Sebab Pondok Pesantren Salaf Lemah Bidang Administrasi, sebuah opini berdasarkan pengamatan maupun perilaku pada saat ada pengumuman pengumpulan data lembaga.
pontren.com – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu, Penyebab lemah administrasi data santri ataupun aset pondok pesantren salafiyah yang lazim ada serta menjadi kendala pengelola akun online Kemenag adakalanya ngglewang mikir.
Pondok pesantren merupakan salah satu soko guru pendidikan di Indonesia, ribuan bahkan puluhan ribu santri yang telah di didik oleh lembaga pondok pesantren baik model klasik ataupun gaya modern.
Bercerita tentang model pesantren modern dengan tipe ponpes klasik atau salaf, masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri sendiri.
Salah satu hal yang dirasa sebagai hal yang kurang pada pesantren salafiyah atau klasik adalah pada bidang administrasi.
Pada model pondok pesantren salaf yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal ataupun ijazah yang diakui oleh negara umumnya tidak terlalu memperhatikan tentang tertib administrasi seperti sekolah umum.
Baca :
- Beda Pondok Pesantren Salafiyah dengan Pondok Modern
- 5 elemen unsur pokok Pondok Pesantren
- Kelebihan dan kekurangan pondok pesantren Modern
Sering terjadi seorang santri yang ingin belajar/mendaftar di pondok pesantren adalah dengan cara sowan kepada pak kyai dengan diantar oleh orang tua atau wali.
Dan kemudian pak Kyai menerima sang santri sebagai murid di pondok pesantren dan selanjutnya belajar seperti yang lain. Dalam proses tersebut tidak ada kegiatan pencatatan seperti di sekolahan.
Apabila santri lulus atau boyong dari pondok pesantren, mereka akan sowan kepada pak kyai dan izin boyong. Kira kira seperti itulah yang sering terjadi (walau tidak semua seperti itu atau persis).
Adapun hal yang menyebabkan lemah administrasi pada lembaga pesantren salafiyah disebabkan oleh salah satu atau beberapa hal dibawah ini.
Budaya Pondok Pesantren yang Seperti itu semenjak dahulu kala
Budaya atau adat istiadat merupakan salah satu hal yang susah di ubah, bisa dikatakan jika mendarah daging dan menjadi karakter maka akan terjadi persilangan pendapat jika diadakan perubahan terhadap kebiasaan yang sudah berjalan turun temurun.
Salah satu budaya pada pesantren salafiyah adalah model penerimaan siswa dengan sowan kyai tanpa tercatat pada buku induk.
Juga ketika lulus atau boyong dengan cara berpamitan kepada pak kyai dan keluarga ndalem juga tidak dilakukan pengadministrasian pencatatan santri yang sudah selesai mondok.
Kyai tidak menekankan tertib administrasi
Kebiasaan turun temurun dalam penerimaan dan kelulusan santri yang mendarah daging dengan metode sowan dan pamit saat lulus merupakan perilaku umum di kalangan pesantren salafiyah.
Ketiadaan pencatatan santri karena tidak ada perintah dari pengasuh pesantren untuk dilakukan pencatatan santri keluar masuk.
Dengan tidak adanya penekanan kegiatan administrasi santri, maka santri pun juga tidak berinisiatif untuk membukukan nama nama santri masuk ataupun yang lulus.
Pengecualian buku agenda kenang kenangan rememberance untuk santri satu angkatan. Biasanya dibuat untuk kenang kenangan dan menyimpan alamat serta nomor kontak dan data seperlunya sebagai pengingat teman sejawat di pondok pesantren.
Budaya pesantren berdasarkan kepercayaan
Tingginya budaya saling percaya di pondok pesantren serta kepada pengasuh pondok menjadikan pencatatan nama santri tidak terlalu menjadi agenda pokok bagi pesantren.
Santri yang sudah sowan kepada pak kyai dan diterima maka sudah dianggap resmi menjadi murid pada pesantren.
Tidak terlalu bertele tele dan njimet ribet mumet. Dengan begitu membuat pencatatan keluar masuk santri jadi dianggap tidak terlalu diperlukan
Tidak menggunakan ijazah yang di akui negara
Pada pondok pesantren yang tidak memiliki program sekolah formal.
baik mulai jenjang SD SMP SLTA atau MI MTs maupun Madrasah aliyah, atau pendidikan non formal semisal Paket A, B, C atau PPS Wajardikdas Ula atau Wustha.
Serta belum memiliki muadalah, umumnya tidak melihat adanya urgensi pembukuan data santri.
Karena yang menjadi fokus utama adalah pembelajaran santri dan santri bisa menguasai ilmu yang disampaikan serta bisa berperilaku dengan akhlak mulia baik semasa di pondok ataupun pada saat kembali ke rumah atau di masyarakat.
Dengan adanya fokus kepada keilmuan dan ketiadaan ijazah yang formal atau non formal yang mendapat pengakuan negara membuat pesantren salafiyah tidak terlalu berminat untuk membukukan data para santri yang dimiliki
Tidak ada perhatian yang memadai dari pemerintah
Salah satu penyuntik semangat dalam mengadministrasi data siswa adalah adanya pendanaan yang reguler dari pemerintah.
Namun pada pondok pesantren salafiyah yang tidak memiliki pendidikan formal atau non formal maupun muadalah maka tidak mendapat akses pendanaan dari pemerintah kecuali sedikit sekali.
Akses yang ada hanyalah bantuan operasional yang sifatnya tidak bisa tahunan dan insidentil.
Selain itu perbandingan pesantren yang mendapatkan dana dengan yang tidak mendapat anggaran sangat jomplang.
Berbeda dengan sekolah umum yang diguyur dana dari pemerintah dengan jumlah yang fantastis.
Yah begitulah nasib pesantren salafiyah yang tanpa ijazah formal atau non formal. Sering di datangi jika pada masa kampanye sih hehe.
Manajemen pondok pesantren yang tidak tertata dengan baik
Adanya sentralitas kekuasaan pada pondok pesantren menjadikan hampir semua berada di tangan yang paling berkuasa.
Kebiasaan turun menurun metode dalam mengelola pondok pesantren salafiyah yang hanya berkutat pada pengajaran membuat administrasi sering terabaikan.
Dengan tanpa penataan dan manajemen bidang data maka hampir tidak ada berkas data santri yang hingap di arsip pondok pesantren.
Keterbatasan dana untuk membayar tenaga administrasi
Lumrahnya pondok pesantren salaf berbiaya sangat murah.
Dengan biaya yang murah meriah ini menjadikan kesulitan pondok pesantren untuk mempekerjakan seseorang yang khusus menangani bidang administrasi.
Umumnya segala hal terkait pondok pesantren berada di tangan Kyai dibantu oleh keluarga ndalem ataupun santri yang menjadi pengurus pada pondok pesantren.
Fokus kepada pendidikan dan Tidak mau ribet urusan administrasi negara
Pondok pesantren salafiyah yang murni tanpa pendidikan formal atau ijazah diakui negara seringkali hanya memfokuskan pada sektor pendidikan dan tidak mau terlalu repot dengan administrasi.
Karena memang tujuan didirikan pondok adalah untuk memperdalam agama dan memperbagus akhlak.
Demikian berakibat pada keterabaian data santri serta administrasi yang lain.
Belum tumbuh kesadaran pentingnya pencatatan data santri
Pada era sekarang, sering dibutuhkan data darimana seseorang pernah belajar. Pada pesantren salaf murni belum terbudaya tentang perlunya untuk mengarsipkan santri baik yang aktif ataupun yang sudah purna belajar.
Itulah beberapa hal terkait penyebab kurang tertata administrasi santri pada pondok pesantren salafiyah menurut pontren.com
Sekian terima kasih sudah mampir, jika anda memiliki opini yang berbeda jangan sungkan untuk menyampaikan, namanya juga opini, wassalamu’alaikum.
Which language is this???
this is bahasa indonesia or indonesian language