajaran semisal yambua, tilawati, qiroati, baghdady maupun metode yang lainnya.
Kurikulum TPQ Kemenag terlalu berat untuk diaplikasikan pada lembaga
Adapula guru maupun pengajar yang sudah paham dan mengetahui keberadaan matriks pemebelajaran TPQ yang disusun oleh Kementerian Agama.
Kendalanya adalah kekurangan ustadz ustadzah pengajar dan waktu pembelajaran sehingga jika dipaksakan pengejawantahan kurikulum ini akan tidak mencapai target yang dicanangkan.
Seberapa tinggi atau berat kurikulum kemenag?
Sebagai gambaran, untuk jenjang TPQ level B (kira kira untuk anak usia 8-9 tahun) setara dengan kelas 2 MI atau SD telah memasuki tingkatan tadarus juz 1-15.
Padahal masih banyak anak usia kisaran dimaksud yang masih belajar iqra jilid awal semisal 2 atau 3 bahkan masih yang dalam tahap pengenalan iqra 1.
Kemudian dari segi pelajaran ilmu tajwid, tahukah anda bahwa dalam matriks pembelajaran TPQ Kemenag untuk TPQ jenjang C telah paripurna pembelajaran.
Tahukah anda apa materi untuk kelas C yang setara dengan kelas 3 MI ini?
Berikut materi dalam matriks pembelajaran dari Kemenag pelajaran tajwid untuk level C.
• bacaan gharib
• sifatul huruf
• ahkamul huruf
• macam macam waqaf dan tandanya
terus terang saya sendiri ragu apakah lebih banyak pengasuh TPQ yang menguasai ilmu tajwid diatas atau lebih banyak yang perlu untuk belajar lagi.
Kesimpulan
Itulah beberapa alasan, setidaknya ada 4 alasan kenapa kurikulum yang disusun oleh Kemenag RI tidak banyak dipakai oleh lembaga pendidikan alquran di Negeri tercinta ini.
Kalau disimpulkan ada 4 hal yang menjadi pemicunya yaitu;
- TPQ sudah memiliki kurikulum tersendiri;
- Pengelola TPQ tidak tahu keberadaan kurikulum Kemenag;
- Pengasuh / ustadz ustadzah tidak memperdulikan kurikulum;
- Standa kurikulum Kemenag terlalu tinggi tak terjangkau oleh para pengajar.
Demikian analisa dari kami mengenai Kurikulum dan matriks pembelajaran dari Kemenag yang penggunaan pada TPQ tidak terlalu menggembirakan dan dapat dikatakan memprihatinkan.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.