Tsabatul ‘Ilmi Bil Mudzakarah Wa Barakatuhu bil Khidmah Wa Naf’uhu Biridho Sy Syaikh

Tsabatul ‘Ilmi Bil Mudzakarah Wa Barakatuhu bil Khidmah ثَبَاتُ الْعِلِمِ بِالْمُذَاكَرَةِ وَبَرَكَتُهُ بِالْخِدْمَةِ وَنَفْعُهُ بِرِضَا الشَّيْخ
Tsabatul ‘Ilmi Bil Mudzakarah Wa Barakatuhu bil Khidmah ثَبَاتُ الْعِلِمِ بِالْمُذَاكَرَةِ وَبَرَكَتُهُ بِالْخِدْمَةِ وَنَفْعُهُ بِرِضَا الشَّيْخ

Tsabatul ‘Ilmi Bil Mudzakarah Wa Barakatuhu bil Khidmah Wa Naf’uhu Biridho Sy Syaikh, begitulah untaian kata yang menjadi salah satu kiat agar ilmu dapat melekat kuat dalam pikiran, mendapatkan barakah dan manfaat.

pontren.com – assalaamu’alaikum. Adapun teks tulisan arab Tsabitul ‘Ilmi Bil Mudzakarati Wa Barakatuhubil Khidmati Wa Naf’uhu Biridho Sy Syaikh lengkap dengan harakat dan syakalnya adalah sebagai berikut ini;

ثَبَاتُ الْعِلِمِ بِالْمُذَاكَرَةِ وَبَرَكَتُهُ بِالْخِدْمَةِ وَنَفْعُهُ بِرِضَا الشَّيْخ

Artinya : Melekatnya ilmu dapat diperoleh dengan banyak menelaah (mengulang-ulang), dan barakahnya dapat diraih dengan cara pengabdian, sedangkan manfaatnya dapat diperoleh dengan adanya restu dari sang guru.
(Abuya Sayyid Muhammad ibn Alawi al maliki al hasani)

ثَبَاتُ الْعِلِمِ بِالْمُذَاكَرَةِ Tsabatul ‘Ilmi Bil Mudzakarah

Cara agar ilmu itu melekat atau tetap dalam ingatan yaitu dengan mudzakarah.

Dalam kamus Mahmud Yunus menyebutkan bahwa Mudzakarah adalah bahasa Arab dari kata Dzakara-Yudzakiru-Mudzakara yang berarti mengingatkan, belajar bersama tanpa guru.

Jadi cara agar ilmu bisa menetap dalam ingatan yaitu dengan belajar dengan giat dan mengulang-ulang pembelajaran yang dia pelajari, menelaah secara cermat dan kembali lagi mempelajari dan mengingatnya.

وَبَرَكَتُهُ بِالْخِدْمَةِ dan barakahnya dengan pengabdian

Untuk mendapatkan barakahnya dengan melakukan pengabdian.

Pengabdian bisa saja berupa mengabdi atau berkhidmad kepada syaikh ustadz ustadzah kiai yang menyampaikan ilmu kepadanya.

Contoh yang sangat masyhur yaitu Sahabat Anas bin Malik yang berkhidmah kepada rasulullah saw.

Anas bin Malik bermulazamah (terus menerus membersamai) kepada nabi serta berkhidmah kepada beliau kurang lebih sepuluh tahun sampai beliau rasulullah wafat.

Adapula yang memberikan pandangan bahwasanya khidmah ini adalah mempergunakan ilmunya untuk mengabdi tanpa adanya pamrih atau keinginan mendapatkan keuntungan sebagai imbal baliknya.

وَنَفْعُهُ بِرِضَا الشَّيْخ Wa Naf’uhu Biridho aSy Syaikh

Tafsir atau penjelasan dari kalimat wa nafa’uhu biridhasysyaikh adalah berarti bahwa manfaat dan hasil ilmu pengetahuan itu tercapai dan terus berlanjut berkat ridha Syekh ilmu dan gurunya

Jadi ada hubungan antara kerelaan atau ridho dari guru yang mengajarkan ilmu itu dengan manfaat yang dapat diambil dari pengejawantahan ilmu yang murid dapatkan.

Begitupula jika sebaliknya (sang guru tidak ikhlas) maka tentu manfaat dari keilmuan ini menjadi berkurang atau rusak kemanfaatannya atau bahkan bisa sama sekali hilang kemanfaatannya. wallahu a’lam bish showab.

Tinggalkan Balasan

Zahra Nada

Santri kelas 3 PKPPS Wustha pada Pondok Pesantren Darul Mubtadi-ien Kebakkramat Karanganyar