Nyamuk Binatang Paling Mematikan yang Pernah Disepelekan. Profil Penulis: Nama Muhammad Ali Mahrus, SHI, Pendidikan Terakhir : S-1 Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Alamat : dirahasiakan. Alamat email juga rhs No. Telp : 081-XXX-XXX-XXX
Awal tahun ini (2020), masyarakat digemparkan dengan maraknya kasus demam berdarah dengue (DBD).
Beberapa daerah, bahkan, telah menyatakan status kejadian luar biasa (KLB). Artinya, jumlah kasusnya meningkat dari tahun sebelumnya.
Penyakit yang dapat menyebabkan kematian ini pun menjangkit secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
Padahal, saat pertama kali ditemukan pada 1968, hanya terdapat di Jawa Timur dan DKI Jakarta.
Mobilitas manusia yang tinggi dan mudahnya penularan ditengarai menjadi sebagian penyebabnya.
DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Ya, nyamuk hanya pembawa virusnya saja, bukan penyebab utamanya.
Bahkan hanya Aedes aegypti betina, karena pasangannya tidak menghisap darah manusia. Ia cukup menghisap sari tumbuhan (nectar) sebagai makanannya.
Betina pun menghisap darah bukan untuk bertahan hidup, melainkan guna memenuhi kebutuhan protein agar dapat bereproduksi.
Tak hanya DBD, Ae. Aegypti juga membawa virus yang dapatmenyebabkan penyakit mematikan lainnya.
Sebut saja malaria yang hingga kini masih menjadi momok terutama di wilayah timur Indonesia.
Penyakit lainnya adalah zika yang banyak menjangkit wilayah Amerika Selatan.
Meski tidak ditemukan di Indonesia, namun dugaannya yang dapat menyebabkan microsephalus perlu diwaspadai.
Selain dua penyakit di atas, ada beberapa penyakit lainnya yang ditularkan oleh nyamuk, seperti chikungunya, kaki gajah, demam kuning dan lain-lain.
Begitu berbahayanya, seranggainipun dinobatkan sebagai binatang paling mematikan di dunia.
Badan kesehatan dunia (WHO) pada 2014 merilis hasil kajian yang membuktikannya.
Hasil yang cukup mencengangkan itu menunjukkan bahwa nyamuk mengakibatkan 725.000 kematian manusia tiap tahun.
Angka tersebut jauh di atas kematian manusia yang diakibatkan oleh ular, 50.000 kematian.
Pernah Disepelekan
Di dalam Al-Qur’an, nyamuk mempunyai kedudukan yang istimewa.
Ia merupakan satu dari sedikit binatang yang Allah sebutkandi dalamnya.
Bahkan Allah menyebutkannya sebagai perumpamaan, metode yang Allah gunakan untuk memahamkan tentang sesuatu yang abstrak menggunakan sesuatu yang konkrit.
Dalam surat al-Baqarah: 27, Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak malu untuk membuat perumpamaan dengan seekor nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.”
Ayat tersebut memuat jawaban Allah terhadap keraguan kaum munafik pada perumpamaan yang Allah gunakan dalam surat al Ankabut: 41 dan al Hajj: 73.
Pada kedua ayat itu Allah menggunakan laba-laba dan lalat sebagai perumpamaan atas orang-orang yang menyekutukan-Nya.
Kaum munafik meragukan kesungguhan Allah yang membuat perumpamaan menggunakan lalat dan laba-laba.
Mereka bahkan menuduh perumpamaan-perumpamaan tersebut tak lebih dari karangan Muhammad belaka
Perumpamaan yang kau datangkan ini seperti perbuatan manusia, bukan perbuatan tuhan.
Sebagai tuhan, jelek sekali jika membuat perumpamaan dengan lalat atau laba-laba.
Demikian keraguan kaum munafik.
Hingga turunlah ayat ke-27 surat al-Baqarah sebagai jawaban terhadap keraguan mereka.
Dalam lanjutan ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa banyak orang yang disesatkan dengan ayat itu.
Namun orang-orang yang beriman yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka.
Dalam benak saya yang hidup pada zaman sekarang, saat itu, nyamuk dianggap sebagai binatang sepele dan tak pantas dijadikan perumpamaan.
Nyamuk tak lebih dari serangga kecil nan lemah yang sekalit epok pun musnah.
Maka, tak layak Dzat Yang Maha Agung menjadikannya sebagai perumpamaan.
Lantas Allah hendak menyadarkan manusia bahwa nyamuk tidak sesepele yang mereka kira karena terdapat tanda-tanda kebesaran Allah pada setiap ciptaan-Nya bagi orang-orang yang berakal.
Tak lagi Disepelekan
Kini, nyamuk sungguh jauh dari kata sepele.
Betapa banyak kerugian akibat angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkannya.
Betapa banyak dana terkucur untuk berbagai kegiatan mengendalikan populasinya agar kasusnya dapat ditekan.
Meski tak dapat dipungkiri banyak pula pundi-pundi keuntungan yang diperoleh perusahaan anti nyamuk atau pengendali serangga karenanya.
Fakta bahwa ia adalah binatang yang paling banyak menyebabkan kematian manusia membuat banyak pihak fokus padanya.
Untuk DBD saja, meski angka kematiannya dapat diturunkan, namun jumlah kasusnya cenderung meningkat.
Wilayah endemisnya pun meluas. Upaya pemerintah untuk mengendalikan kasusnya terus digalakkan.
Berbagai pihak turut dilibatkan untuk mengoptimalkan kebijakan-kebijakan yang digulirkan.
Ketika semua upaya telah dilakukan, namun kasus DBD masih ditemukan, tergeraklah berbagai pihak melakukan penelitian untuk menemukan metode baru sebagai alternatif pengendalian.
Di Yogyakarta, peneliti-peneliti yang tergabung dalam World Mosquito Program Yogyakarta melakukan penelitian untuk mengendalikan DBD secara alami menggunakan bakteri alami Wolbachia.
Bakteri itu akan bekerja di dalamtubuh Ae. aegypti denganmemblokir perkembangan virus dengue di dalamnya.
Muara dari penelitian ini adalah membuat nyamuk tak lagi berbahaya meski banyak berkembang di sekitar kita.
Penelitian yang telah dimulai sejak 2011 tersebut masih berlangsung dan direncanakan memperoleh hasilnya akhir tahun ini (tahun 2020 – red).
Metode berbeda digunakan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Dengan teknik serangga mandulnya, para peneliti berupaya mengurangi populas iAe. aegypti agar penularan kasus penyakit yang ditimbulkannya turut berkurang.
Mereka memandulkan nyamuk jantan dengan meradiasinya menggunakan sinar gamma agar spermanya menjadi tidak normal.
Populasinya di habitat akan berkurang ketika nyamuk-nyamuk itu dilepaskan dan kawin dengan betina yang normal.
Tak hanya di Indonesia, teknologi serupa juga diterapkan di luar negeri seperti Singapura, Malaysia, bahkan Amerika Serikat.
Terbukti, kini binatang yang pernahdisepelekan itu tak seperti yang diperkirakan. Ia telah memperoleh banyak perhatian.
Muhammad Ali Mahrus is a mosquito feeder volunteer.