Kurikulum Pondok Pesantren al Fatah Temboro yang membahas tentang pembelajaran di Pondok pesantren Jamaah Tabligh paling besar di Indonesia (sepanjang yang saya tahu), bisa sebagai acuan anda dalam membuat karya tulis atau karya ilmiah tugas kampus.
pontren.com – mengupas tentang kurikulum pondok pesantren Al Fatah Temboro Jawa Timur. Tulisan Dr. Zainal Arifin, S.Pd.I., MSI.
Beliau adalah seorang Dosen Tarbiyah Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Adapun penelitan ini dalam rangka membuat Disertasi yang berjudul KEPEMIMPINAN SPIRITUAL PESANTREN TEMBORO, Strategi Kebudayaan Kiai dalam Membentuk Perilaku Religius.
Baca :
- Link1
- Link2
- Link3
Tujuan Utama Pendidikan di Pondok Pesantren Temboro
Tujuan utama pendidikan di Pesantren Temboro yaitu:
Belajar tentang nabi, dakwah nabi, dan dakwah ila Allah,( Hasil wawancara dengan K.H. Umar Fathullah pada tanggal 9 September 2014, di ndalem Pondok Pusat al-Fatah, jam. 13.30 WIB) ‚
Mencetak ahli agama, (Hasil wawancara dengan Jailani (Santri Takhasus: 10 Tahun di Pesantren) pada 25 Juli 2014 Pada Tanggal 26 Juli 2014 Saat Sedang khuruj fi sabilillah di Masjid Baitus Sholihin Tanjung Sepreh Magetan.)‚
Menyebarkan agama Islam ke lapisan masyarakat melalui kegiatan khuruj (Hasil wawancara dengan Jailani (Santri Takhasus: 10 Tahun di Pesantren) pada 25 Juli 2014 Pada Tanggal 26 Juli 2014 Saat Sedang khuruj fi sabilillah di Masjid Baitus Sholihin Tanjung Sepreh Magetan) dan‚ memperbaiki diri dan menegakkan perjalanan dakwah rasulullah. ( Hasil wawancara dengan bapak Samidi dan istrinya (Ibu Sutini) di rumahnya. Mereka adalah wali santri (Angga kelas F program formal) Pesantren Temboro, pada Selasa, 14 Oktober 2014 jam 19.15-20.00 WIB)
Tujuan pendidikan ini juga sesuai dengan motto al-Fatah yang sering disebut Syi’ar al-Ma’had, yaitu:
- 1) mengikuti sunnah Nabi saw. dan petunjuk para sahabat serta meniru perilaku generasi terdahulu yang saleh,
- (2) saling menyayangi, berempati, dan tolong menolong di antara sesama muslim serta
menghidupkan agama, - (3) memusatkan perhatian untuk berzikir dan berdoa kepada Allah, dan
- (4) berdakwah sepanjang hayat.
[(Mundzier Suparta, Perubahan Orientasi Pondok Pesantren Salafiyah terhadap Perilaku Keagamaan Masyarakat, (Jakarta: Asta Buana Sejahtera, 2009), 245-246]
Tujuan pesantren al-Fatah sama dengan kehendak Maulana M. Ilyas bahwa ‚maksud santri belajar di pesantren setelah menguasai beberapa ilmu adalah terjun berkhidmat pada agama dan mendakwahi manusia kepada Allah bukan mencari keduniaan atau menjadi pegawai (Syaikh Maulana M. Ilyas al-Kandhalawi, dkk, Malfuz}at Tiga Hadratji, (terj.) oleh A. Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, (Cirebon: Pustaka Nabawi, 2012), 9)
Untuk mewujudkan tujuan dan motto pondok tersebut, Pesantren Temboro telah memberikan bekal kepada para santri dengan kajian kitab-kitab kuning melalui program pendidikan di kelas Formal, Tahfidz, Diniyyah, Daurah, maupun Takhasus.
Sedangkan usaha untuk menyebarkan ajaran Islam ke lapisan masyarakat dapat ditempuh dengan program khuruj fi sabilillah, yaitu keluar di jalan Allah untuk berdakwah langsung di masyarakat.
Selain untuk mencetak ahli agama, Pesantren Temboro juga memiliki tujuan pendidikan untuk mewujudkan santri yang berprestasi, ahli ilmu, ahli dakwah, ahli zikir dan ibadah, dan berakhlak mulia.
Selaras dengan tujuan tersebut, al-Fatah menyediakan sarana belajar mengajar yang berfungsi untuk memunculkan ahli-ahli ilmu.
Metode dakwah Jama’ah Tabligh yang diajarkan al-Fatah untuk mencetak dai-dai dan pejuang-pejuang agama yang ahli zikir, sedangkan ahli ibadah dapat dibentuk melalui ajaran tarekat NaqsabandiyahKhalidiyah yang dianut al-Fatah (Hasil angket terbuka dari ustadz Lutfi al-Hasyimi, S.Pd.I di STAIMS Baluk Karangrejo Magetan pada tanggal 28 September 2014, jam. 16.00 WIB).
Dalam menunjang tujuan pendidikan di Pesantren Temboro tersebut, pondok ini memiliki slogan “‚“Belajar, Beramal, lalu Menyampaikan“‛“.
Slogan inilah yang berusaha dipupuk sejak dini kepada para santri. Ustadz Lutfi al Hasyimi menjelaskan secara detail slogan sebagai berikut:
Pertama, belajar. Setiap hari para santri belajar siang dan malam, baik ilmu agama ataupun ilmu umum di kelas formal (MI-MA) untuk mempersiapkan diri berjuang di rumah masing-masing dan menjadi modal awal untuk mengamalkan ilmunya.
Kedua, beramal. Santri dipupuk untuk selalu mengamalkan ilmu yang telah mereka pelajari dengan cara shalat jama’ah di masjid, shalat dhuha, shalat tahajud untuk membentuk karakter, di samping itu, setiap pagi selepas wiridan shubuh ada program muhasabah. Setiap ketua kamar bertanya kepada para santri, siapa yang makmum masbuq (terlambat) dalam shalat? siapa yang tidak shalat dhuha atau tidak shalat tahajud? Kemudian santri diingatkan agar tidak mengulangi perbuatannya.
Ketiga, menyampaikan. Setelah belajar dan berusaha mengamalkan yang dipelajari, santri dididik untuk tidak segan menyampaikan dan menyebarkan ilmu dengan cara khuruj dalam satu bulan diusahakan 2 hari ikut program khuruj. Ketika hari libur, santri diberangkatkan berjama’ah 10-15 santri ke masjid-musholla sekitar desa Temboro atau bersilaturahim ke pesantren lain. (Hasil angket terbuka dari ustadz Lutfi al-Hasyimi, S.Pd.I. di STAIMS Baluk Karangrejo Magetan pada tanggal 28 September 2014, jam. 16.00 WIB)
Dari slogan ini, nampak jelas bahwa tujuan pendidikan Pesantren Temboro untuk membentuk karakter yang religius dari tahap mempelajari ilmu-ilmu agama kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan disampaikan kepada masyarakat melalui kegiatan khuruj di masyakarat.
Slogan “‚”Belajar-Mengamalkan-Menyampaikan“‛” sangat baik jika dipraktikkan dalam sebuah pendidikan.
Pada saat ilmu dipelajari kemudian diamalkan bahkan diajarkan kepada orang-orang lain, santri akan benar-benar menguasai ilmu tersebut.
Materi Pendidikan Pondok Pesantren Al Falah Temboro.
Dari tujuan pendidikan yang telah dirumuskan oleh Pesantren Temboro, kemudian merumuskan materi (isi) yang akan diajarkan kepada santri selama mereka belajar di Pesantren Temboro, yang secara umum terdiri dari beberapa materi/kajian kitab-kitab kuning.
Kitab kuning merupakan salah satu elemen penting dalam tradisi pesantren.
Zamakhsari Dhofier menempatkan kitab kuning (classical Islamic texts) sebagai salah satu elemen pokok pesantren di samping ada kiai, pondok, masjid, dan santri. (Hasil angket terbuka dari ustadz Lutfi al-Hasyimi, S.Pd.I. di STAIMS Baluk Karangrejo Magetan pada tanggal 28 September 2014, jam. 16.00 WIB.)
Secara terminologi, menurut Chozin sebagaimana dikutip Binti Maunah, “kitab kuning merupakan kitab-kitab yang membahas aspek-aspek ajaran Islam dengan menggunakan metode penulisan Islam klasik”. (Binti Maunah, Tradisi Intelektual Santri, (Yogyakarta: Teras, 2009), 39)
Kitab kitab yang dipergunakan pesantren ditulis dengan huruf Arab, dalam bahasa Arab. Huruf-hurufnya tidak diberi tanda baca (harakat, syakal).
Pada umumnya dicetak di atas kertas yang berkualitas murah dan berwarna kuning. (Binti Maunah, Tradisi Intelektual Santri, (Yogyakarta: Teras, 2009), 39), Karena kertas berwarna kuning inilah kitab-kitab ini disebut dengan kitab kuning, sedangkan penulisan Arab tanpa syakal dalam kitab tersebut maka dinamakan Kitab Gundul.
Di Pesantren Temboro, keberadaan Kitab Kuning menjadi elemen pokok tradisi pesantren yang tidak bisa ditinggalkan karena ini merupakan ciri khas pesantren tradisional.
Menurut Yahya, ‚Materi pendidikan Islam di al-Fatah berisi kajian-kajian Islam untuk membentuk para santri untuk menjadi ulama dengan mempelajari beberapa Kitab Kuning‛. (Hasil Wawancara dengan Yahya Sudarman (32 Thn), salah satu ustadz yang mengajar di program diniyyah dan formal Pesantren Temboro di Musholla Kuwon pada tanggal 06 Oktober 2014, jam. 17.10-17.35 WIB.82)
Materi (kurikulum) pendidikan Islam di Pesantren Temboro di atas jika dirangkum terdiri dari beberapa mata pelajaran mengenai kajian Islam yang meliputi:
- al-hadis (hadis),
- mustalah al-hadis (istilah-istilah hadis),
- al-fiqh (hukum Islam),
- usul fiqh (pokok-pokok hukum Islam),
- al-faraid (ilmu pembagian harta waris),
- at-tajwid, ‘ulum al-Qur’an (ilmu-ilmu al-Qur’an),
- tafsir (tafsir al-Qur’an),
- at-tauhid (keyakinan),
- at-tarikh (sejarah Islam),
- alQasas (kisah -kisah),
- an-Nahwu, as-Sarf,
- dan al-lugah al-‘arabiyyah (bahasa Arab).
Materi tentang ideologi Jamaah Tabligh ada satu, yaitu kitab Hayah alSahabah radliyya Allah ‘anhum wa radlu ‘anhu yang ditulis oleh Syaikh Maulana Yusuf al-Kandahlawi mengenai kisah-kisah kehidupan para sahabat dan dakwah kepada Allah dan rasul-Nya.
Dari beberapa kitab di atas, jelas sekali bahwa materi pendidikan Islam yang dipelajari di Pesantren Temboro adalah kajian pokok-pokok ajaran Islam dan ilmu alat (bahasa) untuk mempelajari kitab-kitab berbahasa Arab seperti nahwu, sarf, dan bahasa Arab.
Dalam materi tersebut tidak ada sama sekali pelajaran umum (sains), kecuali para santri yang mengambil kelas formal dari MI-MA akan mendapatkan mata pelajaran umum dari kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) sebagaimana madrasah yang lain.
Secara umum, kitab-kitab yang dipelajari di Pesantren Temboro merupakan kitab yang ditulis oleh para ulama yang mengikuti madzhab Syafi’i (Syafi’iyyah) sehingga berdampak pada perilaku keagamaan santri sangat dipengaruhi oleh mazhab Syafi’iyyah walaupun dalam kegiatan dakwah khuruj fi sabilillah Jamaah Tabligh lebih cenderung pada madzhab Hanafiyyah. (Hasil wawancara dengan M. Irfan (santri Takhasus Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro) dalam khuruj fi sabilillah di Masjid Baitus Sholihin Tanjung Sepreh Maospati Magetan 25 Juli 2014, Jam 17.20 WIB.
Hal ini sesuai dengan pendapat Martin van Bruinessen bahwa kandungan intelektual Islam tradisional berkisar pada paham akidah Asy’ari (khususnya melalui karya-karya Al-Sanusi), Madzhab fikih Syafi’i (dengan sedikit menerima tiga madzab lain) dan ajaran tasawuf al-Ghazali dan pengarang kitab sejenisnya. (Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, (Yogyakarta: Gading Publishing, 2012), 87.)
Selain kitab-kitab di atas, Pesantren Temboro juga memberikan materi (kurikulum) penguatan ideologi Jamaah Tabligh yang dianutnya melalui kitabkitab wajib yang ditulis oleh para ulama Jamaah Tabligh dari India. Adapun kitab-kitab tersebut:
Kitab Fadail al-A’mal (Kitab Keutamaan Amal) karya Maulana Muhammad Zakaria alKandahlawi, Kitab ini memuat tentang kisahkisah Sahabat, fadilah shalat, fadilah Tabligh, fadilah zikir, fadilah al-Qur’an, fadilah Ramadhan, dan cara memperbaiki kemerosotan umat
Muntakhab al- Ahadis (Dalil-dalil Pilihan Enam Sifat Utama) Karya Syaikh Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi disusun kembali oleh Syaikh Maulana Muhammad Sa’ad al-Kandahlawi Kalimat thayyibah, shalat, ilmu dan zikir, ikram al-muslimin, ikhlas, dakwah dan tabligh, dan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Fadail al-Sadaqat (Fadilah Sedekah) Maulana Muhammad Zakaria alKandahlawi Keutamaan menginfakkan harta, berisi tentang celaan terhadap kebakhilan, silaturahmi, pentingnya zakat dan keutamaannya, ancaman bagi yang tidak menunaikan zakat, anjuran supaya zuhud, qana’ah, dan tidak meminta-minta, dan kisah para ahli zuhud dan dermawan.
Hayah alSahabah (Kehidupan para Sahabat) karya Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi berisi tentang Kisah-kisah kehidupan para sahabat ra., dakwah kepada Allah SWT dan rasul-Nya,bai’at, kesabaran dalam menghadapi penderitaan di jalan Allah, hijrah, nusrah, danjihad fi sabilillah.
Fadail alSahabah (Keutamaan para Sahabat) Karya Maulana Muhammad Zakaria alKandahlawi Keutamaan para sahabat, baik dalam kesabaran, kesederhanaan, kejujuran, kedermawanan, ketekunan beribadah, dan lain-lain sehingga mereka menjadi contoh dan targhib (motivasi) bagi Jamaah.
Fadilah Tijarah (Keutamaan Perdagangan) Karya Maulana Muhammad Zakaria alKandahlawi Nafkah yang halal, keutamaan mencari nafkah, pekerjaan untuk berkhidmat kepada agama, dan keutamaan berdagang.
Fadilah Haji Ibadah Haji & Umrah (Menuju Haji yang Mabrur) Karya Maulana Muhammad Zakaria alKandahlawi Anjuran menunaikan ibadah haji, ancaman bagi yang tidak menunaikan ibadah haji, sabar menghadapi kesusahan dalam perjalanan haji, hakikat haji, keutamaan Makah dan Ka’bah, umrah, berkunjung ke Madinah, adab ziarah, dan keutamaan Madinah Munawarah.
Kitab-kitab di atas diajarkan oleh para kiai dan ustadz Pesantren Temboro dalam kegiatan ekstrakurikuler atau di luar mata pelajaran pondok. Seringkali kitab-kitab tersebut dibaca di saat para santri maupun para Tabligi ketika sedang khuruj di masjid-masjid.
Dalam amalan Maqami masjid, mushola, kitab-kitab itu menjadi rujukan utama dalam proses ta’lim, maka tidak mengherankan banyak kitab-kitab tersebut dijumpai di beberapa masjid/mushala yang menjadi pusat kegiatan dakwah Jamaah Tabligh.
Bagaimana dengan pelajaran khusus tahfidz? Apakah ada.pelajaran formalnya? Misalnya dalam sepekan atau dua pekan sekali belajar formal?
waduh, saya kurang paham detilnya tentang yang anda tanyakan, postingan ini merupakan hasil disertasi teman saya yang saya pecah pecah kedalam beberapa artikel. untuk mengetahui tentang pelajaran tahfidz silakan langsung mengontak kepada pihak pesantren.
Foto nya itu ustadzah siapa
itu bukan ustadzah.