Konon ini merupakan kisah nyata, tapi entahlah memang kisah nyata atau cerita fiktif yang dianggap kenyataan.
pontren.com – assalaamu’alikuum, kisah ini Terjadi pada zaman beberapa tahun sebelu era reformasi, bisa jadi kita belum lahir ataupun masih ada yang anak-anak.
Yaitu masa dimana smartphone belum ada.
Bahkan telfon genggam atau ponsel semacam nokia 3310 jadul atau siemens c45 juga motorolla t100 belum di produksi.
Praktis pada saat itu mengandalkan telfon kabel yang masih terbatas kepemilikannya.
Bisa jadi hanya orang-orang tertentu dan memiliki kepentingan tinggi maupun para saudagar kaya dan mereka yang bergelimang harta yang bisa menikmati komunikasi dengan telfon.
Al kisah, seorang ayah menceritakan kepada putrinya yang pernah mondok di suatu pesantren.
hikayat tentang kegiatan para anggota dewan yang sedang mengadakan meeting rakor (rapat koordinasi) yang mana para istri turut serta dalam kegiatan ini.
Para istri mendampingi para suami yang sedang menjalankan kegiatan dinas negara di Ibukota Jakarta.
Tentunya pada saat para suami mengadakan rapat, ibu-ibu ini tidak diperkenankan mengikuti kegiatan agenda meeting, seandainya ikut dalam rapat pun tidak sesuai peruntukannya.
Dan hal ini karena para suami meeting dan ibu – ibu tidak punya kegiatan, maka aktivitas yang sering terjadi adalah shopping belanja beli barang yang disukai sebagai para sosialita.
Umumnya barang yang dibeli tidak jauh dari perhiasan, baju, pakaian, sepatu, aksesoris, maupun barang-barang yang menjadi kesukaan dan kesenangan para istri pejabat ini.
Meeting rapat koordinasi anggota dewan di puncak
Guna efektivitas dan fokus rapat supaya tidak terganggu keberadaan para istri, maka rapat anggota dewan diadakan di daerah puncak.
Sedangkan para ibu tetap berada di Jakarta.
Merupakan keuntungan dua belah pihak dimana para bapak bisa konsentrasi dengan materi rapat dan membahas undang undang atau apapun yang di agendakan.
Sedangkan para ibu bisa belanja belanja dengan tenang di Jakarta yang penuh dengan mall dan swalayan maupun butik-butik pakaian terkenal dan merk yang kondang.
Telfon kecelakaan yang membuat kepanikan
Setelah dijadwalkan keberangkatan para anggota dewan menuju ke puncak, ibu-bu menjadi memiliki waktu luang untuk menghabiskan waktu dengan shopping maupun wisata kuliner ke tempat-tempat yang bonafide dan tentunya memiliki gengsi yang mentereng.
Bertebaran para istri mengikuti naluri kewanitaan dalam menyalurkan kesenangan berbelanja, makan, mejeng maupun jalan jalan di ibukota.
Mendadak telepon di hotel para ibu menginap berdering.
Di seberang sana terdengar suara yang mengabarkan bahwa telah terjadi kecelakaan yang menimpa para anggota dewan.
Mendengar hal tersebut, resepsionis segera memberi kabar kepada para istri yang masih berada di hotel tentang peristiwa naas yang menimpa para anggota dewan.
keberadaan berita tersebut maka menjadi panik dan segera mencari rekan-rekan sesama istri anggota dewan terkait kecelakaan yang menimpa suami mereka.
Karena pada masa tersebut belum ada telepon genggam, menjadikan para istri akhirnya menunggu rekan rekan mereka sampai sore hari untuk berkumpul dan membahas apa yang harus dilakukan terkait kecelakaan yang menimpa suami-suami.
Menyewa bus bersama-sama ke puncak untuk melihat kondisi suami yang kecelakaan
Setelah sore hari dimana para ibu-ibu ini capek berbelanja dan kembali ke hotel, maka berkumpullah mereka dengan kondisi yang panik dan bingung harus bagaimana.
Selanjutnya mereka minta tolong kepada pihak hotel untuk mencarikan kendaraan yang bisa mengangkut para istri menuju lokasi tempat meeting para suami.
Maka di datangkanlah bus besar untuk mengangkut mereka menuju ke daerah puncak lokasi rakor dilaksanakan.
Para istri anggota dewan sampai di Lokasi Meeting
Setelah menempuh perjalanan yang berliku dan tanjakan di daerah puncak, beberapa saat kemudian sampailah para ibu ini ke hotel lokasi kegiatan meeting rakor para suami.
Mereka langsung menyeruak ke resepsionis dan meminta daftar kamar para suami menginap untuk melihat keadaan dan kondisi suami masing-masing.
Setelah mendapatkan nomor kamar tempat suami menginap.
Dengan bergegas mereka berebut menuju lift untuk mencapai nomor kamar tempat suami tinggal selama rakor
Kehebohan saat menjenguk suami yang sedang di hotel
Sampai di depan kamar, tanpa babibu lagi para istri masuk ke kamar para suami.
Dan alhamdulillahnya ternyata kondisi suami mereka baik-baik saja tidak seperti yang dikabarkan oleh penelpon gelap terkait adanya kecelakaan yang menimpa.
Akan tetapi entah kenapa para suami ini ketika di datangi istri secara mendadak di saat rakor malah ada yang sembunyi di kolong meja atau di bawah ranjang, sembunyi di dalam lemari, krubutan di balik selimut dan bantal.
Serta ada bermacam wanita cantik di dalam kamar yang sedang bingung dan bengong melihat para istri mendadak mendatangi kamar.
Bisa dikatakan keadaan hotel tersebut menjadi sangat heboh dan kacau dengan kedatangan satu rombongan bis para istri anggota dewan yang mendengar kabar berita bahwa terjadi kecelakaan naas yang menimpa para anggota dewan
Kesimpulan dari kisah diatas
Setelah mendengar cerita yang dikisahkan rekan saya lewat whatsapp, maka kesimpulan yang bisa di ambil adalah, jangan terlalu percaya dengan telfon gelap atau penelfon yang tidak dikenal yang mengabarkan tentang kecelakaan.
Apalagi kalau orang tersebut minta untuk segera di transfer sejumlah uang guna persyaratan operasi. (gak nyambung ya hehe)